Sepupu Moammad Gaddafi Peringatkan Erdogan: Kami Bisa Jangkau Istanbul
Kairo, LiputanIslam.com – Pejabat politik Front Perjuangan Nasional Libya Ahmed Gaddaf Al-Dam yang juga sepupu mantan presiden Libya mendiang Moammar Gaddafi menyatakan Mesir berhak membela diri terkait konflik Libya, karena banyak serangan teror bom yang terjadi di Mesir berasal dari Libya.
Dalam sebuah wawancara dengan Sky News Arabia, Kamis (25/6/2020), Qaddaf Al-Dam memprediksi sepak terjang dan campur tangan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan di Libya akan berakhir gagal.
“Mesir tunduk pada perang yang terorganisir sebagai negara Arab, dan memiliki hak untuk mempertahankan diri ketika garis merahnya dilanggar. Bagi kami, garis merah kami ada di Zuwara dan Tobruk, dan jika orang Turki meluas ke Libya, kamipun dapat menjangkau Istanbul, terutama karena kami memiliki sekutu di Turki,” ancam al-Dam.
Al-Dam juga menyebut Turki “terseret ke dalam perangkap di Libya” dan menilai Erdogan sebagai ambisius berilusi menjadi khalifah dan mengembalikan kejayaan Imperium Ottoman.
Seperti diketahui, negara Libya yang kaya minyak dilanda kekacauan sejak peristiwa pemberontakan yang didukung NATO berhasil menggulingkan dan membunuh Muammar Gaddafi pada tahun 2011.
Selanjutnya, sejak tahun 2014 Libya dikeruhkan oleh perang kekuasaan antarkubu yang bersaing; satu adalah kubu Pemerintah Kesepakatan Nasional (Government of National Accord/GNA) yang dipimpin Fayez al-Sarraj dan berbasis di Tripoli; dan yang lain adalah Tentara Nasional Libya (Libyan National Army/LNA) yang terdiri atas kelompok-kelompok milisi yang dipimpin Marsekal Lapangan Khalifa Haftar dan berbasis di wilayah timur Libya.
Kedua pihak terlibat perang yang tak jarang mengundang kekuatan dari luar serta banjir senjata asing dan pasukan bayaran.
LNA didukung oleh Uni Emirat Arab (UEA), Mesir dan Rusia, sementara GNA didukung Turki.
Pada April lalu LNA melancarkan serangan untuk mencoba merebut Tripoli dari GNA, namun dalam pertempuran selama beberapa pekan terakhir ini mereka mundur dari sebagian besar Libya barat setelah Turki meningkatkan dukungan militernya kepada FNA.
Perkembangan ini mendorong Mesir untuk mengisyaratkan kemungkinannya terlibat langsung dalam konflik Libya, dan kemudian Turki menanggapinya dengan pernyataan tak akan mundur dari dukungannya kepada GNA meskipun Mesir ikut terjun dalam konflik. (mm/amn/aljazeera)
Baca juga: