Belum Ada Anak Kecil Terjangkit Corona, Penderita Berusia 40 Tahun ke Atas
LiputanIslam.com-Dunia maya saat ini penuh dengan video dan foto-foto dari kota-kota Tiongkok yang dikarantina. Video-video dengan nuansa Gotik ini menunjukkan bahwa kota-kota berpopulasi 20 hingga 60 juta itu kini berubah menjadi ‘kota hantu.’ Foto-foto muntahan darah di atas aspal jalanan mengesankan situasi yang lebih mengerikan daripada fakta yang sebenarnya.
Penyakit-penyakit virus yang memicu epidemi biasanya memakan banyak korban. Belum ada obat yang pasti untuk mengatasi penyakit ini. Meski demikian, para ilmuwan membagi-bagikan temuan mereka tentang penyakit ini. Sebab itu, daripada merasa ketakutan karena foto-foto ‘ekstrem’ di dunia maya, sebaiknya kita mengenal lebih baik keluarga virus Corona ini dari kacamata ilmiah. Di setiap krisis penyakit menular, selalu ada cara-cara pencegahan.
Corona Bukan Hanya Satu Virus
Virus Corona meliputi spesimen besar virus, mulai dari virus flu hingga sindrom sesak nafas (SARS). Sebelum meluasnya penyakit-penyakit seperti Ebola dan SARS, para ilmuwan menyangka bahwa penyakit-penyakit ini hanya ditularkan kepada manusia oleh binatang-binatang seperti kelelawar, atau, dalam sebagian kasus, kera. Namun cepatnya penyebaran epidemi virus-virus ini menunjukkan, penyakit ini bisa menular dari satu manusia ke manusia lain dengan amat mudah.
Penyebaran SARS pada tahun 2002 menewaskan lebih dari 800 orang. Sedangkan Ebola di negara-negara Afrika Barat, yang terpusat di Kongo, mencabut nyawa ribuan orang. Virus Corona baru memiliki bentuk seperti mahkota. Mekanisme perilakunya begitu baru, sehingga ilmuwan belum sempat memberi nama khusus untuknya. Saat ini, kita mengenal virus ini dengan nama Corona, yang meliputi banyak jenis virus.
Persentase angka kematian Ebola (yang mirip dengan Corona) adalah 10 persen. Sementara Corona baru ini ‘hanya’ menewaskan 2 persen dari penderitanya.
Kelelawar Pemakan Buah, Tersangka Utama
Dengan adanya kemiripan gejala Corona dengan virus SARS dan Ebola, para ilmuwan mencari-cari sumber penyakit tersebut. Pasar hidangan seafood di kota Wuhan, yang jumlah penderitanya paling banyak, segera menjadi pusat perhatian ilmuwan. Pasar Wuhan menjual berbagai jenis seafood, juga hewan-hewan liar untuk dikonsumsi. Sebelum ini, kelelawar pemakan buah telah ditetapkan ilmuwan sebagai pemicu virus Ebola.
Kelelawar adalah tersangka utama penyebab penularan Corona kepada manusia. Kelelawar sudah lazim diperjualbelikan di pasar-pasar dan dihidangkan sebagai menu di restoran-restoran Wuhan.
Menurut ilmuwan, kelelawar bisa menyebarkan virus Corona ke manusia, tanpa ia sendiri terjangkit olehnya. Setelah ditutupnya pasar dan semua toko di sekitarnya, diharapkan bahwa yang terjangkit Corona hanya orang-orang yang mondar mandir ke tempat-tempat tersebut.
Namun ketika ada orang-orang yang terkena Corona, padahal tidak pernah pergi ke tempat-tempat tersebut, atau juga tidak pernah mengkonsumsi kelelawar, ini menunjukkan bahwa virus ini bisa dengan mudah menular melalui bersin, batuk, atau kontak dengan cairan tubuh-seperti darah, air seni, atau air besar-orang atau hewan yang terjangkit.
Gejala-gejala ‘Ringan’ Corona
Virus baru Corona tidak menunjukkan gejala-gejala menakutkan. Inilah yang menyebabkannya menular dengan cepat di kota-kota Tiongkok. Batuk kering, sakit kepala, demam ringan, dan di sebagian kasus yang agak berat, sesak nafas, adalah gejala-gejala awal Corona. Gejala-gejala ini dianggap biasa di musim yang berhawa dingin, sehingga cenderung diremehkan oleh para penderitanya.
Menurut ilmuwan, dibandingkan keluarga Corona lain, gejala-gejala Corona baru ini relatif lebih ringan. Sebagai contoh, epidemi SARS dan Ebola ditandai dengan radang paru-paru, sakit persendian, kesulitan pernafasan, mencret, muntah, dan pendarahan bagian dalam, yang akhirnya menewaskan separuh penderitanya.
Korban Corona Memiliki Sejarah Penyakit Akut
Berdasarkan statistik, angka kematian akibat Corona baru jauh lebih sedikit dibandingkan kasus-kasus seperti SARS dan Ebola. Sejauh ini, Corona ‘hanya’ menewaskan 2 persen penderitanya, dibanding Ebola yang mencapai angka 10 persen.
Para ilmuwan mengatakan, kecil kemungkinan manusia tertular Corona di lingkungan terbuka. Sebaliknya, potensi tertular sangat besar jika penderita berada di satu tempat tertutup dengan orang sehat. Seperti dikatakan di atas, penyakit ini bisa menular melalui batuk dan bersin. Sebab itu, dikarantinanya para penderita dan mencegah orang banyak berkumpul di ruangan tertutup seperti transportasi umum, bisa sangat membantu pengendalian jumlah penderita.
Hingga kini, belum ada laporan anak kecil (hingga 8 tahun) yang terjangkit Corona. Penderita terkecil berusia 14 tahun. Para korban Corona adalah yang berusia 40 tahun ke atas. Kebanyakan mereka juga memiliki sejarah penyakit akut seperti radang, jantung, paru-paru, dan kanker. Sejarah adanya penyakit-penyakit ini menunjukkan bahwa para korban memiliki sistem imun yang lemah, sehingga tak sanggup melawan virus ini.
Belum Ada Obat Pasti
Selain Tiongkok, negara-negara seperti Australia, Jepang, Thailand, Korsel, Taiwan, Saudi, Pakistan, UEA, dan AS dikabarkan telah terjangkit Corona. Sejauh ini belum ada obat pasti untuk penyakit ini. Antibiotik tidak berdampak pada virus ini, dan hanya memengaruhi kinerja bakteri.
Temuan-temuan baru menunjukkan, obat-obat influenza juga tak bisa menyembuhkan atau mengurangi penyakit ini, sebab dua penyakit ini memiliki struktur yang berbeda.
Virus lebih cepat menular di udara dingin dan kering. Sebab itu, menjaga kelembaban rumah, tempat kerja, dan tempat-tempat umum bisa mengurangi potensi penularan.
Di antara cara-cara untuk menghindari terjangkit Corona adalah: rajin mencuci tangan, mengenakan masker saat berada di tempat tertutup atau sesak, berhati-hati terhadap orang yang memiliki gejala Corona (batuk, bersin, demam, dan mual), memperkuat sistem imun dengan banyak mengkonsumsi buah dan sayuran, minum minuman hangat di musim dingin, dan tidak sering berada di lingkungan dingin serta kering. (af/alalam/fars)
Baca Juga:
Tentara Suriah Kuasai Penuh Kota Kota Kedua Terbesar di Provinsi Idlib
Pertama Sejak Pengumuman Perjanjian Abad Ini, Roket Ditembakkan dari Gaza ke Israel