Wow, Pertemuan Saudi dengan Hizbullah Dikabarkan Latar Belakangi Gencatan Senjata di Yaman

0
307

Beirut, LiputanIslam.com  Arab Saudi dan Hizbullah Lebanon dikabarkan pernah mengadakan pertemuan rahasia, yang telah melatar belakangi gencatan senjata antara Ansarullah (Houthi) dan pasukan koalisi pimpinan Saudi di Yaman.

Kabar tersebut berasal dari pernyataan beberapa sumber kepada situr berita Middle East Eye (MEE), dan mengejutkan karena Kerajaan Saudi dan Hizbullah selama ini bermusuhan tajam, sementara Sekjen Hizbullah Hassan Nasrallah juga telah berulang kali membantah pihaknya mewakili Ansarullah.

Menurut kabar itu, dalam pertemuan pada akhir Maret lalu, Wasekjen Hizbullah Syeikh Naim Qassem telah menyampaikan kepada Saudi daftar tuntutan sebagai syarat gencatan senjata segera di Yaman.

Syarat itu mencakup pemecatan Presiden Yaman Abd Rabbuh Mansour Hadi, pencabutan blokade kota pelabuhan utama Hodeidah dan bandara Sanaa, dan pertukaran tahanan, yang tidak semuanya orang Yaman, melainkan juga beberapa orang Syiah yang dipenjara di Bahrain dan negara-negara Teluk lainnya.

Tiga minggu kemudian, sebagian besar syarat itu terpenuhi, meskipun tidak semua tahanan dalam daftar Qassem dibebaskan.

Pengunduran diri Hadi pada 18 April dan penyerahan kekuasaannya kepada dewan kepresidenan terjadi tiba-tiba setelah delapan tahun Saudi mendudukung presiden Yaman.

Wall Street Journal kemudian melaporkan bahwa Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman (MBS) telah memaksa Hadi keluar dari kantor dan menjadikannya sebagai tahanan rumah. Namun sampai sekarang tak jelas alasan mengapa penguasa de facto Saudi itu bertindak demikian, selain keinginan untuk menyudahi intervensi militer tujuh tahun yang mahal dan tak efektif terhadap Yaman.

Menurut Perseritan Bangsa-Bangsa (PBB), konflik Yaman akan menewaskan 377.000 orang pada akhir tahun 2022. Diperkirakan empat juta orang telah mengungsi, dan 80 persen dari 29 juta penduduk negara itu bergantung pada bantuan.

Pada Juni lalu perjanjian gencatan senjata antara Ansarullah dan pasukan koalisi pimpinan Saudi diperpanjang, namun kedua pihak saling tuding melanggar perjanjian.

Menurut sumber Teluk, Saudi mengancam akan memboikot putaran berikutnya pembicaraan antara delegasi Saudi dan Iran, yang telah diadakan selama berbulan-bulan di Baghdad untuk mengatasi masalah regional.

Perdana Menteri Irak Mustafa al-Kadhimi, yang telah bertindak sebagai mediator dalam pembicaraan Saudi-Iran, lantas melakukan perjalanan ke kedua negara, dan mengangkat masalah tersebut dalam pertemuannya dengan Presiden Iran Ebrahim Raisi pada Ahad lalu.

Berbagai sumber di Teluk dan sekitarnya mengkonfirmasi pertemuan di Lebanon, sedangkan Hizbullah sendiri enggan menjawab ketika ditanya oleh MEE, namun sebuah sumber yang dekat para petinggi Hizbullah mengkonfirmasi bahwa “Saudi memang mendekati Hizbullah”. Kedutaan Besar Saudi di London juga tidak menanggapi permintaan komentar. (mm/mee)

Baca juga:

Hamas Jaga Ikatan Baik dengan Ansarullah Yaman dan akan Pulihkan Hubungan dengan Suriah

Sekjen Kongres Nasional Arab Puji Perjuangan Pemimpin Hizbullah Lebanon

DISKUSI: