Pria Palestina Yang Ditahan Israel Akhiri Mogok Makan Setelah 103 Hari

0
585

TelAviv, LiputanIslam.com –  Seorang pria Palestina, Maher al-Akhras, 49 tahun,  yang dipenjara oleh Israel sejak Juli 2020 karena dituduh sebagai anggota kelompok bersenjata telah mengakhiri aksi mogok makannya setelah 103 hari.

Pria itu ditangkap di dekat kota Nablus di Tepi Barat dan dimasukkan dalam penahanan administratif, sebuah kebijakan yang digunakan Israel untuk menahan tersangka tanpa dakwaan.

Istrinya, Taghrid, kepada kantor berita AFP, Jumat (6/11/2020), mengatakan bahwa Maher telah “menghentikan aksi mogok makannya setelah 103 hari”.

Dalam percakapan telepon dari rumah sakit Kaplan di Rehovot, sebuah kota Israel di selatan Tel Aviv tempat suaminya dirawat, Taghrid mengaku “senang” atas keputusan itu,  namun masih “prihatin” atas kondisi medis Maher yang parah serta menderita sakit jantung dan kejang.

Belum ada komentar langsung dari otoritas Israel mengenai apakah mereka telah menawarkan jaminan khusus kepada Maher.

Sebelumnya di hari yang sama, Taghrid mengatakan bahwa Maher hampir meninggal dunia, mengalami kejang yang parah dan sakit kepala.

Badan keamanan internal Israel Shin Bet mengatakan Maher ditahan setelah ada informasi bahwa dia adalah seorang agen kelompok bersenjata Jihad Islam, sebuah tuduhan yang dibantah istrinya.

Ayah enam anak ini melakukan aksi mogok makan untuk memprotes perintah penahanan empat bulan yang berakhir pada 26 November namun bisa diperpanjang.

Saat itu Maher berjanji untuk terus menolak makanan padat meskipun ada keputusan pada bulan Oktober oleh Mahkamah Agung Israel untuk tidak memperpanjang masa penahanannya setelah tanggal tersebut.

Tapi setelah menerima apa yang disebut “komitmen tegas Israel untuk tidak memperbarui penahanan administratifnya” Maher memutuskan untuk mengakhiri mogok makan,” menurut keterangan Klub Tahanan Palestina, Jumat.

Perdana Menteri Palestina Mohammad Shtayyeh telah menuntut pembebasan Maher sesegera mungkin, sementara orang-orang Palestina, termasuk yang ada di wilayah Israel (Palestina pendudukan 1948), telah berunjuk rasa untuk menandai dukungan dan simpatinya kepada Maher.

Menurut kelompok hak asasi manusia B’Tselem Israel, pada Agustus tahun ini sekira 355 warga Palestina, termasuk dua anak di bawah umur, ditahan Israel di bawah perintah penahanan administratif.

Banyak tahanan Palestina mengatakan bahwa mereka telah mengalami penyiksaan dan kekerasan saat berada di dalam tahanan. Ada banyak protes terhadap kondisi penjara yang buruk dalam beberapa tahun terakhir, termasuk beberapa aksi mogok makan.

Banyak pula tahanan yang mengalami kelalaian medis di penjara sehingga bahkan harus membayar perawatan medis mereka sendiri karena tidak diberi perawatan kesehatan yang memadai. (mm/aljazeera)

Baca juga:

Aksi Mogok Makan Tahanan Palestina Dekati Hari ke-100

Uni Eropa Kecam Penghancuran Rumah-Rumah Orang Palestina oleh Israel

DISKUSI: