Kunjungi Lebanon, Menlu Iran Adakan Pertemuan dengan Pejabat Lebanon dan Para Tokoh Pejuang Palestina

0
581

Beirut, LiputanIslam.com –  Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian dalam kunjungan ke Lebanon setelah ke Suriah membicarakan berbagai isu Timteng dalam pertemuan dengan para petinggi Lebanon.

Amir-Abdollahian yang memimpin delegasi Iran tiba di Beirut, Kamis (24/3),  dan dijadwalkan mengadakan pertemuan dengan Presiden Michel Aoun, Ketua Parlemen Nabih Berri, Perdana Menteri Najib Mikati, sejawatnya dari Lebanon Abdallah Bou Habib serta sejumlah tokoh politik.

“Kami menyatakan sekali lagi bahwa kami siap untuk melanjutkan dukungan kami dan kerjasama perdagangan dan ekonomi yang penting dengan Lebanon,” ujarnya.

Dia menceritakan bahwa dalam pertemuan dengan Mikati di sela-sela Konferensi Keamanan Munich ke-58 sebulan yang lalu dia memberi tahu Mikati kesiapan Iran membangun dua pembangkit listrik 1.000 megawatt di Lebanon serta mengembangkan kerjasama perdagangan dan ekonomi.

“Republik Islam Iran telah membuktikan bahwa ia akan tetap bersama teman-temannya di hari-hari yang sulit,” ungkapnya.

Dia juga memuji resistensi Lebanon terhadap Israel dan kawanan teroris dengan mengatakan, “Nama Lebanon terkait dengan perlawanan. Jika bukan karena resistensi Lebanon dan rakyat Lebanon, Beirut sekarang sudah berada di bawah sepatu penjajah rezim palsu Israel. Jika bukan karena resistensi dan pembela tempat-tempat suci, DAESH (ISIS) sekarang sudah eksis di kawasan kita, dan kawasan ini akan mengambil bentuk yang berbeda.”

Amir-Abdollahian mengadakan pertemuan dengan sejumlah petinggi faksi-faksi pejuang Palestina, termasuk pemimpin Jihad Islam Ziyad al-Nakhalah dan pejabat senior Hamas Mousa Mohammed Abu Marzook, di Kedubes Iran di Beirut.

“Republik Islam Iran dengan lantang mendukung pembentukan negara Palestina bersatu di seluruh tanah bersejarah Palestina, dengan al-Quds sebagai ibu kotanya,” tegasnya pada konferensi pers.

“Rencana politik Republik Islam Iran untuk Palestina telah terdaftar di PBB. Sementara kami melihat perlawanan sebagai satu-satunya pilihan untuk pembentukan negara Palestina bersatu, kami percaya bahwa penyelenggaraan referendum warga pribumi Palestina, Muslim, Yahudi dan Kristen dapat menentukan masa depan politik Palestina melalui pemungutan suara langsung dari rakyat Palestina,” terangnya.

Mengenai hubungan Iran dengan Arab Saudi, Menlu Iran mengaku pihaknya telah menangkap pernyataan kontradiktif dari Arab Saudi terkait dengan pembaruan hubungan bilateral.

“Republik Islam (Iran) menyambut baik kembalinya hubungan bilateral dengan Arab Saudi. Namun, pesan beragam telah diterima dari Kerajaan. Kami berharap Saudi akan bertindak untuk kepentingan kawasan,” katanya.

Arab Saudi dan Iran telah memulai pembicaraan langsung dengan mediasi Irak di Baghdad pada tahun lalu dalam upaya menyelesaikan perselisihan antara keduanya. Menlu Irak mengatakan bahwa putaran kelima pembicaraan akan dimulai pada 16 Maret. Namun, media Iran belakangan melaporkan bahwa Teheran menangguhkan pembicaraan dengan Saudi.

Penangguhan itu dilakukan setelah Saudi pada awal bulan ini mengaku telah mengeksekusi 81 orang dalam eksekusi massal terbesar dalam beberapa dekade. Para aktivis mengatakan 41 tereksekusi berasal dari wilayah Qatif yang mayoritas penduduknya bermazhab Syiah. (mm/presstv)

Baca juga:

AS Ngotot Hadapi Iran dengan Sanksi dan Sabotase, Murphy: Pasti Gagal

Tekankan “Garis Merah”, Menlu Iran di Suriah: Pemulihan Perjanjian Nuklir Bergantung pada Sikap Realistis AS

DISKUSI: