Pemimpin Hamas: Jasa Jenderal Soleimani Terlihat dalam Kemenangan Palestina
Teheran, LiputanIslam.com – Kepala Biro Politik Hamas Ismail Haniyeh dalam wawancara dengan Al-Alam di Teheran, ibu kota Iran, menyebut hubungan kubu resistensi Palestina dengan Iran sebagai hubungan yang “strategis, solid, dan mendalam” untuk berbagai misi.
Dia juga berbicara mengenai pertemuannya dengan Sekjen Hizbullah Sayid Hassan Nasrallah dan presiden baru Iran Ebrahim Raisi, dan menjelaskan besarnya peran dan jasa jenderal legendaris Iran Qasem Soleimani dalam penggalangan kekuatan kubu resistensi Palestina.
“Hubungan ini adalah hubungan strategis, solid, dan mendalam, berkembang dan menyediakan berbagai misi besar, terutama urusan Palestina dan Quds, dan juga dalam menghadapi rencana-rencana AS-Zionis di kawasan,” ujarnya ketika berbicara tentang hubungan faksi-faksi pejuang Palestina dengan Iran, seperti dimuat di situs berita Al-Alam, Selasa (10/8).
Dia menambahkan, “Karena itu kami gembira atas hubungan ini, yang hasilnya muncul di lapangan dan dalam interaksi politik, pers dan lapangan. Dan dengan dukungan kepada bangsa Palestina untuk menguatkan keteguhannya di semua tempat keberadaannya untuk menyokong dan mengembangkan resistensi, saya juga menemukan pengaruhnya dalam diskusi strategis yang berlangsung sekarang pasca Perang Pedang Quds, bagaimana kita bertolak dari perang ini, dan bagaimana kita membuat visi dan garis untuk interaksi dengan segala perkembangan yang terkait dengan Quds di masa mendatang.”
Pertemuan dengan Sayid Nasrallah
Ditanya mengenai pertemuannya dengan Sekjen Hizbullah Sayid Hassan Nasrallah ketika dan setelah berlangsung Perang Pedang Quds (10-21 Mei 2021), Haniyeh mengatakan bahwa hubungan Hamas dengan Hizbullah selalu terjalin, dan terjadi penguatan kerjasama dan koordinasi dalam pelaksanaan berbagai aspek resistensi Palestina.
“Umat sekarang lebih siap untuk melakukan apa yang disebut sebagai peralihan dari strategi dukungan kepada strategi partisipasi dalam pelaksanaan rencana pembebasan. Dan inipun tak syak lagi bahwa kami berbicara dengan Yang Mulia Sayid (Nasrallah) mengenai kesatuan umat dan bagaimana kita sungguh ingin mengembalikan persatuan umat di antara semua komponennya, dan bagaimana kita menurunkan tensi ketegangan sektarian, mazhab, ras dan lingkungan, baik dalam satu negara maupun antarnegara, atau antarkomponen secara keseluruhan,” terangnya.
Pertemuan dengan Sayid Raisi
Mengenai pertemuannya dengan Presiden Iran Sayid Ebrahim Raisi, Ismail Haniyeh mengatakan, “Pertemuan ini positif, kami menyimak Sayid Raisi dan pandangannya mengenai Palestina dan resistensi, penekanannya atas hak bangsa Palestina melawan pendudukan, dukungannya kepada resistensi dan pengembangan resistensi, dan penegasannya bahwa urusan Palestina bagi Iran dan bangsa Iran bukan urusan politik, melainkan urusan ideologis yang kokoh dalam pemikiran dan akidah Islam.”
Haniyeh melanjutkan, “Kami gembira atas keberadaan Sayid Ebrahim Raisi di puncak pemerintah Iran, dan kami berkeyakinan bahwa, insya Allah, kebijakan politik Iran akan memperkuat urusan Palestina dan dukungan kepada resistensi di Palestina.”
Jasa Jenderal Soleimani
Mengenai peran jenderal legendaris Iran yang gugur diserang pasukan AS di Irak, Qasem Soleimani, Haniyeh mengatakan, “Syahid Soleimani, semoga Allah merahmatinya, berperan penting dalam pembangunan kekuatan ini dan dukungan kepada resistensi di tanah Palestina, dan ini menampak dengan sangat jelas terutama setelah dan tak lama sebelum perang pertama (Israel) terhadap Jalur Gaza tahun 2009 dan 2009. Peran syahid ini kemudian menyertai strategi penggalangan kekuatan dan pengembangan rencana-rencana pertahanan serta penyediaan dukungan dana dan logistik untuk kubu resistensi.”
Pemimpin Hamas ini lantas menegaskan, “Karena itu, kami selalu bicara mengenai peranan ini, yang insya Allah, terekam dalam sejarah dan biografinya, dan generasi- generasi mendatang akan melihatnya dalam kemenangan dan pembebasan Quds, insya Allah.”
Normalisasi Hubungan Arab-Israel
Dalam wawancara ini, Ketua Biro Politik Hamas juga menyebutkan bahwa proyek normalisasi hubungan Arab-Israel terpukul oleh Perang Pedang Quds.
Haniyeh mengatakan, “Israel sendiri dalam bacaan dan evaluasinya atas hasil perang ini mengakui bahwa proyek normalisasi ini sangat terusik dalam perang ini, dibanding dengan situasi sebelum perang.”
Dia menambahkan, “Kamipun sekarang yakin bahwa Perang Pedang Quds telah memberikan pukulan telak terhadap proyek normalisasi ini. Interaksi bangsa-bangsa Arab dan Islam dengan resistensi, Gaza dan Quds mengkonfirmasi kepada dunia bahwa normalisasi ini terbatas di pemerintah-pemerintah, dan bukan dengan rakyat mereka. Rakyat tidak mengakui Israel, rakyat tidak menormalisasi hubungan dengan Israel, dan rakyat melihat semua bagian Palestina, dari sungai hingga lautnya, adalah hak Arab dan Islam Palestina.” (mm/alalam)
Baca juga:
[Video:] Ismail Haniyeh: Para Pejuang Palestina Dukung Iran Melawan Ancaman AS-Israel
Saudi Didesak segera Bebaskan Tahanan Palestina