Sayid Nasrallah: Kapal Tanker Minyak Iran Kedua akan Bergerak Menuju Libanon

0
759

Beirut, LiputanIslam.com –  Sekjen Hizbullah Sayid Hassan Nasrallah menyatakan bahwa kapal tanker pembawa produk minyak Iran yang kedua akan bergerak menuju Libanon beberapa hari lagi.

Dalam pidatonya pada hari Ahad (22/8) Sayid Nasrallah menyebutkan bahwa Barat telah menghamburkan dana puluhan miliar USD untuk mencoreng citra Poros Resistensi namun gagal sehingga kemudian meneror dan mengobarkan perang terhadap Suriah namun juga gagal.

Menurutnya, Kedubes AS di Beirut mencampuri semua urusan Libanon, termasuk urusan bahan bakar (BBM), demi mengacaukan Libanon serta membidik kehormatan masyarakat Libanon.

“Rahasia kekuatan kita terletak pada kenyataan bahwa kami sama sekali tak menghendaki raihan politik. Problema AS dan kelompok pro-AS di kawasan justru terletak di sini. Salah satu titik kekuatan Anda ialah kenalilah musuh Anda. Kita adalah musuh AS dan dominasi AS, musuh Rezim Zionis (Israel) dan proyek Zionis, dan dengan ini kita bangga, tapi mereka tak mengenal kita… Mereka selama ini mengira kita memburu dunia. Mereka mengira bahwa jika mereka mengancam dunia kita maka k kita akan mengubah kehendak dan tekad kita. Mereka tak bisa tahu apa arti keterhubungan Anda dengan Karbala Imam Husain, ” paparnya.

Dia menambahkan, “Kapal tanker kedua kita akan bergerak dari Irak beberapa hari lagi, dan kapal-kapal tanker lainpun masih akan menyusulnya. Masalah kita bukan soal satu dan kapal, melainkan bahwa dengan proses ini kita akan terus memenuhi kebutuhan Libanon… Dengan datangnya kapal-kapal pembawa bahan bakar ke Libanon maka tekanan terhadap berbagai perusahaan dan SPBU akan berkurang. Kita ingin mendobrak pasar gelap, menghadapi harga-harga yang tamak, dan mengurangi problematika rakyat… Kami tak bermaksud menggantikan pemerintah dan SPBU serta bersaing dengan siapapun. Kami menyambut baik usulan gas Mesir dan listrik Yordania, dan menyambut baik siapapun yang membantu Libanon.”

Sekjen Hizbullah mengingatkan kepada AS, “Jika pemerintah AS memang bermaksud membantu Libanon maka silakan mencabut vetonya terhadap bantuan untuk Libanon.”

Mengenai peran Iran dia mengatakan, “Jika perusahaan-perusahaan dunia takut kepada Israel sehingga tak berani mengeksplorasi minyak Libanon maka kami siap meminta perusahaan-perusahaan Iran untuk mengeksplorasi minyak kami… Perusahaan-perusahaan Iran tak takut diserang Israel, dan dapat mengeksplorasi serta menjual minyak dan gas.”

Krisis akut kelangkaan bahan bakar mendera Lebanon. Bensin diselundupkan oleh oknum-oknum keji ke negara tetangga Suriah atau ditimbun dan kemudian dijual oleh para pencatut di pasar gelap dengan harga tinggi, di tengah ketidakmampuan pemerintah yang kekurangan dana untuk mengamankan impor bahan bakar akibat krisis ekonomi dan moneter yang melanda sejak akhir tahun 2019.

Sementara itu, konsumsi bahan bakar di negara ini meningkat selama beberapa bulan terakhir karena produksi listrik turun hingga menyebabkan penjatahan listrik hingga 22 jam per hari dan peningkatan ketergantungan pada generator swasta. Hal ini menyebabkan banyak daerah dalam kegelapan hampir total di malam hari.

Krisis ini semakin memburuk pekan lalu setelah Bank Sentral memutuskan untuk mengakhiri subsidi bahan bakar impor . Kebuntuan harga mendorong SPBU untuk menghentikan penjualan bahan bakar dengan alasan bahwa pasokan mereka telah habis.

Beberapa bahan pokok seperti roti sebagian besar menghilang dari rak-rak toko akibat biaya transportasi yang meningkat. Banyak toko dan bisnis terpaksa memotong kerugian dan menutup pintu mereka. Bahkan layanan internet mengalami penurunan kualitasnya.

Runtuhnya mata uang nasional terhadap dolar dan penurunan daya beli pound telah membantu mendorong Lebanon ke dalam krisis ekonomi yang mencekik. Harga barang dan jasa telah meroket karena daya beli gaji tetap tidak berubah.

Keputusan Bank Sentral untuk mencabut subsidi bahan bakar menjadi pukulan fatal bagi Lebanon, terutama mereka yang berpenghasilan rendah, karena banyak yang tidak mampu bekerja akibat tingginya biaya transportasi. Banyak yang tidak akan mampu mengamankan kebutuhan makanan minimum mereka.

Statistik yang dikeluarkan 11 Agustus oleh Information International, sebuah perusahaan penelitian dan konsultan yang berbasis di Beirut dalam penelitian survei, menyatakan berakhirnya subsidi bahan bakar akan membuat harga bensin dan solar melonjak lebih dari empat kali lipat.

Sekjen Hizbullah optimis bahwa krisis yang terjadi akibat tekanan AS dan Barat terhadap Libanon ini akan teratasi dengan resistensi dan upaya penuh kesabaran bangsa Libanon.

“Sihir akan berbalik kepada penyihir. Kecermatan, kecerdasan dan ketabahan Anda serta tindakan dan upaya kita semua untuk mencari alternatif akan membuat kita beruntung dalam peperangan ini, dan kita keluar darinya dengan kondisi semakin tangguh,” tegas Sayid Nasrallah. (mm/alalam/almonitor)

Baca juga:

Ulama Sunni Lebanon Apresiasi Kiriman BBM dari Iran

Ansarullah Yaman: Hizbullah Dobrak Blokade AS terhadap Libanon

DISKUSI: