Abu Thalib Pemilik Cinta (4)
liputanislam.com –Kaum Quraisy yang menginginkan Abu Thalib menghentikan Nabi Muhammad menyampaikan dakwahnya memikirkan cara lain untuk membuat Abu Thalib berubah pikiran. Mereka membawa ‘Imarah bin al- Walid kehadapannya.
“Wahai Abu Thalib, inilah ‘Imarah bin al – Walid seorang pemuda yang gagah, pandai bersyair dan tampan. Ambillah dia. Kamu dapat memanfaatkan kecerdasannnya dan kesiapannya untuk membelamu.Jadikanlah dia anakmu sehingga dia menjadi milikmu. Sebagai imbalannya, serahkanlah anak saudaramu kepada kami, yaitu orang yang telah menyalahi agamamu dan agama bapak -bapakmu, serta mencerai-beraikan jemaah kaummu dan mencemoohkan akal mereka. Kami akan membunuhnya karena ia seorang laki – laki seperti laki – laki lain.”
Abu Thalib menjawab dengan tenang
“Demi Allah, betapa buruk yang kalian tawarkan. Apakah kalian akan memberikan kepadaku anak kalian untuk aku beri makan, sementara aku harus menyerahkan anakku untuk kalian bunuh? Demi Allah ini tidak akan pernah terjadi !”
Al Muth’imbi Adi bin Naufal bin Abd Manaf, salah seorang sahabatnya pernah berkata,“Demi Allah, wahai Abu Thalib, kaummu telah berlaku adil kepadamu. Mereka berusaha untuk membebaskanmu dari sesuatu yang tidak kamu sukai. Akan tetapi, aku tidak melihatmu ingin menerima sesuatupun dari mereka.”
Abu Thalib menjawab, “Demi Allah, mereka tidak berlaku adil kepadaku, namun kamu telah sepakat untuk menghinaku dan agar kaum itu melawanku. Oleh karena itu, lakukanlah apa yang kamu inginkan.”
Abu Thalib menggubah syair yang menceritakan tindakan Al Muth’im bin Adi yang telah menghinanya, juga dari kabilah Abd Manaf dan orang- orang dari kabilah Quraisy yang memusuhinya
Katakan kepada Amr, al- Walid, dan Muth’im
Alangkah baiknya kalau unta muda melindungimu
Yang penuh dari kelemahan dan banyak bicara
Tetesan kotorannya menetes hingga kedua betisnya
Tertinggal di belakang mawar dan tidak pernah menyusul
Ketika di atas batu besar, disebutlah kucing
Kulihat dua saudara kami seayah seibu
Bila ditanya, menjawab “Berikan perkara itu pada selain kami”
Tentu, keduanya punya urusan, tapi keduanya jatuh
Seperti batu jatuh pada dari puncak gunung Dzu ‘Alaq
Aku khususkan Abd Syams dan Naufal
Keduanya membuang kami bagai membuang bara api.
Keduanya mencela saudara mereka di tengah kaum
Sehingga keduanya menjadi yang paling jauh akalnya
Keduanya bersekutu terhadap kemuliaan orang yang tidak berayah
Di tengah manusia, kecuali menyebutnya secara bisik bisik.
Dan Taym, Makhzum, dan Zahrah, dari mereka
Mereka maula kami ketika pertolongan dibina
Demi Allah, tidak berguna bagimu permusuhan dan kami
Dan dari mereka, selama tak seorangpun dari keturunan kami
Akal dan pikiran mereka telah beku
Dan mereka seperti anak – anak, betapa buruknya perbuatan anak – anak
Bukankah itu selain kemuliaan yang dikhususkan bagi kami
Oleh Tuhan para hamba
Dan memilih kami jadi kebanggaannya
Orang – orang cenderung kepada pendengki dan membenci
Orang yang memiliki ketinggian, maka selamanya menjadi keganjilan di tengah mereka
Walid, ayahnya, adalah budak kakek kami
Tipu daya mengubahnya menjadi keledai liar
Dikutip dari buku Abu Thalib Mukmin Quraisy, karya Abdullah al-Khanizi (liputanislam.com/AF)