Lima Hal Yang Perlu Diketahui Tentang KTT Warsawa
LiputanIslam.com – Diplomasi Amerika Serikat (AS) di Timteng semakin mengalami erosi. Hal ini terlihat dari penurunan level partisipasi 60 negara dunia dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Warsawa untuk Perdamaian dan Keamanan di Timur Tengah yang diserukan oleh Presiden AS Donald Trump di ibukota Polandia tersebut sejak Rabu 13 Februari 2019.
KTT dua hari yang dipimpin AZS itu dikecam oleh Iran yang tak mendapat undangan, dan menyebutnya “mati pada saat kedatangan”.
Pertemuan itu pertama kali diumumkan bulan lalu oleh Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo setelah melontarkan statemen anti-Iran di Kairo dan secara luas dianggap sebagai berupaya menggalang dukungan dunia kepada tekanan Washington terhadap Teheran.
Tetapi KTT itu diadakan di tengah situasi sensitif di mana Uni Eropa berusaha untuk menopang JCPOA, perjanjian nuklir Iran dengan sejumlah negara terkemuka dunia yang diteken tahun 2015, dan yang kemudian AS secara sepihak keluar darinya pada Mei 2018.
Berikut ini lima hal yang perlu diketahui tentang KTT Warsawa yang menyajikan tema rumit: “Layanan Promosi Masa Depan Perdamaian dan Keamanan di Timur Tengah.”
- KTT tentang apa dan siapa saja yang hadir?
Perspektif KTT menyorot masalah keamanan yang lebih luas di Timteng. Polandia telah menolak obsesi AS dan para sekutunya untuk mengubah KTT menjadi ajang propaganda anti-Iran, menggarisbawahi komitmennya untuk JCPOA, tetapi mantan duta besar Polandia untuk Afghanistan Piotr Lukasiewicz mengatakan, “[Polandia] telah kehilangan kendali atas pesan umum dari konferensi ini kepada AS, Israel dan Arab Saudi. ”
Para pejabat Iran tidak ada dalam daftar tamu pertemuan yang digalang oleh Brian Hook, utusan khusus Trump mengenai Iran dan kepala kelompok aksi Iran.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu diperkirakan akan mengadakan pembicaraan dengan Wakil Presiden AS Mike Pence yang akan berpidato di konferensi yang juga dihadiri Pompeo tersebut.
Menantu dan penasihat Trump, Jared Kushner, diperkirakan tampil ke podium secara langka pada hari Kamis.
Menteri Luar Negeri Inggris Jeremy Hunt akan berada di sana, namun mengaku lebih bermaksud mengatasi krisis kemanusiaan di Yaman, perang yang juga melibatkan Inggris.
Negara-negara Eropa lainnya akan mengirim delegasi tingkat rendah dan beberapa negara Arab mengirim delegasi yang dipimpin oleh para menteri.
- Siapa saja yang tak hadir?
Kepala diplomat Uni Eropa Federica Mogherini mengatakan dia tidak akan hadir. Rusia, sekutu penting Iran, menolak undangan itu. Menteri Luar Negeri Lebanon Gebran Bassil Senin lalu mengumumkan pihaknya tidak akan menghadiri KTT itu. Sedangkan para pejabat Palestina bahkan mencemooh konferensi itu sebagai “konspirasi AS-Israel yang bertujuan melenyapkan kasus Palestina”.
- Mengapa sekarang?
KTT ini digelar ketika AS mengaku akan memulai kebijakan melepas kawasan Timteng. Pada akhir tahun lalu Trump mengumumkan rencana penarikan pasukan AS dari Suriah. KTT Warsawa lantas menjadi presentasi upaya pertama pemerintahan Trump untuk membangun koalisi di Timteng.
Menurut Lukasiewicz, taruhannya tinggi, karena hasilnya mungkin membantu menentukan siapa yang akan mengisi peran Washington.
“AS telah memilih Israel sebagai sekutunya sejak lama. Arab Saudi tampaknya menjadi perantara lain bagi kepentingan AS di kawasan itu… Masalah Palestina tampaknya menjadi korban bisu pemulihan hubungan informal antara Arab Saudi dan Israel melawan Iran,” terangnya.
- Bagaimana sikap Eropa dan Polandia?
Penolakan KTT oleh beberapa orang Eropa mencerminkan bahwa meskipun negara-negara Uni Eropa juga keberatan terhadap perilaku regional Iran, namun mereka tidak percaya bahwa cara AS dalam upaya mengatasi masalah ini akan konstruktif untuk keamanan dan stabilitas Timteng.
Keputusan Polandia untuk menjadi tuan rumah acara tersebut menyoroti ganjalan antara negara-negara UE. Tidak semua negara anggota sejalan dengan tujuan E3 (Jerman, Inggris, dan Prancis).
Pilihan waktu KTT Warsawa bisa mencerminkan kesadaran AS akan gesekan di Eropa mengenai Iran, dan keinginan Washington untuk memperlebar kesenjangan.
KTT Warsawa mengusung isu keamanan, sementara Polandia menginginkan eksistensi militer AS secara permanen untuk melawan ambisi regional Rusia.
- Apa yang diharapkan terjadi?
AS bermaksud menunggangi KTT Warsawa untuk memperluas koalisi anti-Iran di luar Israel, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab, namun para pengamat meragukan obsesi itu akan tercapai.
“Tidak akan ada hasil nyata dengan pernyataan yang mengisolasi Iran. Negara-negara Eropa akan sangat berhati-hati pada pernyataan apa yang akan mereka tandatangani atau untuk bergabung dengan kesimpulan yang mengarah pada Iran,” kata Ellie Geranmayeh dari Dewan Eropa untuk Hubungan Luar Negeri.
KTT Warsawa banyak tergantung pada siapa yang hadir. Kehadiran negara-negara yang tak bermusuhan dengan Iran akan melunakkan pesan umum KTT.
Negara-negara Eropa dapat menggunakan kesempatan ini untuk memberikan tekanan pada Iran sambil menjaga agar JCPOA tetap berlaku. Tetapi untuk inipun Eropa harus menghadirkan sebuah front persatuan.
KTT itu juga dapat berbalik menyudutkan sikap Washington yang berlebihan terhadap Iran, apalagi perdamaian dan stabilitas di Timteng tidak mungkin akan tergalang tanpa melibatka Iran, negara yang jelas-jelas sangat berpengaruh di kawasan ini. (mm/aljazeera)