Panas, Ratusan Demonstran Duduki Gedung Parlemen Irak, Al-Maliki Kokang Senapan
Baghdad, LiputanIslam.com – Ratusan demonstran Irak yang sebagian besarnya adalah pengikut ulama Sayid Muqtada al-Sadr menyerbu gedung parlemen yang terletak di Zona Hijau Baghdad untuk memprotes pencalonan Mohammed Shia al-Sudani sebagai perdana menteri, Rabu (27/7).
Tidak ada anggota parlemen yang hadir di parlemen ketika para pengunjuk rasa memasuki zona yang dijaga ekstra ketat dan menjadi komplek gedung-gedung pemerintah dan misi diplomatik tersebut. Di dalam gedung itu ada pasukan keamanan, namun tampaknya membiarkan massa masuk masuk dengan relatif mudah.
Massa menentang pencalonan al-Sudani, mantan menteri dan mantan gubernur serta merupakan pilihan partai-partai yang tergabung dalam Kerangka Koordinasi yang pro-Iran.
Perdana Menteri Mustafa al-Kadhimi sempat mengimbau massa demonstran agar “segera mundur” dari Zona Hijau. Dia memperingatkan bahwa pasukan keamanan akan menjaga “perlindungan lembaga negara dan misi asing, dan mencegah bahaya apa pun terhadap keamanan dan ketertiban”.
Polisi anti huru hara sebelumnya menggunakan water cannon untuk menghalau demonstran yang merobohkan dinding semen, namun banyak di antara mereka yang menerobos gerbang dan memasuki kawasan tersebut.
Massa berjalan menyusuri jalan raya utama Zona Hijau, sementara puluhan orang berkumpul di luar pintu gedung parlemen.
Polisi anti huru hara berkumpul di pintu gerbang utama. Demonstran berkerumun di sekitar dua pintu masuk ke Zona Hijau, dan sejumlah orang memanjat dinding semen dan meneriakkan yel-yel “Al-Sudani, keluar!”
Blok Al-Sadr memenangkan 73 kursi dalam pemilihan Oktober 2021 di Irak sehingga menjadi faksi terbesar di parlemen yang memiliki total 329 kursi.
Namun sejak pemungutan suara, pembicaraan untuk pembentukan pemerintahan baru terhenti dan al-Sadr telah mengundurkan diri dari proses politik.
Beberapa jam setelah massa menduduki parlemen, al-Sadr membuat pernyataan di Twitter bahwa massa telah berhasil menyampaikan pesan dan karena itu mereka dipersilakan pulang.
“Ini merupakan revolusi reformasi dan penolakan terhadap ketidak adilan dan korupsi, pesan kalian telah sampai, kalian telah membuat para koruptor ketakutan… Shalatlah dua rakaat, dan kembalilah ke rumah kalian dengan selamat,” tulis al-Sadr.
Tak lama setelah itu, massa meninggalkan gedung parlemen dengan pengawasan pasukan keamanan, dan dengan demikian tidak akan ada eskalasi lebih lanjut dari aksi tersebut.
Sementara itu, beredar beberapa foto Mantan Perdana Menteri Irak Nuri al-Maliki pada hari itu membawa senapan bersama para pengawalnya di dekat rumahnya di Zona Hijau, menyusul kabar bahwa pengikut Muqtada al-Sadr bermaksud melurug ke rumah al-Maliki.
Insiden pendudukan gedung yang disusul dengan pertunjukan kendali al-Sadr atas para pengikutnya itu secara implisit memperingatkan ihwal potensi eskalasi yang akan datang jika al-Sudani memimpin pemerintahan.
Al-Sudani dipilih oleh pemimpin Negara Hukum dan mantan Perdana Menteri Nouri al-Maliki. Sebelum al-Sudani dapat menghadapi parlemen untuk duduk secara resmi sebagai perdana menteri yang ditunjuk, partai-partai harus terlebih dahulu memilih presiden.
Al-Sadr keluar dari pembicaraan mengenai pembentukan pemerintah setelah dia gagal menghimpun anggota parlemen dengan jumlah yang cukup untuk mendapatkan mayoritas yang diperlukan untuk memilih presiden Irak berikutnya. (mm/alalam/aljazeera/raialyoum)
Baca juga: