Miris, 8 Alasan Mengapa Iran Menolak Impor Vaksin Produk AS dan Inggris
LiputanIslam.com – Sebuah artikel karya aktivis Iran Hossein Shahmoradi yang dimuat di situs lembaga pemberitaan Mehr milik Iran, Ahad (10/1), menyebutkan beberapa catatan yang dinilainya sebagai alasan mengapa negara republik Islam ini “tak mau bergantung” pada vaksin Covid-19 yang diproduksi oleh Amerika Serikat (AS) dan Inggris.
Dia menyebutkan beberapa catatan singkat mengenai kelamnya rekam jejak percobaan farmasi dan lain-lain yang pernah dilakukan secara ilegal terhadap sebagian orang oleh perusahaan farmasi yang berbasis di AS dan Inggris tanpa memberikan informasi apapun kepada orang-orang diperlakukan sebagai kelinci percobaan.
Catatan itu ialah sebagai berikut:
- Pada tahun 1996, Pfizer Pharmaceuticals Company menguji obat meningitis pada orang-orang Nigeria. Tes itu dilakukan tanpa seizin pemerintah Nigeria dan tanpa sepengetahuan masyarakat negara Afrika ini, dan kemudian mengakibatkan 11 anak kecil meninggal. Selain itu, sebanyak 200 anak terdiagnosa buta, tuli, atau mengalami kerusakan otak serius.
- Proyek “MKULTRA”, yang dikenal sebagai Program Pengendalian Pikiran CIA, adalah proyek rahasia dan terselubung yang dikembangkan dan dilaksanakan oleh Kantor Saintifik CIA pada tahun 1950-an dan 1960-an. Dalam proyek penelitian ini, eksperimen ilegal dilakukan pada otak sejumlah besar warga Amerika dan Kanada tanpa memberi tahu mereka dengan tujuan memanipulasi fungsi mental mereka.
- Pada tahun 1966, ahli etika medis AS Henry Beecher menerbitkan sebuah artikel tentang penyalah gunaan pasien oleh para peneliti dan institusi terkenal dalam kegiatan penelitian. Misalnya, sel kanker hidup ditanamkan ke dalam tubuh pasien tanpa sepengetahuan mereka. Dia telah menunjukkan dengan bukti bahwa eksperimen ilegal ini dilakukan secara ekstensif dan terstruktur.
- Pada abad ke-20, obat Depo-Provera diujicobakan pada sejumlah wanita Zimbabwe. Belakangan diketahui bahwa obat itu digunakan untuk mengendalikan populasi. Orang kulit putih yang menjadi majikan wanita kulit hitam itu memaksa mereka untuk minum obat. Pada tahun 1981, pemerintah Zimbabwe melarang obat tersebut.
- Pada tahun 1994, perusahaan farmasi AS secara ilegal menguji obat AIDS yang disebut “AZT” pada 17.000 wanita Afrika. Obat ini ditujukan untuk mencegah penularan AIDS dari ibu ke anak. Beberapa organisasi kesehatan juga berinvestasi dalam proyek tersebut. Nyatanya, separuh dari wanita Afrika itu tanpa sadar diberi plasebo, bukan obat. Hasilnya, 1.000 bayi mengidap AIDS sejak lahir!
- Setelah dokumen rahasia dari Arsip Nasional Inggris diterbitkan terungkap bahwa Angkatan Bersenjata Inggris pada tahun 1930-an dan 1940-an telah melakukan tes obat-obatan terlarang pada tentara dan bahkan relawan Inggris. Contohnya, mereka telah menguji gas mustard pada beberapa tentara mereka untuk mengetahui apakah senjata kimia ini memiliki efek yang lebih merusak pada kulit orang India atau pada kulit orang Inggris. Contoh lain ialah Donald Madison terbunuh pada 1950-an dengan senyawa beracun sarin 200 mg, setelah dia diberitahu bahwa itu obat flu.
- Dari tahun 1946 hingga 1948, para peneliti AS bekerjasama dengan pemerintah Guatemala melakukan percobaan pada 1.500 pasien gangguan mental Guatemala. Dalam percobaan ini pasien sakit jiwa lantas terdiagnosa sifilis dan kencing nanah, dan mereka kemudian didorong untuk berhubungan seks satu sama lain untuk penularan penyakit tersebut. Beberapa dekade kemudian, ketika skandal ini terungkap, Presiden AS Barack Obama dan Rodham Hillary Clinton terpaksa secara resmi meminta maaf kepada Guatemala.
- Dari tahun 1800-an hingga 1910-an, Dr. Eugen Fischer melakukan eksperimen rasis pada wanita kulit hitam Namibia. Dia mengerjakan bayi yang lahir dengan dua ras untuk memperoleh hasil yang dapat mencegah perkawinan antar ras.
Seperti diketahui, Pemimpin Besar Iran Ayatullah Sayid Ali Khamenei dalam sebuah pidato televisi pada Jumat 8 Januari 2021 mengumumkan keputusannya melarang negaranya mengimpor vaksin dari AS dan Inggris.
Tanpa tedeng aling-aling dia menegaskan, “Impor vaksin Amerika dan Inggris dilarang… Kadang-kadang mereka ingin mencoba vaksin di negara lain.”
Dia juga beralasan, “Kalau orang Amerika bisa menghasilkan vaksin, mereka tidak akan berada dalam kondisi seperti sekarang ini. Mereka tidak akan mencatat 4,000 kematian setiap hari. Sama halnya dengan Inggris.” (mm/mna)
Baca juga: