Membongkar Propaganda Wall Street Journal
LiputanIslam.com — Terkait pergolakan yang terjadi di Irak, pagi ini akun twitter Wall Street Journal, media terkemuka Amerika Serikat mengunggah foto dengan keterangan sebagai berikut:
WSJ Photos @WSJphotos “Photos: Sunni militants claim images show mass executions of Iraqi soldiers. http://on.wsj.com/1izuvnq (Photo: AP) pic.twitter.com/NUbYT1Pdju.” (lihat gambar, klik untuk memperbesar)
Sementara keterangan di website Wall Street Journal:
“The Sunni militant group Islamist State of Iraq and al-Sham posted photos on the Internet claiming to show the mass execution of captured Shiite soldiers in Iraq’s crumbling military. The authenticity of the images couldn’t be verified independently. The Associated Press reported that an Iraqi military spokesman confirmed the photos’ authenticity and said he was aware of cases of mass killings of Iraqi soldiers.”
Terjemahan: Kelompok militan Sunni Negara Islam Irak dan Syam memposting foto di internet untuk menunjukkan eksekusi masal yang dilakukan kepada tentara Syiah Irak yang berhasil ditangkap. Keaslian gambar ini belum diverifikasi secara independen, dan The Associated Press melaporkan keaslian foto-foto ini, dari informasi seorang juru bicara militer Irak, yang membenarkan pembunuhan masal tentara Irak.
Dalam mengangkat isu konflik yang terjadi di Irak, Wall Street Journal menggiring pemahaman pembacanya bahwa perang yang terjadi di Irak adalah sebab pertikaian Sunni-Syiah. Militan ISIS disebut Sunni, sementara Tentara Irak disebut Syiah. Benarkah demikian?
Faktanya di lapangan, di kota terbesar Irak bagian selatan, Basra, telah dibentuk Brigade ‘Pendamping’ Ammar Bin Yasser oleh Mujahidin Al -Ahwar. Dewan suku “pembebasan dan rekonstruksi” juga membentuk Brigade Singa Nainawa. Brigade ini mengeluarkan pernyataan bahwa pembentukan faksi ini bertujuan untuk melindungi Basra dan Irak.
“Kami mengumumkan pembentukan Brigade yang beranggotakan pemuda-pemuda dari seluruh Basra yang bernama Brigade Ammar bin Yasser, untuk melindungi Basra dan Irak, dan rakyatnya dari kegelapan Takfiri.”
Sementara itu, Direktorat Wakaf Sunni di wilayah selatan Irak juga mengadakan konferensi pers, menyerukan kepada seluruh rakyat Irak untuk bersatu.
“Kami menyerukan kepada seluruh rakyat Irak dari semua sekte, semua politisi, untuk bersatu dalam kata, dan berdiri menjadi satu kekuatan di belakang Angkatan Bersenjata Irak dalam menghadapi serangan teroris ISIS,” ujar ulama Irak Syeikh Mohammad al-Dosseri. Video seruan ulama Sunni untuk memerangi ISIS bisa dilihat di sini.
Lalu, Jemaah Ulama Irak pusat yang merupakan organisasi ulama Ahlussunnah juga mengeluarkan fatwa berupa seruan kepada rakyat Irak supaya ikut mengangkat senjata melawan gerilyawan Daulat Islam Irak dan Syam (ISIS).
“Jamaah Ulama Irak yang bermarkas di Baghdad telah mengeluarkan fatwa yang menyerukan kepada segenap warga supaya mengangkat senjata melawan ISIS dan pasukan bayaran,” ungkap Ketua Jamaah Ulama Irak, Syeikh Khalid al-Mala, di Baghdad Sabtu (14/6/2014), selengkapnya bisa dilihat di sini.
Jika ulama-ulama Sunni di Irak saja menyerukan perlawanan terhadap kelompok ISIS, lalu mengapa Wall Street Journal masih menggunakan predikat “Sunni” kepada kelompok teroris ISIS? (ba/ LiputanIslam.com)