Hamas dan Fatah di Tengah Kontroversi Prakarsa Damai Mesir
LiputanIslam.com – Wakil Ketua Biro Politik Gerakan Perlawanan Islam Palestina, Hamas, Mousa Abu Marzook menyatakan faksi pejuang Palestina ini menolak perdamaian yang diinginkan oleh Rezim Zionis Israel dalam prakarsa damai yang diajukan oleh Mesir.
Sebagaimana dilaporkan Anadolu, hal itu dinyatakan Abu Marzook dalam konferensi pers di Aljazair saat menjawab pertanyaan mengenai sikap Hamas terhadap gagasan Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi untuk mengatasi krisis Timteng.
“Tidak mungkin Hamas menerima perdamaian yang diinginkan Rezim Zionis dalam prakarsa yang digagas Mesir,” katanya sembari menyebutkan bahwa rincian prakarsa damai itu sebenarnya masih belum sepenuhnya jelas, dan para pejabat Mesirpun hingga kini masih menggodok masalah ini.
“Apa yang dapat kami tangkap dari statemen-statemen Presiden Mesir ialah bahwa perselisihan yang ada di front Fatah harus diatasi, kemudian kita bergerak menuju rekonsiliasi nasional antarkelompok internal Palestin. Pada tahap selanjutnya, Rezim Zionis mengemukakan pandangan dan prospeknya mengenai perdamaian, dan Kairo menjadi tuan rumah dialog perdamaian kedua pihak,” terangnya.
Dalam tubuh faksi Fatah terdapat perselisihan tajam antara Mohammed Dahlan dan Mahmoud Abbas sehingga kelompok ini terbelah menjadi dua kubu.
Tak tanggung-tanggung, pada tahun 2013 Mahmoud Abbas bahkan menuduh Dahlan melakukan aksi mata-mata untuk Israel dan terlibat dalam aksi teror terhadap para pemimpin Palestina, termasuk ketua otoritas Palestina alm. Yasser Arafat. Tuduhan ini dibantah keras oleh Dahlan. Dia balik menuding Mahmoud Abbas berusaha menjalankan agenda Israel dan kekuatan-kekuatan asing.
“Hamas sudah menyatakan sikapnya mendukung segala upaya untuk mengatasi perselisihan antarfaksi Palestina dan mewujudkan rekonsiliasi nasional serta siap melakukan upaya lebih banyak demi mencapai tujuan ini,” ujar Abu Marzook.
Dia menambahkan, “Namun demikian, kami menolak keras bagian kedua program, yakni perdamaian dan kehangatan hubungan dengan Rezim Zionis, dan segala langkah yang ditempuh haruslah dalam rangka menentang musuh, rezim yang menduduki tanah air kita.”
Mei lalu el-Sisi mengaku memiliki gagasan damai untuk mengatasi krisis Timteng.
Dia mengatakan, “Mungkin sebagian orang berpendapat bahwa perdamaian dan kehangatan hubungan dengan Tel Aviv tak mungkin bisa dicapai. Tapi saya mengatakan bahwa perdamaian ini bisa dicapai apabila permasalahan saudara-saudara kami orang-orang palestina teratasi, dan kita dapat membuat mereka optimis kepada pembentukan sebuah negara merdeka di tanah air mereka.”
Di pihak lain, laman berita Israel News1 sebelumnya melaporkan Mahmoud Abbas selaku ketua otorita Palestina menyatakan tidak berminat pada prakarsa damai Mesir. Dia berpendapat bahwa gagasan itu dibuat sesuai agenda sebuah konferensi regional dan dicanangkan supaya ada perundingan langsung antara Israel dan pemerintah otonomi Palestina dengan pengawasan Mesir, sebagaimana prakarsa damai Perancis yang juga merupakan hasil sebuah konferensi internasional dan tidak mencanangkan penarikan pasukan Zionis dari semua wilayah pendudukan Palestina tahun 1967.
Menurut News1, Mahmoud Abbas menilai prakarsa damai Mesir sebagai satu strategi untuk membawa konflik Palestina dengan Israel ke ranah internasional dengan tujuan menggiring rezim Zionis ini ke lembaga-lembaga dunia dan supaya ada sanksi internasional terhadap Israel.
Laman ini juga menyebutkan adanya perselisihan pendapat lain antara Mesir dan otorita Palestina terkait dengan kebertahanan Mahmoud Abbas sebagai pemimpin otorita Palestina. El-Sisi menginginkan supaya jabatan itu diserahkan kepada Mohammed Dahlan yang merupakan rival Mahmoud Abbas.
Dalam rangka ini, beberapa bulan lalu el-Sisi meminta Mahmoud Abbas supaya akur lagi dengan Dahlan dan memperkenankannya kembali ke wilayah pendudukan agar masuk lagi ke dalam barisan Fatah, namun Mahmoud Abbas menolak permintaan ini.
Mesir optimis bahwa Mahmoud Abbas akan segera termakzul dari otorita Palestina, dan Kairo berharap pemimpin Palestina selanjutnya adalah orang yang cocok di mata Mesir. Dalam konteks ini, Mesir menjagokan Dahlan.
Dahlan sendiri sudah lama menjalin hubungan baik dengan el-Sisi, dan pernah menjadi mediator Mesir dan Ethiopia mengenai pembangunan Waduk al-Nahdhah.
Penolakan Mahmoud Abbas terhadap prakarsa damai mesir dan rekonsiliasi dengan Dahlan masih menjadi ibarat kabut pekat yang menyelemuti hubungan Mesir dengan Palestina.
Sumber-sumber Mesir menyebutkan bahwa el-Sisi masih terus berusaha melicinkan gagasannya itu, dan ini praktis menyulitkan posisi Mahmoud Abbas. Karena itu, menurut News1, beberapa sumber Fatah menilai Mahmoud Abbas pada akhirnya akan menerima gagasan Mesir. (mm)