Presiden Assad Tentang Rekonsiliasi dengan Kelompok Teror

0
332

LiputanIslam.com–Pembebasan Ghouta timur oleh tentara Suriah (Maret 2018) memperlihatkan fenomena menarik (yang sebenarnya pengulangan dari skenario pembebasan wilayah-wilayah lain di Suriah dari tangan milisi teror/pemberontak), yaitu: milisi teror yang sudah menyerah dievakuasi ke Idlib, milisi yang bersedia bergabung kembali dengan bangsa Suriah diberi amnesti, dan warga sipil dievakuasi ke tempat-tempat penampungan. Bila rumah-rumah mereka kelak sudah diperbaiki dan layanan publik kembali berjalan, mereka bisa kembali ke Ghouta timur.

Pilihan manusiawi yang dilakukan pemerintah Suriah (evakuasi ke Idlib dan pemberian amnesti) merupakan upaya panjang untuk kembali membangun rekonsiliasi Suriah.

Untuk mengetahui lebih jauh bagaimana pandangan pemerintah Suriah tentang solusi dan proses rekonsiliasi, wawancara TV Phoenix (China) dengan Presiden Assad setahun yang lalu (Maret 2017) menarik untuk disimak.

Berikut ini sebagian terjemahannya.

Phoenix TV: …sejauh ini, negosiasi damai (di Jenewa) tampaknya belum produktif. Ketua tim negosiasi Suriah, Mr. Jaafari, berusaha keras untuk menegosiasikan, siapa yang berhak duduk di meja perundingan. Jadi, menurut Anda, siapa yang harus duduk di sana?

Presiden Assad: Ini adalah pertanyaan yang sangat penting. Jika Anda ingin sebuah negosiasi berhasil, kita harus bertanya “siapa yang harus duduk di sana?” Maksud saya, mungkin ada banyak orang-orang baik dengan niat baik, tetapi pertanyaannya adalah: siapa yang mereka wakili? Itu pertanyaannya. Dalam situasi ini, Anda punya kelompok yang berbeda, Anda punya orang-orang yang, katakanlah, patriotik, tetapi mereka tidak mewakili siapa pun, mereka mewakili diri mereka sendiri. Anda punya orang lain yang mewakili teroris, dan Anda punya teroris di atas meja, dan Anda punya orang lain yang mewakili agenda negara asing luar seperti Arab Saudi, Turki, Perancis, Inggris dan mungkin Amerika Serikat. Jadi, itu bukan pertemuan homogen. Jika Anda ingin berhasil, akan kembali ke titik pertama yang saya maksud: negosiasi haruslah dilakukan di antara sesama bangsa Suriah.

Terlepas dari itu, kami pergi ke pertemuan itu karena kami berpikir apapun dialognya bisa menjadi langkah baik menuju solusi, karena bahkan teroris sendiri atau negara-negara lain, mungkin saja mengubah pikiran mereka dan kembali ke keadaan normal dengan menjadi warga Suriah yang nyata, melepaskan diri dari terorisme atau agen untuk kelompok lain.

Itu sebabnya saya mengatakan, kami tidak berharap Jenewa menghasilkan apapun, tapi itu sebuah langkah, yang mengawali sebuah langkah panjang, dan Anda mungkin memiliki babak lain, apakah di Jenewa atau di Astana.

Phoenix TV: Apakah Anda secara pribadi puas dengan format negosiasi atau mekanisme saat ini?

Presiden Assad: Kami tidak mempelopori mekanisme ini; itu dipelopori oleh de Mistura dan PBB dengan pengaruh negara-negara yang ingin menggunakan negosiasi untuk melakukan tekanan pada Suriah, tidak untuk mencapai resolusi apapun. Seperti yang Anda katakan, masing-masing mewakili agenda yang berbeda, bahkan delegasi oposisi, terdiri dari kelompok-kelompok yang berbeda. Jadi, jika saya – sebagai pemerintah – akan bernegosiasi dengan seseorang, siapa seseorang itu? Yang mana? Mewakili siapa? Itu pertanyaan kami. Jadi, Anda benar, kali ini tidak ada negosiasi di Jenewa, tapi ini adalah salah satu alasan, penyebab dari tidak tercapai apapun. Satu-satunya hal yang kita bahas di Jenewa adalah agenda, garis besar, apa yang akan kita bahas nanti, itu saja.

Phoenix TV: Cara apa yang mungkin berhasil mencapai negosiasi?

Presiden Assad: …Semakin ditunda, semakin besar bahaya dan kerusakan, pembunuhan, yang terjadi. Itu sebabnya kami sangat bersemangat untuk memperoleh solusi, tapi bagaimana dan dengan cara apa?

Anda harus memiliki dua cara secara paralel: yang pertama adalah melawan teroris, dan ini adalah tugas kita sebagai pemerintah, untuk membela Suriah dan menggunakan segala cara untuk memusnahkan teroris yang telah membunuh dan merusak di Suriah.

Yang kedua adalah melakukan dialog. Dialog ini memiliki banyak aspek yang berbeda; Anda punya sikap politik, yang berkaitan dengan masa depan Suriah; apa sistem politik yang Anda butuhkan, apa? Tidak peduli yang mana, itu tergantung pada Suriah, dan mereka akan memiliki referendum tentang apa yang mereka inginkan.

Bagian kedua adalah mencoba untuk membawa orang-orang yang berafiliasi dengan teroris atau yang melakukan setiap tindakan teroris untuk kembali ke keadaan normal, menaruh senjata, dan hidup normal dengan imbalan amnesti yang telah ditawarkan oleh pemerintah, dan kami telah menawarkan ini selama tiga tahun, dan bekerja dengan sangat baik.

Jadi, sebenarnya, jika Anda ingin berbicara tentang solusi politik yang nyata sejak awal krisis sampai saat ini, satu-satunya solusi adalah merekonsiliasi antara pemerintah dan militan. Banyak dari mereka bergabung dengan pemerintah sekarang, dan mereka berjuang bersama pemerintah. Beberapa dari mereka meletakkan senjata.

Phoenix TV: Tapi berbicara tentang perang Suriah, Anda tidak akan bisa menyingkirkan faktor kekuatan asing. Delegasi yang didukung Saudi, HNC, mengatakan bahwa mereka mengandalkan pemerintahan Trump untuk memainkan peran positif, bukan kebijakan yang salah di bawah kepemimpinan sebelumnya Barack Obama. Jadi, dari sisi Anda, apa yang Anda harapkan dari kebijakan Timur Tengah Trump, khususnya kebijakan di Suriah?

Presiden Assad: Mengenai harapan, ketika Anda berharap kepada negara asing, tidak peduli negara mana, itu berarti Anda tidak berjiwa patriot, dan telah terbukti [bahwa mereka tidak patriotik]. Mereka seharusnya bergantung pada dukungan dari rakyat Suriah, bukan pemerintah negara lain.

Sekarang, mengenai pemerintahan Trump, …kami belum melihat tindakan nyata dari retorika Trump [yang berjanji akan melawan ISIS]. Yang kita telah lihat selama ini hanyalah serangan lokal. Anda tidak dapat menangani terorisme secara lokal; namun harus lengkap, tidak bisa parsial atau sementara. Tidak bisa juga hanya dari udara, tetapi harus bekerja sama dengan pasukan di lapangan. Itu sebabnya Rusia berhasil, sejak mereka mendukung tentara Suriah untuk memperkecil gerak ISIS…

Jadi, kami berharap agar AS mempertimbangkan kembali: berbicara tentang ISIS tidak berarti berbicara tentang seluruh terorisme. ISIS hanyalah salah satu produk, al-Nusra adalah produk lain, ada sangat banyak kelompok teroris di Suriah. Mereka bukan ISIS, tetapi Al Qaeda, dan mereka memiliki ideologi yang sama, yaitu ideologi ekstrimis Wahabi.

Phoenix TV: Saat ini, sejumlah jenderal dari Turki, Rusia, dan AS bertemu di suatu tempat di Turki untuk membahas ketegangan di Suriah utara, di [tempat bercokolnya] milisi-milisi  yang kemungkinan besar bersekutu dengan negara-negara ini.

Jadi, apakah Anda punya rencana untuk melakukan serangan terakhir terhadap ISIS ketika pelaku utama sebenarnya membutuhkan koordinasi yang efektif dalam rangka membersihkan Suriah dari semua kelompok teror?

Presiden Assad: Ya, jika Anda ingin menghubungkan pertemuan itu dengan ISIS secara khusus, tidak akan objektif, karena setidaknya satu pihak, yaitu Turki, telah mendukung ISIS sampai saat ini, karena Erdogan, Presiden Turki, adalah [anggota] Ikhwanul Muslimin. Dia secara ideologis terkait dengan ISIS dan al-Nusra, dan semua orang di kawasan ini tahu tentang hal itu. Dia membantu ISIS, baik dalam persenjataan, logistik, maupun pembelian minyak [yang dicuri ISIS dari Suriah].

Di pihak lain, AS, setidaknya selama pemerintahan Obama, mereka membantu ISIS dengan cara membiarkan ISIS menyelundupkan minyak Suriah ke Turki, dan ini adalah cara mereka [ISIS] agar bisa mendapatkan uang guna merekrut teroris dari seluruh dunia. AS tidak mencoba untuk melakukan sesuatu, kecuali hanya kosmetik [berpura-pura] dalam melawan ISIS.

Satu-satunya pihak yang serius dalam hal itu adalah Rusia, yang secara efektif menyerang ISIS bekerjasama dengan kami. Jadi, pertanyaannya adalah: bagaimana mereka bisa bekerja sama? Dan saya pikir Rusia telah berharap bahwa kedua pihak bergabung dengan Rusia dan Suriah dalam perjuangan melawan terorisme. Jadi, kami memiliki harapan lebih kepada pemerintah baru Amerika [untuk melawan ISIS sesuai janji kampanye Trump]. Sementara itu, tidak ada yang berubah dalam posisi Turki. ISIS di utara hanya memiliki satu rute pasokan, yaitu melalui Turki. Mereka masih hidup,  aktif, dan mampu melawan berbagai jenis serangan, karena dukungan Turki.

Phoenix TV: Anda pikir, berapa lama lagi perang ini akan berlangsung?

Presiden Assad: Jika tidak ada intervensi asing, perang akan selesai dalam beberapa bulan. Secara internal konflik ini sebenarnya tidak terlalu rumit. Kompleksitas perang ini adalah akibat intervensi asing. Ini masalahnya. Jadi, dalam menghadapi intervensi asing, hal yang terpenting untuk dilakukan adalah membangun persatuan bangsa. Di awal, visi banyak orang Suriah tidak jelas tentang apa yang sedang terjadi. Banyak yang percaya propaganda dari Barat bahwa ini adalah melawan penindasan. Jika itu melawan penindasan, mengapa orang-orang di Arab Saudi tidak memberontak, misalnya? [tapi orang Saudi malah datang ke Suriah untuk ‘berjihad’–red].

Jadi, sekarang apa yang kita peroleh adalah sebuah landasan terkuat kami untuk mengakhiri perang itu. Kami selalu berharap bahwa tahun ini akan menjadi tahun terakhir. Tetapi pada akhirnya, ini adalah perang dan Anda tidak bisa memastikan apa yang diharapkan akan terjadi persis seperti harapan.

Sumber: https://sana.sy/en/?p=101799

 

DISKUSI: