Iran Siap Beri Dukungan Militer Untuk Perlawanan Suriah Terhadap AS
Teheran, LiputanIslam.com – Penasehat Pemimpin Besar Iran untuk industri militer Hossein Dehghan menegaskan bahwa tentara Amerika Serikat (AS) harus keluar dari Suriah karena datang bukan atas undangan pemerintah Damaskus, dan jika Iran diminta bantuan militer oleh Suriah dalam melawan tentara AS, maka Iran siap memenuhi permintaan itu.
“Jika pemerintah dan rakyat Suriah hendak melawan pasukan AS di timur Furat maka Iran siap memberikan dukungan militer dalam perlawanan ini jika mereka memintanya kepada kami,” ungkapnya ketika membicarakan perkembangan situasi di Suriah dalam wawancara eksklusif dengan RT, seperti dilansir al-Alam, Ahad (9/9/2018)
Dia menepis isu bahwa Iran memiliki pabrik rudal di Suriah.
“Tidak, kami tidak punya. Ini tidak benar. Kami tidak membuat rudal di Suriah,” tegasnya.
Mengenai perang besar yang diduga kuat akan berkobar di provinsi Idlib antara tentara Suriah dan kawanan teroris, Dehghan menyatakan kawanan itu memang harus dibasmi agar tidak pindah ke tempat-tempat lain.
“Teroris harus diperangi dan dibasmi, sebab di manapun mereka berada pasti membahayakan keamanan. Karena itu, mereka harus dipisah dari oposisi yang tidak menyokong teroris,” ujarnya.
Rudal Iran
Mengenai rudal Iran, mantan menteri pertahanan ini menjelaskan, “Kekuatan rudal kami tak dapat dinegosiasikan, sebab ini adalah urusan antara ada dan tiada. Ini adalah masalah wibawa, kehormatan, kemerdekaan, dan keyakinan nasional. Ini tak dapat didialogkan. Jika orang-orang Amerika membayangkan bahwa masalah ini bisa dinegosiasikan dengan kami maka mereka berlebihan meramal, dan salah perhitungan. Kami tidak akan pernah merundingkan sistem rudal kami dengan pihak manapun.”
Dia melanjutkan, “Kami dapat mengembangkan rudal yang kami miliki dalam tempo yang sangat singkat. Bertolak dari ancaman yang ada, kekuatan nuklir kami cukup untuk konfrontasi. Tapi jika ancaman berubah dan timbul keperluan untuk bereaksi atas ancaman itu maka tidak akan ada penundaan apapun untuk penambahan jarak jelajah rudal kami.”
Segi Tiga AS, Israel, Dan Saudi
Dia kemudian menyinggung segi tiga AS, Israel, dan Saudi yang dipandangnya bertujuan mengobarkan “fitnah besar” di kawasan Timteng, namun tak berani melancarkan perang langsung terhadap Iran.
“Kami tidak yakin AS dan Israel memutuskan untuk perang langsung terhadap Iran. Tapi mereka berkemungkinan melancarkan operasi militer terhadap para sekutu kami dengan berbagai dalih lain di Suriah dan Irak, dan ini akan ada implikasinya sendiri. Setiap keputusan akan ada harganya. Adapun Saudi adalah negara yang dependen, tak dapat mengambil keputusan sendiri di level kawasan, dan tak memiliki kekuatan politik, ekonomi dan geografis yang besar untuk mengobarkan perang terhadap Iran,” terangnya.
Perang Yaman
Mengenai perang Yaman, ketika ditanya apakah Iran akan memberikan bantuan militer kepada para pejuang di sana, Dehghan mengatakan, “Kami akan memberikan bantuan apapun yang mereka perlukan. Tapi tentu tidak ada dan tidak akan pernah ada eksistensi militer kami di Yaman.”
Pembakaran Konsulat Iran Di Basrah
Mengenai insiden pembakaran konsulat Iran di Basrah oleh kelompok penyusup dalam unjuk rasa di kota di Irak selatan ini Deghan menjelaskan, “Mereka juga telah menyerang kantor-kantor pemerintah (Irak). Yang hendak dikatakan di sini ialah bahwa penduduk Basrah yang bermazhab Syiahpun ternyata bangkit anti Iran. Biarlah saya bicara lebih gamblang; Saudi ingin menatakan bahwa jika kalian menginginkan pemerintahan Irak yang dekat Iran maka hasilnya adalah seperti di Basrah. Saudi ingin mengatakan bahwa rakyat Irak anti Iran.”
Dia melanjutkan, “Sementara kami di Iran tidak mengupayakan pembentukan pemerintahan tertentu di Irak. Rakyat Irak sendirilah yang berkewenangan. Di Irak ada parlemen dan aliansi-aliansi politik untuk memilih pemerintah. Mengapa Saudi dan AS mencampuri pemilihan pemerintah Irak? Mereka hendaknya membiarkan kelompok-kelompok politik Irak menentukan pilihan sendiri.”
Hossein Dehghan membantah rumor bahwa Iran memiliki pangkalan milter di Irak. (mm/alalam)