Situasi Ibu Kota Yaman Memulih Pasca Penandatanganan Perjanjian Damai

0
427

yaman sanaa memulihSanaa, LiputanIslam.com – Tak seperti dikabarkan oleh sementara orang yang tak bertanggungjawab bahwa  situasi di Sanaa terus memburuk dan diwarnai anarkisme, ibu kota Yaman itu justru mulai memulih setelah sekian hari sempat kacau dan bergolak akibat kecamuk pertempuran.

Ali al-Dzahab, wartawan TV Alalam, dari Sanaa Selasa (23/9) mengirim laporan disertai rekaman video bahwa lalu lintas kendaraan dan kegiatan sehari-hari penduduk sudah terlihat normal, sementara komite-komite rakyat yang berafiliasi dengan gerakan Ansarullah atau kelompok Syiah al-Houthi masih berjaga-jaga di berbagai bangunan dan instansi milik pemerintah untuk kemudian diserahkan kembali kepada pihak yang berwenang.

Berita serupa juga dilaporkan situs BBC Senin lalu (21/9) sembari menyebutkan bahwa sedikitnya 200 orang tewas akibat pertempuran. BBC menyebutkan ibu kota Yaman kembali tenang sehari setelah dicapainya kesepakatan antara pemerintah dan kelompok Syiah al-Houthi. Hanya saja, lembaga pemberitaan yang berbasis di Inggris itu menyebutkan bahwa kondisi perdamaian masih rentan dan masih ada potensi pecahnya kembali konfrontasi.

Sedangkan reporter Alalam mengatakan bahwa berbagai kawasan di utara maupun di barat Sanaa yang sebelumnya menjadi ajang pertempuran juga sudah kembali tentram, meskipun bekas-bekas pertempuran yang berlangsung selama beberapa hari pasca serangan aparat keamanan Yaman terhadap para pengunjuk rasa pendukung gerakan Ansarullah masih terlihat jelas di jalanan ibu kota.

Kepolisian Yaman mengumumkan pihaknya akan segera mengambil alih kembali semua instansi milik pemerintah sesuai permintaan dari komite-komite rakyat pendukung gerakan Ansarullah sendiri, dan hal ini menjadi langkah awal dalam proses pelaksanaan kesepakatan damai antara Ansarullah dan pemerintah Yaman.

Kesepakatan itu mendapat sambutan gembira dari rakyat Yaman karena dapat meredakan gejolak dan menjadi jalan tengah bagi semua pihak yang bertikai. Karena itu, kesepakatan yang diteken di istana Presiden dan dimediasi oleh Utusan Khusus PBB untuk Yaman, Jamal bin Umar, itu juga mendapat sambutan baik dari khalayak regional dan internasional.

Para pemimpin gerakan Ansarallah terus memberikan penjelasan kepada masyarakat perihal perkembangan proses pelaksanaan perjanjian tersebut.

Anggota senior Ansarullah, Mohammad Nasir al-Bukhaiti, mengatakan, “Kesadaran politik rakyat meningkat. Rakyat Yaman siap untuk turun lagi ke jalanan untuk melancarkan tekanan supaya perjanjian itu dilaksanakan.”

Sesuai perjanjian itu, selain gencatan senjata diterapkan, pemerintahan baru juga akan dibentuk dengan melibatkan semua tokoh yang dinilai layak dan berkompeten dari semua komponen nasional Yaman paling lambat satu bulan sesudah penandatangan perjanjian. Lebih jauh, Presiden Yaman Abd Rabbuh Mansur Hadi juga harus mengangkat para penasehat dari gerakan Ansarullah dan gerakan rakyat di bagian selatan negara ini.

Menurut BBC, dalam tiga hari pasca penandatanganan perjanjian, kelompok al-Houthi dan kelompok separatis Yaman selatan akan menominasikan perdana menteri baru.

Belakangan ini beredar kabar liar dan tak dapat dipertanggungjawabkan bahwa kelompok Syiah al-Houthi menebar anarkisme, kekerasan, pembunuhan dan penjarahan di ibu kota Yaman. Namun dari laporan reporter TV Alalam tersebut terlihat bahwa kabar itu tidak lebih dari sekedar agitasi untuk menebar kebencian terhadap kelompok Syiah Yaman yang memang sudah bertahun-tahun menggalang kekuatan untuk mencegah merebaknya pengaruh ekstrimis Wahabi yang meskipun minoritas di Yaman namun sangat aktif menebar pengaruhnya di tengah masyarakat dan di dalam institusi-institusi pemerintahan Yaman dengan dukungan dari pemerintah Arab Saudi.

Apa yang dilakukan kelompok al-Houthi dan ratusan ribu pendukungnya adalah unjuk rasa damai untuk menekan pemerintah supaya mengubah kebijakannya yang korup dan diskriminatif. Namun unjuk rasa itu kemudian ditanggapi dengan represi oleh pemerintah hingga akhirnya pecah kerusahan dan bahkan kontak senjata yang kemudian mereda berkat upaya keras Utusan Khusus PBB.

Wakil Presiden Yaman sendiri, Faris al-Saqqaf, membantah anggapan bahwa kelompok al-Houthi bermaksud melakukan kudeta.
“Saya kira kelompok al-Houthi tidak berniat melakukan kudeta, sebab salah satu syarat penting perjanjian ini ialah keluarnya para pemrotes dari gedung-gedung pemerintahan,” katanya, sebagai dikutip kantor berita resmi Yaman, Saba, Ahad malam lalu (22/9).

Dia juga mengapresiasi sepak terjang Utusan Khusus PBB untuk Yaman yang telah menghasilkan penandatanganan kesepakatan tersebut. (Baca juga: Perdana Menteri Yaman Mundur, Presiden dan Gerakan Ansarullah Teken Perjanjian)

DISKUSI: