Nasrallah: Kalah Perang di Suriah, AS Jadikan “UU Caesar” Senjata Pamungkas
Beirut, LiputanIslam.com – Sekjen Hizbullah Sayid Hassan Nasrallah menyebut Washington menggunakan “Undang-Undang (UU) Caesar” sebagai senjata pamungkas untuk menaklukkan Damaskus setelah AS kalah perang di Suriah.
“Tindakan AS mengandalkan UU Caesar merupakan pertanda kemenangan Suriah dalam perang militer dan di medan laga, karena UU itu adalah senjata pemungkasnya,” tutur Nasrallah dalam pidato televisinya, Selasa (16/6/2020).
Dia mengimbau bahwa para sekutu Damaskus untuk tidak akan membiarkan UU AS dalam memperluas sanksi terhadap Suriah itu dapat menundukkan Suriah.
“Para sekutu Suriah yang telah mendampinginya secara politik dan militer tidak akan berlepas tangan darinya dalam menghadapi perang ekonomi, dan tidak akan membiarkannya jatuh,” lanjutnya.
Pemimpin para pejuang Libanon berserban hitam sebagai tanda keturunan Rasulullah saw mengatakan, “Yang menjadi target UU caesar adalah rakyat Suriah dan pecahnya kembali perang saudara… Bagi mereka yang telah mempersembahkan darah dan martir hendaklah tetap menjaga kesatuan Suriah, pantang tunduk kepada Amerika dan Israel, dan tak membiarkan UU Caesar mengalahkan Suriah.”
Dia menambahkan bahwa UU Caesar bertujuan melaparkan rakyat Suriah sekaligus rakyat Libanon.
“UU Caesar ingin melaparkan Libanon, sebagaimana hendak melaparkan Suriah,” katanya.
Dia mengatakan, “AS tidak meneropong Libanon kecuali demi kepentingan Israel, keamanan Israel, serta perbatasan darat dan laut serta masa depan rezim itu.”
Presiden AS Donald Trump pada 20 Desember 2019 meneken “Undang-Undang Caesar untuk Perlindungan Warga Sipil di Suriah” (Caesar Syria Civilian Protection Act) atau disingkat “Caesar Act” (UU Caesar). UU ini bertujuan memaksilkan tekanan ekonomi terhadap pemerintahan Presiden Suriah Bashar Assad.
Baca: Mantan Presiden Lebanon: Suriah akan Keluar dari Ujian “Hukum Caesar” dengan Kepala Tegak
UU ini mengatur langkah-langkah tambahan yang harus diambil terhadap perusahaan dan pihak-pihak yang terlibat dalam aktivitas yang menunjang operasi militer pasukan pemerintah Suriah.
Baca: Rusia Dilaporkan Menyuplai Senjata Tentara Suriah untuk Serangan Baru di Idlib
UU ini mulai diberlakukan hari ini, 17 Juni, dan dinilai bertujuan merampas segala peluang dari Assad untuk menjadikan kemenangan militernya di lapangan sebagai modal politik. (mm/rt/raialyoum)