Perang Ma’rib, AS dan Saudi Gagal Bendung Serangan Ansarullah

0
1395

Sanaa, LiputanIslam.com –   Utusan Khusus AS untuk Yaman Timothy Lenderking belakangan ini berusaha meningkatkan upaya diplomatiknya mengenai perang Yaman, namun pemerintah Yaman kubu Sanaa (Ansarullah/Houthi) tak berharap Washington akan menurunkan taraf ekspektasinya terhadap Sanaa.

Ansarullah tak memberikan respon resmi terhadap usulan AS, yang dinilai oleh beberapa media bertujuan mengembalikan Ansarullah ke lingkaran blokade secara diplomatik berdasarkan Perjanjian Riyadh, yang pada gilirannya akan lebih berbahaya bagi Yaman daripada kondisinya sekarang.

Menurut surat kabar Libanon Al-Akhbar, Sanaa menegaskan bahwa selagi agresi koalisi yang dipimpin Arab Saudi masih berlanjut maka usulan AS untuk perdamaian tak ubahnya dengan mengajak Ansarullah menyerah, hal yang tak mungkin dipenuhi oleh kelompok ini.

Beberapa sumber menyebutkan bahwa dalam beberapa hari terakhir Saudi mendesak Lenderking agar membantu berusaha mengubah perimbangan militer di Yaman, terutama di kota strategis Ma’rib. Saudi juga mengklaim serangan pasukan kubu Sanaa (tentara Yaman dan Ansarullah) ke Ma’rib terhenti.

Saudi telah mengirim pasukan dan perlengkapan tambahan ke Ma’rib dan lalu mengatakan kepada Lenderking bahwa Saudi berhasil mengaktifkan front-front operasi militer di Taiz dan Hajjah.  Karena itu Lenderking lantas kembali ke AS dan mengaku sedang menunggu respon dari Sanaa.

Al-Akhbar menyebutkan bahwa apa yang diklaim Saudi itu lebih merupakan perhitungan yang ternyata luput dan berantakan karena kubu Sanaa masih berada di atas angin dan melanjutkan serangannya di Ma’rib, sementara di Taiz berhasil mengendalikan inisiasi, dan di Hajjahpun terus melanjutkan operasi militernya.

Menlu AS Antony Blinken menyatakan kepada Utusan Khusus PBB untuk Yaman Martin Griffiths bahwa AS mendukung integritas dan stabilitas Yaman. Griffiths lantas mengatakan kepadanya bahwa segala proses politik di Yaman mengharuskan gencatan senjata, pembukaan kembali Bandara Sanaa, dan pengurangan pembatasan pelabuhan.

Menanggapi komunikasi Blingken dan Griffiths, anggota Dewan Tinggi Politik Yaman kubu Sanaa, Mohammad Ali Al-Houthi menegaskan, “Kami menantikan keluarnya pasukan dan para ahli AS dari perang, penyingkiran dan penarikan senjata AS, dan pemberitahuan kepada AL AS untuk pencabutan blokade.”

AS mengusulkan penghentian serangan kubu Sanaa ke Ma’rib dengan beberapa konsensi bersyarat, termasuk pembukaan kembali Bandara Sanaa dan Pelabuhan Al-Hudaydah dengan syarat mendapat izin dari Saudi, dan rute penerbanganpun terbatas, yaitu antara Yaman dan negara-negara anggota koalisi yang dipimpin Saudi.

Menurut beberapa sumber, upaya terbaru AS ialah menetapkan “garis merah” untuk wilayah provinsi Jawf, bukan Ma’rib, meskipun secara geografis keduanya terhubung satu sama lain. Dan sebelum itupun, kata para pengamat, AS juga memikirkan upaya agar rencana-rencana militer koalisi serta komunikasi Saudi dengan kelompok-kelompok adat Ma’rib dan kelompok-kelompok teroris yang bercokol di Ma’rib dapat mencegah jatuhnya provinsi ini ke tangan kubu Sanaa. (mm/fna/alakhbar)

Baca juga:

[Video]: Diserbu Massa, Para Menteri Mansour Hadi Kabur dari Aden dengan Perahu Kecil

Erdogan: Saudi Ajukan Permintaan Pembelian Drone Tempur Turki

DISKUSI: