Saat Seorang Dubes Bongkar Dusta Bin Zayed

0
147

LiputanIslam.com-PM Israel Benyamin Netanyahu dalam pidato kampanyenya mengatakan,”Israel berencana mencaplok tanah-tanah di Tepi Barat, yang pemukiman telah dibangun di sana.”

Segera setelahnya, Dubes AS untuk Israel, David Friedman menimpali dengan berkata,”Israel berhak memiliki sebagian dari Tepi Barat.”

Statemen ini tidak dilontarkan secara kebetulan, atau untuk basa basi belaka. Sangat jelas bahwa sejak Donald Trump menjadi Presiden AS, Washington telah membuka kedoknya sebagai “mediator,” yang sudah lama diklaimnya. Kini AS sudah menjadi salah satu pihak dalam konflik Palestina-Israel. Bahkan, AS melangkah lebih jauh dari itu, sehingga ungkapan “lebih Katolik daripada Paus” berlaku atasnya.

Guna menganaliisis secara lebih baik sikap-sikap yang diambil usai digulirkannya isu aneksasi, sebaiknya kita melihat inti permasalahannya.

Saat Israel mengumumkan akan menangguhkan rencana aneksasi, kita semua tahu bahwa trik ini adalah bagian dari permainan berkelanjutan AS dan Israel untuk menjalankan rencana dengan kerugian seminimal mungkin.

Washington dan Tel Aviv menunda proses aneksasi demi melaksanakan proyek lain di jalur ini dengan biaya dan kesulitan yang lebih sedikit. Sebab itu, mereka langsung menggulirkan masalah normalisasi hubungan, hingga akhirnya menarik UEA dan Bahrain untuk berkompromi.

Dua negara Arab ini berusaha menjustifikasi normalisasi dengan mengaitkannya pada aneksasi. Mereka mengklaim, rencana aneksasi telah dibatalkan berkat kesepakatan damai dengan Rezim Zionis. Namun, tak satu pun yang memercayainya.

Pada hakikatnya, aneksasi sama sekali tak disebut dalam kesepakatan hina yang ditandatangani di Gedung Putih. Bahkan, isu Palestina pun nyaris tak disinggung. Nama Palestina hanya disebut satu kali, yang akan lebih baik andai tak disebutkan sama sekali. Dalam kesepakatan itu dinyatakan bahwa “satu-satunya solusi untuk isu Palestina adalah perundingan.”

Dengan demikian, sejak awal sudah diketahui bahwa UEA berbohong. Statemen Friedman dalam wawancara dengan Radio Israel secara gamblang membongkar dusta Abu Dhabi. Dubes AS ini secara jelas menegaskan, aneksasi tidak dibatalkan dan hanya ditunda hingga satu tahun ke depan.

Netanyahu sepulangnya dari Washington menandatangani rencana pembangunan 5 ribu unit rumah di pemukiman, dengan tangan yang digunakannya untuk menandatangani kesepakatan kompromi.

Semua ini membuktikan bahwa kesepakatan normalisasi hanya berguna bagi Israel dan rezim-rezim Arab yang berupaya menjaga takhta mereka. Satu-satunya hasil kesepakatan ini bagi Palestina adalah kian termotivasinya Rezim Zionis untuk melanggar hak-hak rakyat Palestina.

Orang-orang Palestina tahu benar bahwa aneksasi hanya bisa dihentikan dengan perlawanan dan perjuangan. Lebih penting dari itu adalah menjaga persatuan dan soliditas serta menempuh jalan ini bersama-sama. (af/alalam)

Baca Juga:

WSJ: Sepeninggal Emir, Kuwait Mendapat Tekanan agar Menormalisasi Hubungan dengan Israel

Pejabat Iran Sebut Yang Berkhianat Hanya Abu Dhabi, Bukan Bagian Lain UEA

 

DISKUSI: