Abu Thalib Pemilik Cinta (5)
LiputanIslam.com — Kekuatan Rasul bertambah kokoh sehingga jauhlah jarak di antara Bani Hasyim dan Muthalib dengan kaum Quraisy. Abu Thalib semakin mewaspadai kaum Quraisy terhadap Rasul melebihi hari – hari sebelumnya. Ia selalu melindunginya dan selalu merasa khawatir bila malapetaka menimpanya. Rasul hampir tidak pernah jauh dari pandangannya agar kesusahan dan kesulitan tidak terjadi padanya.
Abu Thalib pernah merasa kehilangan anak saudaranya ini. Ia terus menerus mencarinya tetapi tidak menemukannya. Oleh karena itu, ia mulai cemas dan khawatir, serta wajahnya menjadi pucat karena bercampurnya kegelisahan, kesedihan dan ketakutan terutama setelah ia mendengar bahwa kaum Quraisy berencana akan membunuh Muhammad untuk menghentikan dakwah Islam.
Ia memanggil pemuda dari kalangan Bani Hasyim dan Muthalib. Ia memerintahkan kepada mereka agar menyembunyikan senjata tajam masing – masing di balik baju. Kemudian ia menyuruh setiap orang dari mereka berdiri di samping pemuka Quraisy dan memberi tanda. Apabila ia telah berputus asa mencari Muhammad dan atau darahnya telah tumpah sia- sia padahal darahnya yang tertumpah tidak sebanding dengan darah mereka semua atau jika Muhammad telah terbunuh, maka mereka dapat mendatangi para pemuka Quraisy itu dalam sekejap mata dengan menghunus senjata tajam sehingga mereka tidak memiliki kesempatan untuk membalas.
Masing – masing pergi menuju sasarannya. Anak- anak muda itu mulai menempati tempat masing – masing yang telah ditentukan oleh Abu Thalib. Ia sendiri pergi ke berbagai tempat untuk mencari anak saudaranya.
Kemudian, ia menemukannya dalam keadaan baik, tidak terluka sedikitpun, Abu Thalib menggandeng tangannya dan membawanya ke tengah – tengah khalayak Quraisy sambil berteriak kepada mereka, “Wahai sekalian kaum Quraisy, tahukah kalian apa yang telah aku sembunyikan?”
Anak – anak muda dari Bani Hasyim dan Muthalib pun memperlihatkan senjata mereka yang telah disembunyikan untuk menantang mereka dan menunjukkan kekuatannya kepada mereka. Tampaklah kekalahan pada wajah kaum Quraisy, yang paling tampak jelas adalah wajah Abu Jahal. Abu Thalib berkata kepada mereka,
“Demi Allah, kalau kalian membunuhnya maka aku tidak akan membiarkan siapapun dari kalian tetap hidup hingga kami dan kalian binasa!”
Kemudian, Abu Thalib menggubah bait – bait syair. Di dalamnya ia memuji anak saudaranya, setelah mencela kaum Quraisy dan menyatakan ia berpihak kepada Muhammad dan keluarganya. Dialah pengasuh dan pemeliharanya, yang kecintaan kepadanya tertanam di dalam hatinya dan memenuhi dadanya. Ia bukanlah seorang pemutus tali silaturahmi.
Sampaikanlah kepada Quraisy apa yang terjadi
Terdapat tipuan dari semua rahasia
Aku dan para pelantun tasbih setiap hari
Dan apa yang dibaca ahli surga yang masyur
Pelindung dan pemelihara bagi keluarga Muhammad
Dan dengan cintaku sepenuh dada dan batin
Bukanlah aku pemutus kekeluargaan dan dari anakku
Walaupun para jagal menjalankan kezalimannya
Apakah mereka suruh anak – anak yang lemah untuk membunuh Muhammad?
Dan perintah itu merupakan kelaliman
Demi ayahmu, kaum Quraisy tidak beroleh
Dan tidak mengimani petunjuk walau mereka ditunjuki
Anak saudaraku jantung hati bagiku
Airnya jernih banyak berlimpah
Sesudahnya anak anak minum sampai puas
Dan Ahmad telah menjanjikan baginya kubur.
Dikutip dari buku Abu Thalib Mukmin Quraisy, karya Abdullah al -Khanizi (LiputanIslam.com/AF)