Moskow Ungkap Pendiriannya Soal Skenario “Tekan Tombol Nuklir”
Moskow, LiputanIslam.com – Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova menyatakan bahwa dalam kondisi apapun Moskow tak bermaksud mencapai skenario “tekan tombol nuklir” terkait dengan negara-negara Barat.
Kepada stasiun W Radio, Kolombia, Kamis (3/3), ketika ditanya alasan apa yang akan mendorong penggunaan senjata nuklir oleh Rusia, Zakharova mengatakan, “Skenario mengerikan ini tidak akan pernah menjadi kenyataan dalam kondisi apa pun.”
Menurutnya, pertanyaan itu bisa jadi dihasilkan oleh “kerancuan” antara Rusia dan negara-negara lain.
“Sepertinya Anda merancukan kami dengan Amerika Serikat, dan Federasi Rusia tak pernah membicarakannya,” ujarnya.
Dia mengingatkan bahwa Rusia telah berulang kali menyatakan pendiriannya mengenai kemungkinan menggunakan senjata nuklir.
Seperti diketahui, pada 24 Februari lalu Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan peluncuran operasi militer khusus di Donbass, menyusul permintaan resmi Republik Rakyat Donetsk dan Luhansk untuk dukungan Rusia dalam menghadapi pasukan Ukraina.
Putin menekankan bahwa Rusia tak berencana menduduki Ukraina, melainkan semata bertujuan melindungi orang-orang yang sejak delapan tahun lalu menjadi korban penganiayaan dan genosida oleh rezim Kyiv.
Dunia sempat dikejutkan oleh instruksi Putin kepada militernya agar menyiagakan pasukan nuklir Rusia.
Serangan Rusia di Ukraina mendapat kecaman dari banyak pihak, namun Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tak berkemungkinan mengeluarkan resolusi, mengingat Rusia adalah salah satu negara pemegang hak veto.
Sedangkan Majelis Umum PBB Rabu lalu dapat merilis resolusi yang mengutuk serangan Rusia dan menyerukan gencatan senjata secepatnya.
Sebanyak 141 negara anggota PBB di New York memberikan suara mendukung resolusi tersebut, sementara lima negara memberikan suara menentang, dan 35 negara abstain. Resolusi itu hanya bernilai simbolik dan tidak mengikat menurut hukum internasional.
Pembicaraan antara delegasi Rusia dan Ukraina sempat diadakan di perbatasan antara Belarus dan Ukraina, namun tak menghasilkan kemajuan apapun. Pembicaraan putaran kedua dijadwalkan pada hari Kamis di wilayah Brest Belarusia, dekat perbatasan dengan Polandia. (mm/raialyoum)
Baca juga: