Pejabat Iran Sebut Prospek Perundingan Wina Masih Tak Jelas Akibat Sikap AS
Teheran, LiputanIslam.com – Sekretaris Dewan Tinggi Keamanan Nasional Iran Ali Shamkhani menyatakan bahwa prospek untuk mencapai kesepakatan yang baik dalam pembicaraan Wina yang sedang berlangsung antara perwakilan Iran dengan pihak-pihak yang tersisa dalam kesepakatan 2015 masih belum jelas karena Amerika Serikat (AS) belum membuat keputusan politik.
“Prospek kesepakatan di #ViennaTalks masih belum jelas karena keterlambatan Washington dalam membuat keputusan politik. Prioritas negosiator Iran adalah untuk menyelesaikan masalah yang tersisa yang dianggap di garis merah. Akses cepat ke kesepakatan yang kuat membutuhkan inisiatif baru dari semua pihak, ”tulis Ali Shamkhani di Twitter, Senin (7/3).
Pejabat tinggi keamanan Iran ini sebelumnya menyatakan bahwa penjagaan kepentingan rakyat Iran adalah satu-satunya faktor yang mempengaruhi jalannya negosiasi di ibu kota Austria tersebut.
Shamkhani menyebutkan bahwa Teheran sedang mengerjakan inisiatif negosiasi baru dan metode kreatif untuk “mempercepat solusi.”
“Peserta Wina bertindak & bereaksi berdasarkan minat dan itu bisa dimengerti. Interaksi kami dengan 4+1 (Inggris, Prancis, Rusia dan China plus Jerman – red.) juga semata-mata didorong oleh kepentingan rakyat kami,” cuitnya.
Dia menambahkan, “Jadi, kami menilai elemen baru yang mendukung negosiasi dan karenanya akan mencari cara kreatif untuk mempercepat solusi.”
Perundingan untuk pemulihan kesepakatan 2015, yang secara resmi dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA), masih berlangsung di Wina.
Negosiasi itu dimulai April lalu dengan asumsi bahwa AS, di bawah pemerintahan Biden, bersedia menyudahi “tekanan maksimum” yang diterapkan oleh mantan presiden AS Donald Trump.
Teheran bersumpah tidak akan menerima apa pun selain penghapusan semua sanksi AS dengan cara yang dapat diverifikasi, dan menginginkan jaminan bahwa Washington tidak akan meninggalkan perjanjian itu lagi.
AS meninggalkan JCPOA pada tahun 2018 dan mulai menerapkan apa yang disebutnya kampanye sanksi “tekanan maksimum” terhadap Iran. (mm/presstv)
Baca juga: