Iran akan Berunding Nuklir lagi di Wina, Termasuk dengan AS?
Teheran, LiputanIslam.com – Wakil Menlu Iran Abbas Araghchi, Jumat (11/6), menyatakan bahwa perundingan negara ini dengan beberapa negara terkemuka dunia untuk menghidupkan kembali perjanjian nuklir tahun 2015 (Joint Comprehensive Plan of Action/JCPOA) akan dimulai lagi pada hari ini, Sabtu (12/6).
Araghchi yang juga perunding senior Iran dalam sebuah pernyataan yang diposting di aplikasi Telegram menyebutkan, “Para peserta diperkirakan akan melanjutkan pembicaraan mengenai kemungkinan kembalinya AS kepada perjanjian nuklir dan kepastian penerapannya secara penuh dan aktif.”
Di sisi lain, juru bicara Kemlu Iran Saeed Khatibzadeh menyatakan bahwa tindakan AS baru-baru ini mencabut sanksinya terhadap tiga mantan pejabat Iran belum cukup sebagai pertanda iktikad baik Washington.
Sehari sebelumnya, AS mengumumkan penghapusan sanksinya terhadap tiga mantan pejabat Iran dan dua perusahaan yang pernah berbisnis di bidang petrokimia Iran. Seorang pejabat AS menyebut langkah ini sebagai tindakan rutin, namun terkadang baru muncul kesiapan AS untuk meringankan sanksi ketika ada alasan yang mendukungnya.
Khatibzadeh di Twitter menyatakan, “Panghapusan selektif AS itu tak berkaitan dengan perundingan JCPOA , dan tidak dipandang sebagai isyarat iktikad baik, terutama ketika berbarengan dengan terorisme ekonomi berulang.”
Pernyataan ini tampaknya mengacu pada sanksi baru AS yang diterapkan sejak Kamis lalu terhadap sebuah jaringan yang disebutnya membantu pendanaan Pasukan Quds Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) dan kelompok Ansaullah (Houthi) yang bersekutu dengan Iran di Yaman.
Khatibzadeh mendesak Washington agar mencabut sanksi “secara aktif dan dapat dirasakan”, sebagaimana desakan yang paling ditekankan Iran dalam perundingan di Wina.
Seperti diketahui AS di masa kepresiden Donald Trump keluar dari JCPOA dan kemudian menerapkan kembali sanksi-sanksinya terhadap Iran. Iran lantas membalas pelanggaran AS dengan menarik banyak komitmennya kepada JCPOA sehingga menimbulkan keresahan negara-negara Barat dan para sekutu mereka di Timur Tengah. (mm/raialyoum)
Baca juga: