Ketum Muhammadiyah: Hijrah Adalah Menuju Tatanan Baru
Liputanislam.com– Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir mengatakan hijrah dalam Islam tidak hanya perpindahan tempat dari satu ke tempat yang lain, tetapi juga harus bersamaan dengan sikap dan iman menuju tatanan kehidupan yang baru. Dari kondisi yang serba mengekang dan penuh ancaman ke arah keadaan yang lebih merdeka.
Nabi dan kaum muslimin berpindah dari Makkah yang penuh ancaman ke daerah baru di Yastrib yang lebih bebas untuk menjalankan ajaran Islam untuk kebahagiaan hidup sejati manusia di dunia dan akhirat. “Hijrah satu kesatuan dengan transendensi keimanan dan humanisasi proses mujahadah dalam kehidupan,” ucapnya dalam kajian menyambut Tahun Baru Islam 1443 Hijriyah, seperti dilansir muhammadiyah.or.id pada Rabu (11/8).
“Hijrah bukan soal perpindahan dari Mekkah ke Yastrib tapi juga proses perubahan untuk menuju satu tata baru,” tambah Haedar.
Ia menjelaskan, setelah Rasulullah SAW melakukan hijrah dari Makkah ke Madinah, beliau banyak meletakkan fondasi-fondasi untuk membuat Muslim diterima dan membuatnya sebagai pemimpin teladan. Bahkan, rasa hormat ini juga datang dari warga non-Muslim, salah satunya dari warga Yahudi. “Akhirnya terbangun peradaban yang lahir dari Islam, laki-laki dan perempuan dimuliakan martabatnya, Muhajirin dan Anshar bersatu,” ungkapnya.
Haedar menegaskan bahwa hijrah merupakan proses berkelanjutan dengan spirit perubahan menuju ke keadaan yang lebih baik lagi. Dalam sejarah zakat, misalnya, pada zaman Abu Bakar bahkan pemerintah harus sampai turun tangan menertibkan orang-orang yang membangkang bayar zakat. Hal ini juga yang menginspirasi sang pendiri menjadikan Muhammadiyah termasuk pelopor regulasi dan pengorganisasian zakat secara profesional.
Baca: Israel Disebut Adu Domba Faksi-faksi Resistansi di Irak
Bahkan menurutnya, salah satu ciri khas pendiri Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan dbanding tokoh pembaharu lainnya semisal Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha, kata Haedar, adalah mampu melahirkan pranata modern dalam wujud lembaga.
“Coba bayangkan ada kesadaran zakat ditarik menjadi pranata modern yang terorganisasi, itu rintisan Kiai Dahlan di samping sekolah, poliklinik, panti asuhan, rumah yatim, dan lain-lain,” terangnya. (ar/muhmmadiyah/sindo)