[Video:] Terjemahan Pidato Lengkap Presiden Iran di Masjid Istiqlal

0
342

Jakarta, LiputanIslam.com –   Presiden Iran Sayid Ebrahim Raisi dalam lawatan kenegaraannnya ke Indonesia telah berkunjung ke Masjid Nasional Istiqlal, Jakarta, serta menunaian shalat zhuhur berjamaah di sana pada hari Rabu (24/5). Pada kesempatan usai shalat, dia menyampaikan pidato singkat yang antara lain mengimbau masyarakat Indonesia untuk mewaspadai Iranfobia.

“Di tengah umat Islam sendiri, musuh mengupayakan Iranfobia dan ingin umat Islam takut kepada Iran.  Tapi sekarang umat Islam mengetahui betapa sahabat terbaik, yang peduli dan memikirkan martabat serta terjaganya kemerdekaan dan kebanggaan mereka  justru Iran nan Islami,” ujarnya.

“Dalam diri Iran tertanam kesadaran bahwa apapun yang dicapai dan menjadi kebanggaan di negara Muslim manapun, termasuk Indonesia, adalah kebanggaan bagi kami,” sambungnya.

Berikut ini adalah terjemahan pidato lengkap Presiden Raisi tersebut;

Assalamuialaikum wr. wb. Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.  Aku berlindung kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk. Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam.

Shalawat atas Nabi kita, Muhammad, dan keluarganya yang suci dan para sahabatnya yang mulia. Saya bersyukur kepada Allah atas taufik dan inayahNya,  sehingga hari ini saya bisa berada di tengah masyarakat Indonesia yang mulia, agamis dan berbashirah, dan di rumah Allah ini di tengah jemaah shalat Masjid Istiqlal  saya dapat beberapa menit berbicara di depan masyarakat yang mulia.

Pertama, saya ingin menyampaikan salam hangat Pemimpin Besar Revolusi Islam Imam Khamenei – semoga Allah Swt melindunginya- kepada Anda sekalian, masyarakat yang mulia, dan menyampaikan pula bahwa beliau mengharapkan kesuksesan dan kesejahteraan negara dan rakyat Indonesia serta Anda sekalian, para jamaah yang mulia.

Saya berterima kasih kepada Yang Mulia Presiden RI yang telah mengundang kami dan memberi kami kesempatan untuk melakukan kunjungan kenegaraan.  Pembicaraan yang baik dan efektif telah kami lakukan kemarin dengan Bapak Presiden dan para pejabat tinggi RI lain mengenai  perluasan hubungan Iran-RI  di bidang-bidang politik, ekonomi, perdagangan, kebudayaan, kesehatan dan lain-lain.

Semalam, di Islamic Cultural Center (ICC) kami sempat berada di tengah masyarakat yang telah menampakkan simpatinya kepada Republik Islam Iran dan Pemimpin Revolusi Islam Iran serta kecintaan mereka kepada Islam dan Ahlul Bait nan maksum dan suci. Sungguh itu merupakan suatu pertemuan yang agung di mana kami bertatap muka dengan masyarakat nan tulus.

Hari ini pun saya berada di tengah Anda sekalian, masyarakat yang agamis, jemaah shalat yang mulia, yang tadi juga telah memperlihatkan simpati kepada revolusi Islam  dan Pemimpin Revolusi Islam. Karena itu sudah sepatutnya saya berterima kasih kepada ICC dan juga Anda sekalian yang ada di masjid yang besar ini.

Keberkumpulan Anda sebagai masyarakat agamis jemaah shalat serta solidaritas , persatuan dan keharmonisan Anda sangatlah penting dan strategis. Saya ingin menekankan bahwa keharmonisan , persatuan dan keterpaduan berorientasikan ibadah kepada Allah, serta kecintaan kepada Ahlul Bait jangan sampai terlupakan.  Ini merupakan modal besar bagi Indonesia dan bagi Anda sebagai rakyatnya yang mulia.

Masjid adalah rumah Allah di muka bumi. Di masjid-masjid penghambaan kepadaNya harus dilakukan. Di masjid-masjid, semua hendaklah saling mengetahui kesulitan satu sama lain.  Di masjid-masjid, semua hendaklah mengetahui penderitaan yang dialami umat Islam di dunia.

Di masjid-masjid,  hendaklah hidup dan dihidupkan kesadaran akan tanggungjawab sosial, rasa tanggungjawab kemanusiaan, kepedulian kepada fakir miskin, kaum papa, kaum dhuafa, anak-anak yatim dan semua orang mengalami kesulitan di tengah masyarakat. Masjid adalah tempat bertawajjuh kepada Allah, tapi kepedulian kepada sesama karena Allah juga merupakan bagian dari fungsi masjid. 

Karena itu, sekarang pun kepeduliaan kepada rakyat Palestina, yang terdera oleh kezaliman kaum mustakbirin, kepada orang-orang yang kini mengalami kesulitan di pelbagai penjuru dunia, seperti di Myanmar, merupakan salah satu kewajiban kita sebagai umat Islam. Hal yang penting ialah kepedulian kepada sesama demi keridhaan Allah Swt.

Kaum pria dan wanita di Indonesia dan di berbagai negara lain hendaklah memiliki daya analisis akan masalah kekinian, dan mengerti dengan baik apa yang sedang terjadi di tengah masyarakat, apa trik yang dimiliki pihak musuh, dan  fitnah apa yang diupayakan oleh musuh. Masyarakat hendaknya mengetahui dengan baik siapa kawan dan siapa lawan. Ini sangat penting,

dan merupakan salah satu nikmat ilahi. Sebab, musuh sekarang mengandalkan ranah media dan imperium  medianya untuk merampas daya analisis masyarakat, agar masyarakat tak punya daya analisis. Bagi musuh, tak masalah masyarakat mempelajari rumus-rumus ilmiah. Tapi, apa yang dikehendaki musuh di era jahiliah modern  ialah jangan sampai masyarakat memiliki kemampuan menganalisa isu-isu kekinian. Tapi beruntung, di negara Indonesia yang mulia ini para pemuda dapat menganalisa persoalan.

Mereka tahu siapa kawan dan siapa lawan, dan mengenali tipu daya musuh.  Apa yang telah berulang kali ditekankan dan diwanti-wantikan oleh Pemimpin Besar kami ialah ketahuilah dengan baik tangan-tangan musuh. Musuh ingin membangkitkan pertikaian, mengacaukan keharmonisan kita, dan menebar konspirasi dan fitnah.

Putra dan putri Indonesia adalah putra dan putri yang berwawasan, dan mengetahui siapa kawan dan siapa lawan. Ini tentu menyenangkan. Jika kita memiliki bashirah maka musuh tak akan berhasil. ISIS dulu muncul dengan membawa bendera “la ilaha illa Allah”, dan lalu banyak anak muda tertipu.

Mereka mengira ISIS adalah Muslimin pengamal “la ilaha illa Allah”, tapi mereka terpedaya hingga terjerumus pada kebinasaan. Di tangan ISIS, mereka telah melakukan berbagai aksi kejahatan. Masyarakat dan para pemuda yang memiliki bashiroh tentu dapat mengetahui bahwa meski bendera itu memang bendera “la ilaha illa Allah” namun apa yang ada di belakangnya adalah tangan-tangan keji.  Karena itu, dalam sebuat riwayat disebutkan bahwa Hazrat (Imam Ali as) berkata; “Kehilangan mata lebih ringan daripada kehilangan bashirah.”

 Tak punya mata tentu saja berat, tapi yang lebih berat lagi bagi manusia ialah tak punya mata batin (bashirah), tak mengerti jalan yang benar, tak tahu siapa kawan dan siapa lawan, tak mengerti seluk beluk keadaan. Ini merupakan malapetaka besar.  Karena itu, dalam doa-doa sesudah shalat kita memohon kepada Allah agar kita dianugerahi bashirah, yang membuat manusia dapat mengetahui jalan yang benar, dapat mengenali siapa lawan dan siapa kawan.

Di semua negara di dunia, musuh sengaja menebar Islamfobia, menciptakan ketakutan kepada umat Islam.  Sementara di tengah umat Islam sendiri, musuh mengupayakan Iranfobia dan ingin umat Islam takut kepada Iran.  Tapi sekarang umat Islam mengetahui betapa sahabat terbaik, yang peduli dan memikirkan martabat serta terjaganya kemerdekaan dan kebanggaan mereka  justru Iran nan Islami. Dalam diri Iran tertanam kesadaran bahwa apapun yang dicapai dan menjadi kebanggaan di negara Muslim manapun, termasuk Indonesia, adalah kebanggaan bagi kami.

Kemajuan apapun yang terjadi di Indonesia kami memandangnya sebagai kemajuan di sebuah negara Islam, dan turut berbangga atasnya. Sebaliknya, sekecil apapun ketidak amanan di negara Islam manapun, kami memandangnya sebagai ketidak amanan bagi kami.

Kami berharap di tempat yang suci ini, di masjid, dan pada kesempatan usai shalat jamaah, semoga Allah mengijabah doa-doa kita;  semoga persatuan umat Islam semakin kuat dari hari ke hari; semoga Palestina dan Al-Quds tercinta terbebaskan; semoga kemiskinan, korupsi, ketidak adilan, dan diskriminasi terenyahkan dari komunitas-komunitas masyarakat Muslim; semoga keamanan, persatuan dan keharmonisan di negara-negara Islam meningkat; semoga Pemimpin Besar kami dianugerahi panjang umur dan kemuliaan, dengan berkah shalawat Allahumma shalli ala Muhammad wa ali Muhammad; semoga kita mendapatkan kesudahan yang baik berkat shalawat atas Muhammad dan keluarganya.

Saya berterima kasih kepada imam jamaah (Masjid Istiqlal) serta segenap alim ulama. Wassalamualaikum wr. wb. (mm/sahara)

Baca juga:

[Video:] Terjemahan Lengkap Pidato Presiden Iran di Indonesia di ICC, Jakarta

DISKUSI: