Al-Kaabi: Sepeninggal Jenderal Soleimani, Poros Resistensi Beralih ke Fase Ofensif
Baghdad, LiputanIslam.com – Sekjen Harakah al-Nujaba Irak Akram al-Kaabi menegaskan bahwa para pejuang yang terafiliasi dengan Poros Resistensi telah beralih dari fase defensif ke fase ofensif sepeninggal jenderal legendaris Iran Qasem Soleimani.
“Kami memiliki hak yang sah untuk bereaksi terhadap pasukan pendudukan (AS), dan kami tidak akan pernah mundur dari jalan muqawamah (resistensi),” tegasnya dalam pidato konferensi ke-4 mengenai “para syudaha pembela kesucian”.
Al-Kaabi mengatakaan, “Pesawat-pesawat AS melanggar kedaulatan Irak setiap hari. Sudah tiba saatnya kita berhitung mundur untuk mengusir pasukan pendudukan sesuai keputusan parlemen Irak.”
Dia memastikan bahwa para pejuang muqawamah Irak sudah merampungkan kesiapan pertahanannya.
“Kami telah merampung kesiapan pertahanan, dan akan memulai perang atrisi terhadap pasukan pendudukan,” tandasnya, sembari memperingatkan bahwa jalur menuju bandara Baghdad akan menjadi neraka bagi pasukan AS.
Dia melanjutkan, “Pasca pembunuhan sang komandan, Qasem Soleimani, Poros Resistensi telah beralih dari fase pertahanan ke fase serangan.”
Dia juga menegaskan bahwa pembalasan atas serangan yang AS terhadap para pemimpin Poros Resistensi akan dilakukan di semua kawasan yang ditempati oleh elemen poros ini di Timur Tengah.
Di bagian akhir pidatonya al-Kaabi menyinggung isu Palestina dengan prakarsa Presiden AS Donald Trump yang dinamai Kesepakatan Abad Ini (Deal of the Century) sebagai perwujudan dari asksi pencurian sejarah dalam bentuknya yang terkeji dengan tujuan menghancurkan umat Islam.
Seperti diketahui, Komandan Pasukan Quds Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC/Pasdaran) Qasem Soleimani terbunuh bersama wakil ketua pasukan relawan Irak al-Hashd al-Shaabi, Abu Mahdi al-Muhandis, serta beberapa orang lain yang menyertai keduanya, akibat serangan udara AS di sekitar Bandara Baghdad pada tanggal 3 Januari 2020.
Pada dini hari Rabu 8 Januari 2020 IRGC membalas serangan AS itu dengan menghantamkan belasan rudal balistiknya ke dua pangkalan militer AS di Irak, termasuk Lanud Ain Assad yang ditempati oleh sekira 1500 tentara AS.
Baca: Mengharukan, Sayid Nasrallah Ceritakan Pertama Kali Bertemu dengan Jenderal Soleimani
IRGC mengklaim serangannya itu menewaskan 80 tentara AS, sementara Presiden AS Donald Trump semula mengklaim serangan balasan Iran itu tidak menjatuhkan korban tewas maupun luka, namun belakangan Pentagon beberapa kali mengumumkan pertambahan demi pertambahan jumlah korban cedera, di mana yang terbaru diantaranya menyebutkan jumlah 109 orang.
Baca: Maskapai Asing di Irak Mungkin Terlibat Teror Qassem Soleimani
Pada 10 Januari lalu pemerintah Irak meminta pemerintah AS mengirim delegasi untuk membahas mekanisme penarikan pasukan dari Irak, namun AS menolaknya dan memberikan sinyal ancaman untuk menerapkan embargo terhadap Irak jika Baghdad tetap bersikeras dengan tuntutan pengeluaran pasukan AS dari Irak.
Dan pada Jumat 23 Januari terjadi unjuk rasa jutaan rakyat Irak di Baghdad untuk menegaskan tuntutan mereka agar tentara AS angkat kaki dari Irak. (mm/alalam)