Para Tokoh Zionis Sebut Normalisasi Hubungan Teheran-Riyadh Tamparan Saudi bagi Israel
Riyadh, LiputanIslam.com – Media Israel menyebut pulihnya hubungan antara Iran dan Arab Saudi sebagai tamparan Saudi bagi Israel dan Amerika Serikat (AS).
“Dimulainya kembali hubungan antara Arab Saudi dan Iran merupakan titik balik strategis di kawasan,” kata mantan Perdana Menteri Israel, Ehud Barak, dalam sebuah artikel di surat kabar Yedioth Ahronoth, Ahad (12/3).
“Ini merupakan pukulan bagi Israel dan AS, dan juga merupakan pintu untuk mengakhiri perang yang tidak perlu di Yaman, dan pencapaian penting bagi China. Pada tahap ini, kemungkinan kesepakatan (Israel) dengan Saudi Arab telah berkurang,” sambungnya.
Dia menyebut normalisasi hubungan Teheran-Riyadh sebagai kegagalan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
“Ini adalah kegagalan mendasar bagi Netanyahu, dan contoh dari kesombongannya yang lain. Iran berjalan dengan aman ke negara ambang nuklir yang sebenarnya, sementara koordinasi AS-Israel tampaknya kuat di bidang pertahanan, tapi lemah dan membutuhkan waktu bertahun-tahun di bidang ofensif,” terangnya.
Terus mengecam Netanyahu, Barak menambahkan, “Netanyahu fokus pada kudeta yudisial, sambil meninggalkan semua tujuannya yang dia tetapkan, yang tetap mati dan gagal. Ketika ekonomi mengalami kerusakan yang sangat besar, dan retakan meluas dalam keamanan dan pembentukan militer, kedudukan Israel di dunia berantakan.”
Barak menyimpulkan artikelnya dengan mengutip pernyataan seorang perwira cadangan dalam Formasi Operasi Khusus Israel bahwa “ada geng kriminal yang sekarang melakukan kudeta otoriter yang kejam dan mencoba untuk menghancurkan sistem peradilan Israel, yang berarti menyudahi era Israel.”
Netanyahu sebelumnya bersumbar bahwa salah satu tujuan utamanya di masa mendatang adalah menandatangani perjanjian normalisasi dengan Arab Saudi.
Surat kabar AS Wall Street Journal mengutip pernyataan mantan kepala staf Netanyahu, Aviv Bochinsky, bahwa “tujuan utama Netanyahu adalah mengisolasi Iran dan memperluas hubungan dengan negara-negara Arab, tapi sekarang malah gagal dalam keduanya.”
Dia menambahkan, “Perjanjian tersebut juga menggarisbawahi bagaimana berbagai krisis di dalam negeri, termasuk rencana amandemen peradilan dan meningkatnya kekerasan, telah menghambat kemampuan Netanyahu memajukan tujuan kebijakan luar negerinya.”
Mantan kepala Dewan Keamanan Nasional, Mayjen Giora Eiland, berkomentar dengan mengatakan bahwa “Israel telah ditampar oleh Saudi,” dan bahwa “kesepakatan antara Iran dan Arab Saudi adalah hasil dari permainan negara-negara besar, utamanya China, Rusia dan AS.”
Eiland menjelaskan ,“Iran tahu bagaimana menawarkan kepada Arab Saudi dua hal yang penting baginya, dan yang tidak dapat ditawarkan orang lain, yaitu non-interferensi secara internal dan pertahananan stabilitasnya, dan ketenangan di Teluk.”
Senada dengan ini, mantan kepala Dewan Keamanan Nasional, Brigjen Purn. Jacob Nagel, memandang perjanjian Iran-Saudi sebagai “jari ganda di mata Amerika. Pertama, karena Iran melawan AS, tapi musuh utama AS adalah China.”
Sebelumnya, situs berita Walla milik Israel menyebutkan bahwa pihak “yang kalah dari perjanjian Iran-Saudi adalah AS dan Israel”.
Sebuah laporan di surat kabar Amerika The New York Times (NYT) memastikan pulihnya hubungan Iran-Saudi di bawah mediasi China sebagai “hal yang hebat dan kerugian ganda bagi kepentingan AS.”
“Pengumuman oleh Iran dan Arab Saudi untuk memulihkan hubungan diplomatik di antara mereka dapat mengarah pada pemulihan besar ketertiban di Timur Tengah,” ungkap NYT. (mm/raialyoum)
Baca juga:
Normalisasi Teheran-Riyadh, AS Sangsikan Komitmen Iran, Ini Tanggapan Menlu Arab Saudi
Iran dan Saudi Pulihkan Hubungan, Ini Tanggapan Negara-Negara Dunia