Abu Thalib Pemilik Cinta (2)
liputanislam.com –Dalam sebuah hadits diriwayatkan bahwa Imam Ali bin Abi Thalib berkata: “Ayahku berkata kepadaku, ‘Hai Ali ikutilah anak pamanmu (Muhammad saw), karena dengannya kamu akan selamat dari setiap kesulitan, baik dunia maupun akhirat’. Kemudian, ia berkata kepadaku, ‘Terdapat jaminan dalam mengikuti Muhammad. Oleh karena itu, genggam eratlah, hai Ali, nasihatnya!’”
Abu Thalib menunjukkan kepada putranya agar mengikuti anak pamannya. Di dalam hal itu terdapat keselamatan dar setiap kesulitan di dunia ini dan di akhirat. Bagi keimanan terhadap hari akhirat, hari ketika setiap yang bernyawa meninggal dunia, terdapat pahala. Dan dia telah melakukannya.
Ia melihat Rasul, pada kesempatan yang lain sedang shalat, sementara Ali ada di sebelah kanannya. Lalu, ia memandang putranya, ja’far dan berbisik kepadanya, “shalatlah di samping anak pamanmu . Shalatlah di sebelah kirinya”
Lalu Abu Thalib melantunkan bait bait syair yang indah, yang menyebut nama kedua putranya, Ali dan Ja’far anak kesayangannya, ketika zaman mencelanya dan bencana menimpanya, ia memilih kedua anaknya untuk memikul tugas yang paling mulia ini, yaitu membela anak paman mereka.
Ali dan Ja’far kesayanganku
Saat zaman dan bencana mencela
Jangan telantarkan dan belalah
Anak paman kalian, saudaraku seibu seayah diantara mereka
Demi Allah, takkan kutelantarkan Nabi
Dan pemilik kemuliaan, dari anakku
Takkan menelantarkannya.
Kepada saudaranya, Hamzah (Abu Ya’la), Abu Thalib mengajaknya untuk membela agama Allah dan bersabar atas apa pun yang tidak diinginkan yang akan dihadapinya sebagai konsekuensi dari pembelaan ini. Ia harus melindungi orang yang membawa kebenaran dari Tuhannya dengan pembelaan yang tulus dan tekad yang teguh.
Abu Thalib pun membacakan syair
Sabarlah, hai Abu Ya’la, dalam membela agama Ahmad
Jadilah pembela agama ini dengan kesabaran
Lindungi pembewa kebenaran dari sisi Tuahnnya
Dengan ketulusan dan tekad kuat, jangan jadi kafir
Bahagialah aku saat kau katakan, “Kau orang Mukmin,”
Jadilah kau pembela Rasul Allah di jalan Allah
Serula Quraisy dengan apa yang kau peroleh terang – terangan,
Dan katakan, “Ahmad bukan penyihir.”
Ia mempergunakan kesempatan itu untuk menyerukan Islam, untuk mengungkapkan apa yang tersembunyi di dalam dadanya dan perasaan yang terpendam di dalam hatinya.
Di antara hal – hal yang menumbuhkan kebahagiannya adalah ketika Hamzah berkata,”Aku seorang Mukmin.” Oleh karena itu, ia harus menolong Rasul dengan pertolongan Illahi, membela kebenaran karena mencari keridhaan Allah tanpa memandang sesuatu yang lain, seperti jalinan kekerabatan atau pertalian darah. Agama harus didahulukan sebelum sesuatu yang lain.
Al – Barzanji dalam kitabnya mengatakan: “Berita berita yang diriwayatkan secara mutawattir menyatakan bahwa Abu Thalib mencintai Nabi Saw. Ia melindungi, membela, dan menolongnya dalam menyampaikan agamanya, serta meyakini apa yang dikatakannya. Ia menyuruh anak – anaknya, Ja’far dan Ali untuk mengikuti dan membelanya.”
Ia juga berkata: “Berita berita ini semua jelas, di dalam hatinya dipenuhi keimanan keimanan kepada Nabi saw”
Kisah ini terekam dalam syair di kitab Al Ghadir, Syarh Nahjul Balaghah, dan Ibid, yang dikutip oleh Abdullah al Khanisi dan dituangkan dalam karyanya Abu Thalib Mukmin Quraisy. (liputanislam.com/AF)