Musibah Besar Akibat Ulah Orang Fasik
EDITORIAL–Secara etimologis, fasik (fisq) bermakna ‘keluar’. Sementara itu, secara terminologis, para ulama mendefinisikan fasik (fasiq) sebagai orang yang cenderung untuk keluar dari rel kebenaran. Jadi, fasik itu adalah masalah reputasi dalam kegemaran bertindak buruk.
Masalah fasik ini penting untuk diperhatikan mengingat adanya peringatan dari Allah SWT tentang bahaya besar yang bisa ditimbulkan orang fasik. “Jangan sampai kalian timpakan bencana atas suatu kaum, lalu kalian menyesal atasnya,” begitu firman Allah SWT di dalam Al Hujurat ayat 6. Ya, bencana besar bisa saja terjadi menimpa suatu kelompok masyarakat gara-gara kabar yang dihembuskan orang-orang fasik, dan kabar itu ditelan mentah-mentah tanpa verifikasi.
Inilah yang sedang terjadi di sebuah tempat nun jauh di sana, di negeri yang dulunya disebut Syam. Prahara dahsyat melanda negeri ini. Hanya kurang dari tiga tahun, jumlah yang tewas akibat perang menembus angka 100.000 jiwa. Orang yang terusir dan menjadi pengungsi sudah mencapai angka jutaan. Kerugian materi entah berapa milyar Dollar. Bangunan dan tempat bersejarah luluh lantak. Jelas ini adalah musibah yang sangat besar. Tragedi di negeri tersebut diyakini sebagai yang terbesar pasca era perang dingin. Bagaimana bisa begitu?
Awalnya adalah berita tentang pembantaian yang dilakukan rezim yang berkuasa. Lalu, terjadi kapitalisasi pemberitaan. Tiap saat opini publik dijejali dengan narasi kekejaman sang penguasa. Puluhan ribu muslim berdatangan dari berbagai penjuru dunia, mengira tengah berjihad. Lalu, terjadilah pembiaran atas segala macam aksi kekerasan, asal tujuan kekerasan itu memang ‘mulia’: menggulingkan penguasa yang kejam dan sesat.
Perlahan namun pasti, pemicu semua tragedi itu terungkap. Berbagai berita yang disampaikan mengenai kekejaman penguasa ternyata hanya isapan jempol. Foto-foto direkayasa, video dimanipulasi, dan pernyataan diselewengkan. Perilaku para penyebar berita itu sudah jatuh ke dalam kefasikan; karena mereka tidak pernah jera mengumbar kebohongan publik, meskipun sudah berkali-kali ketahuan.
Firman Tuhan tak mungkin keliru. Musibah yang menimpa bangsa itu memang akibat ulah sebagian besar muslim yang enggan memverifikasi berita yang disampaikan orang fasik. Kini, rasa sesal mulai menyergap dada. Ketidakpedulian Dunia Islam terhadap aksi-aksi pembantaian berharga sangat mahal. Kalaupun ada yang belum merasa menyesal, yakinlah bahwa seiring dengan semakin terkuaknya kebohongan, perasaan itu akan terus menghantui. Entah bagaimana pertanggungjawabannya kelak di hadapan Allah di hari kiamat kelak.(liputanislam.com)