Syi’ah = Yahudi? (Tanggapan Untuk Farid Ahmad Okbah)
Farid Okbah, pada tulisan sebelumnya sudah terbukti berkali-kali melakukan propaganda atas konflik Suriah. Tidak hanya Suriah, FAO yang mengkalim diri sebagai pakar ajaran Syi’ah internasional juga tidak henti-hentinya menyebarkan informasi menyesatkan yang sangat mungkin menggiring opini publik bahwa benar Syi’ah adalah virus berbahaya yang mengancam keberadaaan Islam.
Pada tanggal 14 Januari 2014 , FAO meng- upload sebuah foto. Dilihat dari busananya, maka foto tersebut adalah foto ulama Iran dengan orang Yahudi. Mereka bergandengan tangan dengan akrab. Dari komentar para pengikutnya, FAO bisa dikatakan cukup berhasil menyampaikan isu lama bahwa Syi’ah = Yahudi.
Foto asli bisa dilihat di sini, keterangan fotonya sangat singkat; ‘United we stand, devided we fall’.
Apakah berfoto bersama merupakan indikasi bahwa Syi’ah dan Yahudi adalah saudara kembar? Mungkin kita perlu membaca sebuah kisah yang menggambarkan bagaimana akhlak Nabi Muhammad SAW terhadap sesamanya walau berlainan agama.
Di sudut pasar Madinah Al Munawarah, ada seorang Yahudi yang buta. Hari demi hari apabila ada orang yang mendekatinya ia selalu berkata:
“Wahai saudaraku, jangan dekati Muhammad, dia itu orang gila, dia itu pembohong, dia itu tukang sihir. Apabila kalian mendekatinya, maka kalian akan di pengaruhinya.”
Hampir setiap pagi, Rasulullah SAW mendatanginya dengan membawa makanan, dan tanpa berkata sepatah katapun Rasul menyuapi makanan yang dibawanya kepada pengemis itu walaupun pengemis itu selalu berpesan agar tidak mendekati orang yang bernama Muhammad.
Rasulullah SAW melakukan hal itu hingga beliau menjelang wafat. Setelah Rasulullah wafat, tak ada lagi orang yang membawakan makanan setiap pagi dan yang menyuapi orang Yahudi yang buta itu.
Suatu hari Abu Bakar ra berkunjung ke rumah anaknya (Aisyah). Beliau bertanya kepada Aisyah: “Anakku, adakah sunnah Rasul yang belum aku kerjakan?” . Aisyah menjawab pertanyaan ayahnya: “Wahai ayah, engkau adalah seorang ahli sunnah saja. Hampir tidak ada satu sunnah pun yang belum ayah lakukan kecuali satu sunnah saja“, ucap Aisyah.
“Apakah itu?” Tanya Abu Bakar. “Setiap pagi, Rasulullah SAW selalu pergi ke ujung pasar dengan membawakan makanan untuk seorang pengemis Yahudi buta yang ada di sana“, jawab Aisyah.
Keesokan harinya, Abu Bakar pergi ke pasar dengan membawa makanan untuk diberikan kepada pengemis itu. Abu Bakar mendatangi pengemis itu dan memberikan makanan itu kepadanya.
Ketika Abu Bakar mulai menyuapinya, tiba-tiba pengemis itu marah sambil berteriak: “Siapa kamu…!!!” Abu Bakar menjawab: “Aku orang yang biasa“. “Bukan…!!! Engkau bukan orang yang biasa mendatangiku.” sahut pengemis buta itu.
Lalu pengemis itu melanjutkan bicaranya: “Apabila ia datang kepadaku, tidak susah tangan ini memegang dan tidak susah mulut ini mengunyah. Orang yang biasa mendatangiku itu selalu menyuapiku, tapi terlebih dahulu dihaluskannya makanan itu, baru setelah itu ia berikan makanan itu kepadaku.”
Abu Bakar yang mendengar jawaban orang buta itu kemudian menangis sambil berkata: “Aku memang bukan yang biasa datang kepadamu. Aku adalah salah seorang dari sahabatnya. Orang yang mulia itu telah tiada. Ia adalah Muhammad, Rasulullah SAW.”
Setelah pengemis itu mendengar cerita Abu Bakar, pengemis itu pun menangis dan kemudian berkata “Benarkah demikian?”, tanya pengemis, kepalanya tertunduk dan air matanya mulai menetes.
“Selama ini aku selalu menghinanya dan memfitnahnya”, lanjutnya. Tetapi ia tidak pernah marah kepadaku, sedikitpun!”, ucap sang pengemis Yahudi sambil menangis terisak.
“Ia selalu mendatangiku, sambil menyuapiku dengan cara yang sangat lemah lembut…” sambil menahan kesedihan… namun akhirnya dia pun menangis.
Lalu ditengah tangisannya, sang pengemis Yahudi itupun berteriak, “Ia begitu mulia… Ia begitu mulia…!!!” sambil mendongakkan kepalanya kearah langit biru. Kedua tangannya dibuka lebar seperti berdoa, dan kemudian kembali duduk simpuh.
Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati (Al-Baqarah: 62)
(Liputan Islam/ BA)