Dari Makassar: MUI Adalah Pelayan Umat
Rahim Yunus: MUI Adalah Pelayan Umat
Acara dimulai dengan sambutan oleh Prof. Rahim Yunus, MA (Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama-FKUB) yang menyampaikan bahwa MUI adalah qodimul ummah (pelayan umat). Karenanya MUI adalah tenda bagi seluruh umat Islam apapun mazhab dan alirannya.
“MUI berperan dalam memberikan pencerahan kepada seluruh umat Islam, menghindari saling sikut menyikut antara satu dengan yang lainnya agar terjalin konsolidasi, ukhuwah dan kerukunan yang menjadi pondasi kekuatan umat, karena jika hal tersebut tidak ada, niscaya tidak akan ada perkembangan dan kemajuan,” demikian dinyatakan oleh Prof Rahim.
Lebih lanjut Prof Rahim menyinggung bahwa Indonesia berbeda dengan negara lainnya seperti Mesir, Suriah, Yaman ataupun Irak.
“Indonesia memiliki Pancasila sebagai dasar negara, yang merupakan perekat dalam menyatukan perbedaan. Apalagi diperkuat dengan konsep ajaran Islam yang sempurna akan menjadi penerang dalam membangun peradaban yang paripurna,” ujarnya.
Umar Shihab: MUI Pusat Tidak Pernah Keluarkan Fatwa Syiah Sesat
“Sikap takfiri ini menjadi menjadi salah satu alasan MUI membentuk komisi ukhuwah, bekerja sama dengan komisi fatwa untuk bersama-sama mengkaji dan menetapkan kriteria-kriteria kelompok yang dikafirkan,” ujar Prof Umar.
Beliau juga menegaskan bahwa MUI Pusat tidak pernah mengeluarkan fatwa-fatwa sesat terhadap mazhab tertentu, dan kalaupun ada, mereka hanyalah oknum yang tidak paham tentang Islam. Disebutkan pada tahun pada 80-an pernah terbit fatwa MUI untuk mewaspadai (bukan menyesatkan) mazhab Syiah bersamaan dengan gerakan Imam Khomeini/ revolusi Islam Iran. Jadi faktor penyebab fatwa tersebut lahir adalah murni karena alasan politis.
Prof Umar mengingatkan, sejak zaman Nabi hingga sekarang telah terjadi perbedaan dan keragaman dalam memahami dan mengamalkan ajaran Islam.
“Bahkan Rasulullah pun tidak melarang ikhtilaf,” demikian kata Prof Umar.
Karena itu, perbedaan adalah wajar, dan jangan dibiarkan menjadi pemicu konflik. Sejarah mencatat, perbedaan pendapat yang selanjutnya menjadi konflik dan pertentangan terbuka seringkali berakhir pada timbulnya permusuhan, diintegrasi dan pertumpahan darah.
“Perbedaan harus disikapi dengan bijak demi kokohnya persatuan Islam,” tegas Prof Umar.
Wakil FPI: Sunni-Syiah Tak Mungkin Bersatu!
Selanjutnya, diadakan sesi dialog yang membuat suasana terasa memanas. Beberapa pihak menyampaikan keresahan atas aktivitas kelompok-kelompok takfiri yang akhir-akhir ini semakin marak. Mereka mempertanyakan sikap MUI yang terlihat ambigu dalam menyikapi persoalan yang muncul dalam tubuh MUI itu sendiri.
Keambiguan MUI ini muncul dari perbedaaan fatwa antara MUI Pusat dan daerah. Misalnya, MUI Jatim secara tegas memfatwakan Syiah sesat, padahal MUI Pusat tidak memfatwakan demikian. Beberapa pengurus MUI Pusat juga menulis buku Mengenal dan Mewaspadai Penyimpangan Syiah di Indonesia dan mengklaim sebagai buku resmi MUI Pusat. Narasumber menjawab, buku tersebut tidak ditandatangani oleh ketum dan sekretaris, sehingga itu adalah perbuatan oknum yang tidak paham masalah Islam.
Wakil dari FPI (Front Pembela Islam) sempat pula berteriak “Sampai kapan pun Sunni dan Syi’ah tidak akan menyatu, bahkan sampai dunia hancur!” Teriakan wakil FPI ini agaknya dipicu kekesalan karena saat ingin mengungkapkan pendapat, moderator menunjuk kepada orang lain. Kemudian, wakil FPI menyarankan agar MUI membuka ruang dialog terbuka antar Syi’ah dan Sunni agar tidak terjadi bentrokan di akar rumput. Prof Umar Shihab menyambut saran ini dan berjanji akan menindaklanjuti. Bahkan pihaknya juga akan berupaya untuk mengundang ulama Iran dan Arab Saudi.
Wakil dari FUI juga menyampaikan pendapatnya yang mengecam Syiah dan diikuti oleh teriakan-teriakan beberapa laki-laki bercelana cingkrang, “Syiah itu sesat! Jangan diayomi lagi!”
Konflik Antarumat Hanya Akan Menguntungkan Imperialis
Negara-negara Timur Tengah yang kaya sumber alam kini tengah tercabik-cabik. Skenario pecah belah di Irak, Suriah, Libya, telah menyengsarakan rakyat, namun menguntungkan pengusaha-pengusaha minyak, kontraktor, dan industri senjata Zionis. Indonesia sebagai negeri yang sangat kaya sumber alam, tentu perlu waspada. Apalagi, indikasi ke arah sana mulai terlihat. Kelompok teroris semisal Al-Qaeda, Al-Nusra, dan ISIS di Timur Tengah telah dibaiat terang-terangan oleh kelompok-kelompok radikal di Indonesia. Apakah rakyat Indonesia mau bernasib seperti rakyat negeri-negeri yang menjadi korban agresi kelompok-kelompok teroris itu?(ts/ba/LiputanIslam.com)