Detik.com, Malas atau Sengaja?
LiputanIslam.com — Setelah Vivanews, lalu Detik.com, yang tidak berimbang dalam mengemas kabar perang di Irak. Secara keseluruhan, pembaca Detik diberikan informasi bahwa perang yang terjadi di negeri tersebut adalah perang Sunni-Syiah.
Menurut Detikcom, Irak tengah dilanda serangan-serangan para militan Sunni. Lantas, ulama Syiah terkemuka Irak menyerukan seluruh warga untuk bersatu dan mengusir para militan tersebut. Lebih lanjut Detik menyatakan bahwa militan ISIS saat ini terus bergerak mendekati ibukota Baghdad.
Apakah militan ISIS itu benar-benar Muslim Sunni? Liputan Islam telah pernah mengulasnya di sini, di sini dan di sini. Kendati demikian, jika ada media yang kembali menyebut bahwa ISIS adalah muslim Sunni, maka hal tersebut harus diluruskan kembali agar perang Timur Tengah tidak menyebabkan terjadinya perpecahan di tanah air.
Hal yang menandakan bahwa militan ISIS di Irak kembali mendapat kecaman dari para tokoh agama, cendikiawan dan jurnalis Mesir, termasuk Syekh Alawi Amin, ulama dan guru besar Universitas al-Azhar, al-Alam Selasa (17/6/2014). Mereka menilai ada konspirasi besar terhadap Irak yang dilancarkan melalui ISIS, kelompok yang diasuh dan dibesarkan oleh dana sejumlah negara Timur Tengah.
Syekh Alawi Amin, salah satu ulama dan guru besar Universitas al-Azhar menilai aksi ISIS di Irak tidak lepas dari agenda Amerika Serikat (AS) dan Zionisme internasional. “AS berada di balik barisan ini, sedangkan Zionisme internasional menggerakkan mereka yang menamakan dirinya ISIS dan mengaku Islam, padahal Islam berlepas diri dari mereka sebagaimana serigala berlepas diri dari dosa anak-anak Nabi Ya’kub as,” ujar Syekh Alawi.
Ulama Al-Azhar merupakan representasi daripada Islam Ahlussunah Wal Jama’ah/ Sunni, dan beliau tidak segan-segan untuk mengecam ISIS. Apakah ulama Sunni sedang mengecam militan Sunni? Tentu saja tidak. ISIS bukanlah Sunni.
Lantas, untuk apa Detik turut menebar isu Sunni –Syiah?
Menurut Kevin Barret, ada dua penyebab mengapa media-media melakukan hal tersebut. Yang pertama adalah karena malas. Bisa jadi, para pekerja media hanya menerjemahkan begitu saja isi berita yang dikutip dari media Barat, sehingga saat media Barat menyebut ISIS sebagai Sunni, maka mereka pun lantas mengikuti. Artinya, agar sebuah media bisa memberikan informasi yang berimbang dalam pemberitaan, maka hal yang perlu dan harus mereka lakukan adalah memperluas wawasan.
Sedangkan faktor kedua, adalah kesengajaan. Bisa jadi media tersebut memang merupakan bagian jaringan Zionis Internasional, yang memecah-belah dan mengadu domba masyarakat merupakan agenda yang sedang mereka jalankan dengan memberikan informasi yang kurang akurat mengenai kondisi suatau keadaan.
Dan mengapa Detik, sebuah portal online yang begitu laris dan digemari, meloloskan tulisan itu? Tentu, hanya mereka yang mengetahui jawaban pastinya. Sebagai masyarakat yang baik, kita jangan sampai terprovokasi. (ba)