Gelar Latihan Perang, Iran Tegaskan Pelanggar Zona Udara Tak Akan Dapat Keluar Lagi
Teheran, LiputanIslam.com – Iran menggelar latihan perang bersandi “Pembela Langit Wilayat 98” di bagian timur negara ini dengan melibatkan Unit Pertahanan Udara, Angkatan Udara, dan Pasukan Markas Pertahanan Udara, dan dengan tujuan menguji fleksibilitas pertahanan udara serta meningkatkan kemampuan angkatan muda dalam pengoperasian sistem-sistem buatan dalam negeri.
Brigjen Alireza Sabahi Fard di sela-sela latihan perang itu, Jumat (22/11/2019), menyebutkan bahwa manuver militer itu berlangsung di are seluas 416 kilometer persegi di provinsi Semnan di bagian timur Iran.
Dia mengingatkan, “Musuh hendaknya tidak melibatkan diri dalam percobaan konfrontasi dengan Iran, karena memasuki percobaan ini dan pelanggaran zona udara negara ini tidak akan mendatangkan apa-apa bagi mereka kecuali kehinaan, sebagaimana sudah pernah terjadi.”
Dia menambahkan, “Musuh juga mengetahui bahwa melanggar zona udara Republik Islam Iran bergantung kepada mereka, tapi yang pasti ialah bahwa mereka tidak akan bisa keluar lagi…. Sejauh ini kami telah merealisasikan semua tujuan yang ditetapkan dalam latihan perang ini, dan kami dengan kemampuan kami dapat menghancurkan semua sasaran yang masuk ke udara kawasan, dan kami tidak membiarkannya keluar lagi.”
Baca: Israel Bersiaga Mengantisipasi “Serangan Balasan” Iran
Menurutnya, latihan tempur ini mengerahkan dan mengoperasikan berbagai jenis senjata dan sistem pertahanan udara mutakhir buatan dalam negeri, “yang tergolong berteknologi tertinggi di dunia di bidang pertahanan udara”.
Sabahi Fard menambahkan bahwa latihan perang ini merupakan pertama kalinya bagi Unit Pertahanan Udara yang baru dibentuk beberapa bulan lalu sebagai salah satu unit pasukan yang bernaung di bawah Angkatan Bersenjata.
Baca: Pentagon Sebut Kekuatan Rudal Iran Terbesar di Timteng
Latihan perang ini digelar di tengah meningkatnya ketegangan antara Iran dan AS menyusul keputusan Iran mengurangi komitmennya kepada perjanjian nuklir. Keputusan itu sendiri diambil Iran setelah AS keluar dari perjanjian ini dan kemudian melancarkan tekanan hebat terhadap Iran melalui sanksi-sanksi ekstra ketat. (mm/alalam/raialyoum)