Hoax Save Aleppo, Untuk Siapa?
LiputanIslam.com–Sejak pertengahan Desember 2013, bersamaan dengan keberhasilan tentara Suriah mengambil alih kembali wilayah Aleppo timur yang dikuasai Al Qaida dan afiliasinya, muncul propaganda yang masif tentang kondisi Aleppo. Foto-foto lama didaur ulang untuk menjadi bukti dari tuduhan yang disebarkan oleh pihak-pihak pro Al Qaida, bahkan termasuk media mainstream.
Daur ulang foto-foto lama itu dapat dilihat dari kompilasi foto berikut ini:
Penjelasan foto:
Atas kiri: foto capture dari sebuah video klip musik, disebut sebagai korban Aleppo oleh akun Slman (Saudi) yang punya 28rb follower
Atas kanan: foto korban Israel di Gaza disebut sebagai korban Aleppo oleh akun Ree, Medhhat, yang punya 133ribu follower
Bawah kiri: foto pengeboman di Pakistan disebut sebagai korban Aleppo oleh akun Dima Sadek yang punya 123rb follower
Bawah kanan: Mr. Alhamdo (yang tampil di video “goodbye” BBC) bersama “Bana” yang selama ini aktif menyebarkan propaganda anti-tentara Suriah dan Rusia (Baca: Bana Alabed dan Industri Hoax Perang Suriah)
Saking banyaknya kebohongan yang tersebar, media-media mainstream dan LSM-LSM kemanusiaan terpaksa mengakui bahwa laporan ‘kekerasan di Aleppo’ sering kali berupa isu yang tidak bisa diverifikasi. Misalnya, pada 9 Desember, agensi berita Perancis, the Agence France-Presse melaporkan adanya 82 warga sipil yang tewas di tangan tentara pemerintah.
Hal ini dilaporkan oleh Rupert Colville, juru bicara kantor HAM PBB. Namun, PBB sendiri tidak mau menerima klaim Colville dan dalam statemen PBB, seperti dilaporkan AFP, juru bicara PBB mengatakan, “Kami harap, laporan ini salah atau berlebihan, dan situasi sangat cair dan sangat sulit untuk memverifikasi laporan ini.”
Shira Rubin, seorang jurnalis dari media bernama Vocativ, menulis bahwa foto-foto yang disebarluaskan di media sosial terkait Aleppo, “Sebagian besarnya palsu.”
Eliot Higgins, analis keamanan yang selama ini dikenal sebagai pendukung penggulingan rezim Suriah, mengakui di akun Twitter-nya pada tanggal 13 Desember bahwa banyak foto yang disebarkan terkait Aleppo adalah foto-foto daur ulang.
Di antara contoh foto daur ulang yang disebarkan di media sosial di Indonesia adalah sebagai berikut:
Namun sesungguhnya foto ini pernah diunggah orang pada tahun 2015 dan tidak disebutkan lokasinya:
Namun ternyata foto yang sama pernah muncul pada bulan Maret 2016 dan disebut sebagai anak Yaman.
Yang lebih mengherankan, selama ini banyak sekali warga sipil yang menjadi korban bom yang diluncurkan para pemberontak, atau aksi-aksi bom bunuh diri yang dilakukan para “mujahidin”. Namun sama sekali tidak ada gerakan global untuk membantu mereka. Gerakan Save Aleppo muncul secara masif di media massa dunia setelah Aleppo diambil alih kembali oleh pemerintah. Padahal, rakyat Aleppo sendiri bersuka cita karena sudah diselamatkan oleh tentara. Media-media di Indonesia juga memberitakan hal ini seperti merdeka.com dan detik.com.
Lalu apa tujuan penyebaran hoax ini? Sebagian pengamat menyebutnya sebagai upaya dari kelompok mujahidin untuk mendapatkan dukungan internasional. Tak heran, berbagai lembaga di Indonesia yang selama ini rekam jejaknya memang pro-mujahidin secara masif menggalang dana. Foto-foto hoax mereka pakai untuk membangkitkan kemarahan rakyat Indonesia dan kemudian merogoh kocek mereka.
Namun hati-hati saja karena baru-baru ini terungkap bahwa sumbangan dari Indonesia ternyata menumpuk di gudang pasukan mujahidin, sementara rakyat Aleppo timur kekurangan pangan. Bisa dilihat di video berikut ini, terlihat ada dus-dus bertuliskan Indonesia Humanitarian Relief, sebuah lembaga yang dipimpin ustadz Bachtiar Nasir.
Berikut ini capture dari video di atas yang memperlihatkan dus-dus dari IHR yang didapat di gedung sekolah yang dulu diduduki oleh pasukan teror Jaish al Islam:
Selain IHR, ada juga Misi Medis Suriah yang menggalang dana dari masyarakat. Dari foto berikut ini terlihat bahwa dana disampaikan kepada “mujahidin” (terlihat dari pakaian dan peluru yang ditaruh di pundak).
Nantikan rubrik Tabayun berikutnya mengenai aliran dana lembaga-lembaga amal Indonesia untuk Suriah. Simpati dan membantu sesama manusia memang wajib. Namun simpati yang didasarkan berita palsu dan menyumbang secara salah sasaran tentu bukan hal bijak. (fa)