Bashar al-Assad: Rakyat, Penentu Solusi Krisis Suriah

0
264
AssadInterview2

Bashar Al Assad

LiputanIslam.com — Perang Suriah telah berlangsung selama empat tahun, dan tak terlihat tanda-tanda akan segera berakhir. Bagaimana sikap pemerintah Suriah hari ini? Adakah kemungkinan perang ini akan diselesaikan melalui jalur politik? Berikut ini adalah wawancara antara Jonathan Tepperman dengan Presiden Suriah Bashar al-Assad, seperti dilansir Foreign Affairs.

Jonathan Tepperman (JT): Perang telah berlangsung selama empat tahun, dan sesuai data PBB,  200.000 jiwa telah melayang, satu juta orang menderita luka-luka, dan lebih dari tiga juta warga Suriah harus mengungsi. Banyak tentara Anda yang juga menjadi korban. Bagaimanapun, perang tidak boleh terjadi selamanya. Bagaimana pandangan Anda terkait akhir dari perang ini?

Bashar al-Assad (BA): Seluruh perang yang terjadi di dunia berakhir dengan solusi politik, dan perang itu sendiri bukanlah solusi. Perang merupakan salah satu instrumen politik. Sehingga, perang ini pun akan berakhir dengan solusi politik. Begitulah kami melihatnya.

JT: Tidakkah Anda berpikir bahwa perang ini akan diselesaikan dengan kekuatan militer?

BA: Tidak. Setiap perang berakhir dengan solusi politik.

JT: Negara Anda dipecah menjadi tiga ‘negara bagian’. Satu bagian dikendalikan oleh pemerintah. Satu bagian dikuasai oleh militan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) dan Al-Nusra. Satu bagian lagi dikuasai oleh oposisi Sunni dan Kurdi yang lebih sekuler. Bagaimana cara Anda untuk menyatukan semuanya kembali?

BA: Pertama-tama, gambaran Anda tidak akurat, karena Anda tidak dapat bicara tentang negara bagian tanpa menimbang keberadaan penduduk yang hidup di wilayah setempat. Rakyat Suriah masih hidup dalam satu kesatuan Suriah, mereka mendukung pemerintah.

Memang faksi yang Anda lihat mengendalikan beberapa daerah, tetapi mereka berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lainnya. Kondisi mereka tidak stabil, dan tidak ada garis pemisah antara faksi-faksi militan yang ada di Suriah. Kadang mereka berbaur satu sama lain.

Tetapi, masalah yang paling utama adalah rakyat. Mereka masih mendukung pemerintah terlepas melalui dukungan politik atau tidak. Maksud saya — mereka mendukung negara yang merupakan wujud dari kesatuan Suriah.

Jadi, selama Anda memiliki rakyat yang masih meyakini persatuan dan kesatuan Suriah, maka, pemerintah pasti bisa mempersatukan Suriah. Jika rakyat terbelah dua, tiga, atau empat, maka saat itulah tidak akan ada yang bisa mempersatukan negara. Seperti itu kami memandang permasalahan ini.

JT: Jadi, Anda berpikir bahwa orang-orang Sunni dan Kurdi masih percaya pada Suriah bersatu?

Rakyat Suriah di Lebanon berduyun-duyun memilih presiden

Rakyat Suriah di Lebanon berduyun-duyun memilih presiden

BA: Jika Anda ke Damaskus sekarang, Anda akan melihat keberagaman, atau dengan kata lain, masyarakat yang beraneka warna hidup dalam kebersamaan. Jadi, di Suriah tidaklah berdasarkan sekterian dan etnis. Dan bahkan di daerah Kurdi yang Anda bicarakan, kami memiliki dua kelompok yang berbeda, yaitu etnis Arab, yang bahkan jumlahnya lebih banyak dari etnis Kurdi. Ini bukanlah masalah etnis, melainkan tentang faksi yang mengontrol daerah-daerah tertentu dengan kekuatan militer.

JT: Setahun yang lalu, baik pihak oposisi maupun negara luar bersikeras bahwa kemunduran Anda adalah syarat untuk melakukan dialog. Namun kini tidak demikian, para diplomat berusaha mencari jalan keluar dan Anda tetap berperan. Hanya saja hari ini, The New York Times memuat artikel yang mengungkapkan bahwa Amerika Serikat (AS), mendukung inisiatif perdamaian yang digagas PBB dan Rusia. Hal ini mengacu pada sikap bahwa, “Barat akan mundur teratur dari berbagai tuntutan, asal Presiden Suriah mundur secepatnya.” Melihat perubahan dari sikap Barat ini, apakah sekarang Anda lebih terbuka untuk melakukan negosiasi dalam mengatasi konflik – yang mengarah pada transisi politik?

BA: Dari awal, kami terbuka. Kami menggelar dialog dengan semua pihak di Suriah. Partai tidak selalu berarti partai politik; melainkan bisa saja berupa partai (organisasi nonpolitik-red), atau beberapa tokoh. Kami telah melakukan perubahan pada undang-undang, dan kami terbuka untuk apa pun.

Tetapi ketika Anda ingin melakukan sesuatu, harus dipahami bahwa ini bukan tentang oposisi atau pemerintahan semata. Ini tentang Suriah. Kadang-kadang Anda mungkin berada dalam kondisi, dimana kelompok mayoritas tidak memihak siapapun. Sehingga, jika Anda ingin melakukan sebuah perubahan, dan selama Anda berbicara tentang masalah nasional, maka setiap rakyat Suriah harus dilibatkan.

Bila Anda melakukan dialog, maka bukan sekedar antara pemerintah dan oposisi, melainkan antara berbagai pihak yang berbeda di Suriah. Begitu cara kami memandang sebuah dialog. Itu yang pertama.

Lalu kedua, solusi apapun yang Anda kehendaki dari kami, pada akhirnya, Anda harus mengembalikan kepada rakyat melalui referendum. Karena Anda bicara tentang konstitusi, maka perubahan sistem politik apapun, harus Anda kembalikan kepada rakyat Suriah. Jadi, menggelar dialog dan mengambil keputusan adalah dua hal yang berbeda. Dan (pengambilan keputusan-red) tidak dapat dilakukan oleh pemerintah ataupun pihak oposisi.

JT: Jadi, Anda mengatakan bahwa Anda tidak akan menyetujui setiap bentuk transisi politik, kecuali melalui sebuah referendum?

BA: Tepat sekali. Rakyat yang harus mengambil keputusan, bukan pihak lain.

JT: Apakah itu berarti tidak ada ruang untuk negosiasi?

Presiden Assad di tengah-tengah tentara nasional

Presiden Assad di tengah-tengah tentara nasional

BA: Tidak, kami akan berangkat ke Rusia untuk melakukan negosiasi. Tetapi ada pertanyaan disini: Dengan siapa Anda bernegosiasi? Sebagai pemerintah, kami memiliki lembaga, memiliki tentara, dan kami memiliki pengaruh baik itu positif ataupun negatif di segala arah.

Sedangkan pihak kami akan bernegosiasi dengan wakil siapa? Itu pertanyaannya.

Ketika Anda berbicara tentang oposisi, maka seharusnya, opisisi itu harus memiliki kekuatan. Pada umumnya, pihak oposisi memiliki perwakilan di pemerintah daerah, parlemen, di lembaga, dan memiliki akar rumput yang mereka wakili. Dalam krisis di Suriah, Anda harus mempertanyakan tentang peran oposisi di negara ini.

Anda harus kembali melihat saat pemberontakan meletus, dan berulang kali mereka (rakyat-red) berkata, “Oposisi tidak mewakili kami.” Pemberontak ini tidak memiliki pengaruh. Dan jika Anda berbicara tentang dialog, itu sudah pernah dilakukan antara pemerintah dan pemberontak.

Hal lainnya yang harus dicermati adalah bahwa oposisi, bermakna nasional. Artinya, mereka harus bekerja untuk kepentingan rakyat Suriah. Bisakah mereka disebut oposisi jika mereka merupakan boneka yang dibayar oleh Qatar,  Arab Saudi atau Amerika Serikat? Kami memiliki oposisi nasional, dan saya tidak mengatakan bahwa semua oposisi tidak memiliki legitimasi. Tapi Anda harus memisahkan antara oposisi nasionalis dengan boneka. Selain itu, tidak setiap dialog yang digelar selalu membuahkan hasil.

JT: Apakah Anda bermaksud bahwa Anda tidak bersedia bertemu dengan kekuatan oposisi yang dibiayai oleh pihak asing?

BA: Kami bersedia bertemu dengan siapapun. Tanpa syarat.

JT: Tanpa syarat?

BA: Tanpa syarat.

JT: Jadi, Anda bersedia bertemu dengan semua pihak?

BA: Ya, kami bersedia bertemu dengan siapapun. Namun, Anda harus bertanya kepada mereka, “Siapa yang kalian wakili?” Itu maksud saya. (ba)

Next…

DISKUSI: