Tujuh Catatan Penting Abdel Bari Atwan Terkait Undangan Raja Saudi untuk Presiden Iran
London, LiputanIslam.com – Jurnalis senior Arab dan pemimpin redaksi Rai Al-Youm yang berbasis di London, Inggris, Abdel Bari Atwan, membuat beberapa catatan khusus menyusul tersiarnya berita bahwa Raja Salman bin Abdulaziz dari Arab Saudi telah melayangkan surat undangan kepada Presiden Iran Sayid Ebrahim Raisi untuk berkunjung ke Saudi.
Atwan menilai undangan Salman dan respon positif Raisi menegaskan keinginan kepemimpinan kedua negara untuk bergerak maju dalam menerapkan ketentuan perjanjian rekonsiliasi, dan menunjukkan bahwa pertemuan puncak yang akan diadakan di Riyadh antara Raja Salman dan Presiden Iran dapat menjadi puncak dari kesepahaman dalam banyak masalah bilateral dan regional, terutama perang Yaman, krisis Lebanon, serta pencabutan blokade Suriah dan kembalinya negara ini ke Liga Arab.
Mengenai efek pesatnya kemajuan dalam rekonsiliasi Iran-Saudi itu bagi kawasan Timteng dan dunia, Atwan menyebutkan beberapa catatan sebagai berikut;
Pertama, rekonsiliasi itu akan memulihkan keharmonisan dunia Islam, dan menyatukan dua poros paling menonjol, melalui rekonsiliasi Sunni-Syiah, dan mengakhiri konspirasi perpecahan dan hasutan sektarian yang dimotori oleh Amerika Serikat (AS) dan Rezim Zionis Israel.
Kedua, menutup pintu bagi semua aspirasi normalisasi Israel dan memperluas lingkarannya untuk memasukkan negara-negara baru, khususnya Saudi, serta meminggirkan atau bahkan mungkin meluruhkan semua perjanjian Abraham dengan segala literatunya.
Ketiga, era AS, yang telah mendominasi kawasan Timteng sejak akhir Perang Dunia II, mulai menghembuskan nafas terakhirnya. Aliansi China-Rusia dan sistem BRICS akan semakin mencuat sebagai tatanan dunia baru ekonomi maupun militer, dan menjadi pesaing NATO.
Keempat, klausul yang disebutkan dalam perjanjian Iran-Saudi tentang pengaktifan kerjasama keamanan, yang disebutkan dalam perjanjian tahun 2002, adalah klausul yang paling krusial, karena berarti membatalkan semua rencana AS untuk menjadikan negara pendudukan Zionis Israel sebagai platform regional pelindung negara-negara Teluk dengan label menghadapi ancaman Iran.
Aktivasi ini dapat mengarah pada strategi sebaliknya yaitu, koordinasi antara dua negara besar Muslim untuk menghadapi ancaman Israel, karena Iran tidak lagi menjadi “hantu” bagi negara-negara Teluk.
Kelima, akan terjadi konvergensi kepentingan Iran-Saudi atas dasar dialog untuk menemukan solusi permanen bagi semua masalah yang diperselisihkan. Iran, yang menghadapi ancaman Israel-AS karena program nuklirnya, ingin mengatasi ancaman ini, sementara Saudi ingin keluar dari perangkap perang Yaman , baik secara finansial maupun kemanusian, demi mewujudkan ambisi internasionalnya untuk menjadi salah satu pusat ekonomi dan keuangan paling terkemuka di dunia, dan demi mengurangi ketergantungannya pada minyak dalam implementasi visi 2030.
Keenam, pernyataan Menteri Keuangan Saudi Muhammad Al-Jadaan mengenai kesiapan negaranya untuk memompa dana miliaran untuk berinvestasi di pasar Iran yang besar, menegaskan terjadinya perubahan radikal dalam prioritas pemerintahannya, yaitu mengutamakan kepentingan daripada permusuhan sejarah, politik dan ideologi serta membuka lembaran baru.
Ketujuh, isu utama dan sentral Arab dapat diharap akan pulih di forum-forum Arab dan Islam semisal Liga Arab dan Organisasi Kerjasama (OKI), yaitu isu pembebasan tanah Palestina.
Menurut Atwan, Presiden Iran Sayid Ebrahim Raisi bisa jadi akan berkunjung ke Riyadh dalam waktu dekat, dan dia akan mendapat sambutan istimewa dan “meriah” dari Raja Saudi. Hal ini akan menjadi akhir suatu era lama dan awal sebuah era baru, bukan hanya bagi Timteng, melainkan bagi dunia secara keseluruhan, serta surut atau bahkan mungkin berakhirnya hegemoni AS, dan kemudian terbitnya gugusan bintang baru yang dipimpin China.
Atwan juga menyebutkan bahwa kemajuan teknologi Iran di bidang produksi militer berupa rudal supersonik, drone, dan kapal selam, serta proyek nuklir dapat menjadi salah satu ranah terpenting kerjasama masa depan antara negara republik Islam ini dengan Kerajaan Saudi dalam beberapa hari mendatang, karena kerjasama di bidang ini, jika diselesaikan, akan mengarah pada berakhirnya kompetisi senjata di Timteng, yang tidak menguntungkan siapapun kecuali AS dan negara-negara Barat lainnya selama beberapa dekade terakhir. (mm/raialyoum)
Baca juga: