Voa-Islam Linglung dan Tidak Nyambung
Oleh: Ayudia az-Zahra, Blogger
Membaca berita Voa-Islam, sepertinya harus menyiapkan kesabaran ekstra terlebih dahulu. Bukan saja karena beritanya yang penuh dengan propaganda, tapi juga karena isi berita yang sering kontradiksi, tidak nyambung antara paragraf yang satu dengan yang lainnya.
Seperti berita ini: Syiah Sudah Bergerak di Indonesia Sejak tahun 50-an
SUKOHARJO (voa Islam) – Dalam membahas buku “Ulama Syiah Menghujat Syiah” di mesjid Baitul Makmur Solabaru, ahad (23/03/2014) kemarin, ustadz Irfan S. Awwas menyampaikan pengalaman beliau saat bertemu dengan Watimpres. Dalam pertemuan sekitar sebulan yang lalu itu beliau ditanya tentang pendapat Majelis Mujahidin tentang gerakan Takfiry.
Ustadz Irfan menyadari bahwa pertanyaan tersebut diarahkan untuk mengadu-domba antara MM dengan Ustadz Abu Bakar B’aasyir . Seperti kita ketahui, ustadz Abu telah mengeluarkan buku Tadzkiroh II yang sempat ramai. Karena buku tersebut dengan jelas menyebut NKRI, pemerintah dan aparatnya sebagai thoghut. Sangat mungkin bagi sebagian kalangan, sikap tegas semacam itu identik dengan gerakan takfiry.
Oleh karenanya, Ustadz Irfan dengan diplomatis menjawab pertanyaan tersebut di hadapan KH. Ma’ruf Amin.
“Banyak aktifis Islam mengikuti Syiah dalam doktrin anti Thoghutnya,” jawabnya.”Sesungguhnya, Syiah sudah memulai gerakannya di Indonesia ini sejak tahun 50-an dan ada tokohnya yang dari Pekalongan yakni Ahmad Barakbah kemudian pada era 80-an, kaum Syiah mengadakan pemboman candi Borobudur dipimpin Habib Hussen Al Habsy,” tambahnya lagi.
Paragraf pertama disampaikan bahwa Ustadz Irfan S. Awwas menyampaikan pengalaman beliau saat bertemu dengan Watimpres. Dalam pertemuan sekitar sebulan yang lalu itu beliau ditanya tentang pendapat Majelis Mujahidin tentang gerakan Takfiry. Nah, si Ustadz merasa bahwa pertanyaan ini adalah untuk mengadu domba Majelis Mujahidin dengan Abu Bakar Ba’asyr. Dia menjawab:
“Banyak aktifis Islam mengikuti Syiah dalam doktrin anti Thoghutnya,” jawabnya.”Sesungguhnya, Syiah sudah memulai gerakannya di Indonesia ini sejak tahun 50-an dan ada tokohnya yang dari Pekalongan yakni Ahmad Barakbah kemudian pada era 80-an, kaum Syiah mengadakan pemboman candi Borobudur dipimpin Habib Hussen Al Habsy,” tambahnya lagi.
Menurut saya, sesi tanya jawab yang terjadi kurang lebih:
Penanya: Ustadz Irfan, apakah yang dimaksud dengan Takfiri, berikut gerakannya?
Ustadz Irfan: “Banyak aktifis Islam mengikuti Syiah dalam doktrin anti Thoghutnya,” jawabnya.”Sesungguhnya, Syiah sudah memulai gerakannya di Indonesia ini sejak tahun 50-an dan ada tokohnya yang dari Pekalongan yakni Ahmad Barakbah kemudian pada era 80-an, kaum Syiah mengadakan pemboman candi Borobudur dipimpin Habib Hussen Al Habsy.”
***
Saya benar-benar heran dengan jawaban si Ustadz. Yang ditanya adalah pendapatnya tentang gerakan Takfiri, tapi jawabannya sama sekali tidak nyambung dengan pertanyaan. Saya yakin, dengan maraknya sikap Takfiri (gemar mengkafirkan kelompok lain yang berbeda pemahamannya), seharusnya tidak susah untuk menjawab pertanyaan tersebut secara lugas. Saat ditanya tentang Takfiri, koq dia bawa-bawa Syiah? Apakah segala sesuatu hal yang buruk-buruk harus selalu dikaitkan dengan Syiah?
Bandingkan dengan pendapat Habib Husin Nabil Assegaf tentang Takfiri:
Allah mengajarkan kita bagaimana cara mengajak seseorang, yaitu dengan ilmu, bukan dengan kebodohan (sesuatu yang kita tidak tahu ilmunya). Ajaklah orang lain kepada kebaikan dengan ilmu, hikmah, kata-kata yang baik (bukan kata-kata menyakitkan, cacian, atau laknat).
Mengenai sekelompok orang yang gemar mengkafirkan orang lain, Rasulullah SAW bersabda: jika seseorang berkata kepada saudaranya dengan ucapan ‘hai kafir’ maka ucapan itu akan kembali kepda salah satu dari keduanya. Artinya, jika ternyata yang dituduh tidak kafir, maka ucapan itu akan kembali kepada si penuduh.
Jika kita lihat seseorang sholat, puasa, haji, zakat, mengakui Allah sebagai Tuhan, Muhammad sebagai Rasulnya, maka janganlah kita gegabah menuduhnya kafir. Ditakutkan, ucapan kafir itu akan kembali kepada si pengucap. Naudzubillah.
***
Coba cermati kasus serupa, yang telah pernah ditulis di sini:
Sheikh Ramadhan al-Buthi terbunuh, itu adalah perintah Assad!
Saria Hassoun terbunuh, itu adalah perintah intelejen Assad!
Ada bom di Turki, itu adalah ulah milisi pro Assad!
Ada gempa di bulan, itu adalah konspirasi Assad!
Ada alien di angkasa, itu shabiha Assad yang sedang menyamar !
Dalam krisis Suriah, ada pola baku yang dipakai oleh semua media pendukung pemberontak, bahwa apapun kesalahannya, apapun musibahnya, maka yang patut disalahkan adalah Presiden Bashar al-Assad. Sehingga pendukung Assad pun balas menyindir kelakuan kocak media mainstream tersebut dengan membuat sajak diatas. Dikatakan, bahkan bom di Turki hingga alien yang beredar di angkasa pun adalah ulah Assad, untuk menunjukkan betapa tidak –masuk akal-nya klaim-klaim mereka.
***
Sebelumnya, saya juga membaca Arrahmah, media Islam penuh kontradiski dan kebohongan yang mengungkapkan tentang pengkhianatan Syiah. Dalam penutup artikelnya, Arrahmah berkata: “Dan akan senantiasa terus berulang sejarah tentang peristiwa dan pengkhianatan mereka dengan tujuan menghancurkan Islam dan melemahkan kita kaum muslimin, ketahuilah wahai kaum muslimin, setiap kali ada pengkhianatan hampir pasti dibelakangnya ada campur tangan kaum Rafidhah”
Ketika melihat pola yang sama persis antara tragedi Suriah, yang menyalahkan Assad sebagai satu-satunya tertuduh, dan membandingkan dengan sikap mereka terhadap muslim Syiah pada umumnya yang juga serupa yaitu menimpakan semua musibah yang terjadi di dunia Islam diarsiteki oleh Syiah, saya sungguh sangat khawatir jika Indonesia akan menjadi Suriah yang selanjutnya. Bagaimana tidak, perlahan-lahan ulama Ahlussunah moderat sudah mulai dituduh-tuduh sebagai Syiah, penyerangan secara fisik terhadap muslim Syiah di Sampang sudah terjadi, dan faktor Indonesia, negara yang kaya sumber daya alam dan posisi yang sangat strategis di kawasan Asia, bukan tidak mungkin jika hujan peluru yang dibalut dengan aroma busuk sekterian akan singgah di negeri ini.
———–
Redaktur menerima sumbangan tulisan untuk rubrik opini. Kirim ke redaksi@liputanislam.com