Pemimpin Ansarullah: Perang Kami Bukan Perang Saudara, Melainkan Perang Melawan AS
Sanaa, LiputanIslam.com – Pemimpin Ansarullah Sayid Abdul Malik Al-Houthi dalam pidatonya pada peringatan Hari Ketahanan Nasional Yaman, Kamis (25/3), menyatakan bahwa perang yang berkobar di Yaman bukanlah perang saudara, melainkan perjuangan melawan agresi dan dominasi asing Amerika Serikat (AS) dan Israel serta para sekutu keduanya.
“Kondisi antara Yaman dan tetangga buruknya (Arab Saudi) semula selaras dengan kesepakatan-kesepakatan sebelumnya, kondisi damai, dan dari Yaman tak keluar apapun yang dapat membenarkan Uni Emirat Arab (UEA) dan lain-lain untuk ikut serta dalam agresi… Pengumuman agresi terhadap Yaman datang dari Washington, saat itu melalui Adel Al-Jubeir (Menteri Luar Negeri Arab) Saudi, dan ini menjadi alasan bagi siapa yang di ada di baliknya,” ujar Al-Houthi.
Dia menambahkan, “Pengumuman agresi dari Washington melalui Saudi mengungkap identitas pelaksana agresi dan siapa yang ada di baliknya. Saudi dari Washington mengadopsi agresi, dan memimpin koalisi agar jelas bahwa Saudilah pelaksananya di bawah pengawasan AS…. Israel dan Inggris berpihak kepada seniornya, AS, dalam menyerang Yaman. Sebelum agresi, sudah ada hasutan dari Israel terhadap Yaman, dan Netanyahu adalah penghasut terdepan terhadap revolusi rakyat Yaman.”
Sayid Al-Houthi menjelaskan bahwa pihak yang mengegandakan invasi militer terhadap Yaman adalah AS, Inggris, dan Israel, namun demi menghindari risiko dan biaya, mereka mendorong Saudi dan UEA sebagai eksekutornya.
“Eksekutor utama agresi adalah Saudi, Emirat-pun bersamanya, sedangkan yang lain-lain adalah bayaran,” ungkapnya.
Menurut Al-Houthi, Saudi dan UEA bertindak demikian demi menggalang pengaruh regional dan sebagai representasi dari AS, namun “semua angan-angan Saudi dan Emirat itu keliru, dan sampai sekarang keduanya tidak mengambil pelajaran meskipun segala sesuatunya sudah jelas.”
Pemimpin Ansarullah menyayangkan sikap PBB, karena “ketika koalisi pihak agresor mengalami dilema moral, lapangan, dan politik, PBB berseru kepada orang-orang Yaman agar berhenti berperang saudara.”
Dia juga mencatat fasilitas umum yang diduduki dan diserang koalisi yang dipimpin Saudi, termasuk bandara, pelabuhan laut, dan masjid.
“Musuh telah menistakan kesucian dengan menghancurkan 1400 masjid beserta jemaah shalat dan kitab suci yang ada di dalamnya di berbagai kawasan yang jauh dari lokasi kontak senjata… Orang yang menyerang semua instansi layanan publik, mana mungkin hal ini dilakukan oleh orang yang menghendaki kebaikan dan demi negara bagi bangsa ini? Apa hubungannya serangan terhadap sekolah-sekolah dan pelajar dengan proses pendidikan dan tujuan yang sah? Bukankah ini justru untuk menghentikan proses pendidikan? ” ujar Al-Houthi.
Al-Houthi juga menyebutkan bahwa pasukan koalisi mencegah masuknya produk minyak ke Yaman, dan baru membiarkannya ketika sudah lama terlambat dan setelah masyarakat terdera banyak kesulitan akibatnya di berbagai bidang.
“Dalam melawan musuh, kami tak memerlukan izin dari Dewan Keamanan dan PBB maupun persetujuan dari Liga Arab, negara-negara Eropa, dan pihak manapun di dunia… Kami tak peduli kepada siapapun yang meminta kami merunduk dan menyerah di depan keganasan musuh. Kami sebagai bangsa Yaman bergerak dari semua elemen dan kalangan untuk menghadang musuh,” tandas Al-Houthi.
Kepada Saudi yang beberapa hari lalu mengajukan prakarsa damai namun diabaikan oleh Ansarullah karena dinilainya irasional dan tak relavan, Sayid Al-Houthi menegaskan, “Jalan menuju perdamaian sudah jelas, hentikan agresi kalian, cabut blokade kalian, dan hentikan pendudukan kalian atas provinsi-provinsi kami.”
Dia menambahkan, “Kami siap untuk perdamaian, tapi kami tak dapat menukarnya dengan hak bangsa kami dalam kebebasan, kemerdekaan, dan kehormatan, dan tidak pula dengan hak mereka yang sah untuk mendapat produk minyak dan kebutuhan insani.”
Dia bagian akhir pidatonya, Abdul Malik Al-Houthi menegaskan, “Bangsa kami berpegang teguh pada pendirian prinsipal keimanannya dalam urusan umatnya, terutama urusan Palestina, dan dalam menolak para antek dan pengikut musuh, Israel, yang beratas nama normalisasi.” (mm/alalam/almayadeen)
Baca juga:
[Video]10 Alasan Mengapa Ansarullah Menolak Usulan Damai Arab Saudi
[Video]: Detik-Detik Penembak Jatuhan Drone MQ-9 Reaper Buatan AS di Yaman