Fire and Fury: Buku yang Menelanjangi Trump

0
4101

Judul Buku: Fire and Fury, Inside the Trump White House

Penulis: Michael Wolff

Penerbit: Little Brown (London)

Cetakan: I/ 2018

Harga: $17,44

 

Fire and Fury adalah sebuah buku yang menyebabkan kekalutan Donald Trump. Berikut ini beberapa point penting dari buku tersebut:

a. Siapakah Michael Wolff?

Penulis buku tersebut adalah Michael Wolff, seorang wartawan Amerika kelahiran New Jersey, 27 Agustus 1954 . Dia telah menerbitkan beberapa buku populer dan sebelumnya telah menulis pada beberapa media massa terkenal, seperti New York Times, Vanity Fair, America Today. Michael Wolff pernah mengadakan wawancara dengan Trump ketika dia mencalonkan diri jadi presiden tahun 2016. Kemudian ketika Trump menang, hubungan Michael dengannya makin dekat sehingga dia setiap minggu mengunjungi Gedung Putih dan bertemu dengan beberapa personil dan pembantu keluarga Trump. Itulah kesempatan yang memberikan padanya bahan-bahan untuk menulis buku ini.

Menurut Wolff, ia telah melakukan wawancara dengan Trump orang-orang penting di lingkarannya, seperti Steve Bannon, lebih dari dua ratus kali. Steve Bannon pernah diserang oleh Trump yang menyebut bahwa informasi-informasi yang ada dalam buku ini “kebohongan yang dibuat-buat”.

Sementara itu, Michel Wolff menyatakan di radio BBC bahwa apa yang diungkapkannya dalam buku itu akan membatasi keberadaan Trump di tampuk kekuasaan, dan bukunya menyimpulkan bahwa Trump bukanlah orang yang kredibel sebagai presiden.

b. Siapakah Steve Bannon?
Bannon (lahir 27 November 1953) adalah mantan penasehat Presiden Trump dalam urusan-urusan strategis (White House Chief Strategist). Dia adalah tokoh politik, pakar perbankan dan investasi, mantan bankir, dan pernah menjadi direktur media kelompok ekstrim kanan, Breitbart News.

Bannon dipecat dari jabatannya di Gedung Putih pada Agustus tahun lalu (setelah 7 bulan menjabat) karena perselisihannya dengan sejumlah orang dekat Trump, terutama menantunya, Jared Kushner. Bannon mengungkapkan berbagai kesaksian dan informasi penting kepada Michael Wolff saat menulis buku itu. Hal itulah yang memunculkan kemarahan Trump.

c. Apa Isi Buku ini?

Fire and Fury mencatat peristiwa-peristiwa yang sangat penting dari kampanye pemilu Trump sesaat sebelum kemenangannya menjadi presiden Amerika diumumkan, lalu menjelaskan tentang langkah-langkah dan manajemen Trump dalam menangani urusan-urusan dalam dan luar negeri selama satu tahun kekuasaannya. Catatan-catatan itu diperoleh Michael Wolff melalui perbincangannya dengan Trump dan orang-orang dekatnya di lingkaran kekuasaannya.
Kesaksian-kesaksian dan informasi-informasi penting yang tercantum dalam buku Fire and Fury ini ialah :

1.Para pembantu Trump tidak memercayainya dan tidak menganggapnya memiliki kredibilitas yang pantas untuk menduduki jabatan Presiden Amerika Serikat.

2. Trump memiliki performa yang buruk sekali. Michael Wolff mengutip surat Ketua Dewan Ekonomi Nasional, Gary Cohen, yang menyifati Trump dan kelompoknya dengan sifat-sifat yang hina. Dia mengatakan, “Sesuatu yang paling buruk dari yang dapat dibayangkan, (dia) adalah seorang bodoh yang dikelilingi oleh para pelawak. Trump sama sekali tidak membaca sesuatupun, bahkan satu lembar dari sebuah laporan, bahkan informasi- informasi yang ringkas sekalipun. Dia bisa saja menghentikan pembahasan-pembahasan bersama para pemimpin dunia di tengah jalan hanya karena kelelahan.”

Wolff menyinggung satu kejadian yang dikomentari oleh Rupert Murdoch, salah seorang wartawan kenamaan. Setelah dia berbincang-bincang dengan Trump lewat telepon tentang aturan visa untuk beberapa negara, Murdoch menyebut Trump “orang bodoh yang rendah”. Padahal Murdoch dianggap sebagai sekutu tradisional Trump.

3. Trump tidak memercayai seorang pun dan dia amat takut jika seseorang akan meracuninya. Karena itu, dia memesan makan cepat saji demi menghindari dari upaya peracunan. Wolff mengatakan dalam bukunya itu, “Sejak lama, dia mengkhawatirkan upaya peracunan. Itulah sebabnya dia selalu makan di McDonald’s. Tak seorang pun mengetahui kapan dia datang, padahal makanannya aman dan telah disiapkan sebelumnya”.

4. Trump adalah seorang yang berambisi untuk tampil sebagai orang yang kuat. Dia membanggakan dirinya secara terbuka bahwa dia telah melakukan hubungan seks dengan istri-istri kawan-kawannya. Wolff menyebutkan bahwa Trump sering mengulang-ulang kisah tentang kehebatan dirinya.

5. Buku ini mencermati semakin menguatnya pengaruh anak Trump, Ivanka, dalam lingkaran kekuasaan Gedung Putih. Wolff menulis bahwa para pembantu Trump di Gedung Putih menyebut Ivanka sebagai ibu negara yang sebenarnya. Hal itu menunjukkan kekuasaan besar yang dimiliki Ivanka atas berbagai keputusan dalam lembaga kepresidenan. Sementara itu, Trump menganggap Direktur Hubungan Umum di Gedung Putih, Hope Hicks, sebagai anaknya yang sebenarnya.

6. Trump dan para personil kampanyenya tidak menduga kemenangannya dalam pemilu. Wolff dalam bukunya menulis, “Setelah jam 8 malam, pada hari pemilu, ketika terlihat arah yang tak terduga, maksudnya Trump mungkin menang, menjadi pasti, Donald Junior berkata kepada salah satu sahabatnya bahwa ayahnya tampak seperti bayangan sementara Melania menangis bukan karena bahagia. Dalam tempo tidak lebih dari satu jam, menurut kesaksian Steve Bannon yang kesal, Trump yang tampak gelisah berubah menjadi Trump yang tidak percaya lalu menjadi Trump yang ketakutan. Namun perubahan terakhir tiba-tiba Donald Trump menjadi seorang yang percaya bahwa dia berhak menjadi presiden Amerika dan mampu menjadi seorang pemimpin.”

7. Trump menyerahkan urusan perdamaian di Timur Tengah kepada menantunya, Jared Kushner (suami Ivanka). Dalam buku itu disebutkan bahwa Trump mengistimewakan Kushner karena dia seorang Yahudi, dan memberinya tugas itu karena keyahudiannya. Trump juga membanggakan kehebatannya dalam berunding dengan orang-orang Yahudi. Trump pernah berkata, “Henry Kessinger mengatakan bahwa Jared akan menjadi Kessinger baru.”

8. Kampanye Trump dilakukan bersama orang-orang yang dekat dengan pemerintahan Rusia tanpa memberitahu para pejabat Amerika. Wolff menulis dalam bukunya, “Tiga pembesar (Donald Trump Junior, Jared Kushner dan Paul Manafort, ketua kampanye) menduga bahwa pertemuan pemerintahan asing di istana Trump di ruang konferensi lantai 25 tanpa dihadiri pengacara adalah pemikiran yang baik. Tak satupun pengacara bersama mereka sehingga jika kamu meyakini bahwa pertemuan itu bukan pengkhianatan dan bukan tidak nasionalis atau keburukan, maka saya meyakini semua itu, dan lebih berguna berhubungan dengan FBI segera.”

9. Michael T. Flynn, mantan penasehat Keamanan Nasional,  mengetahui bahwa hubungannya dengan Rusia akan menjadi sebuah problema. Menurut buku itu, Flynn mengetahui bahwa dia menerima 45 ribu dolar dari Rusia sebagai imbalan ucapan yang menyebabkan problema di masa yang akan datang, tetapi hal itu mungkin terjadi hanya jika kita menang.

10. Wolff berkata bahwa Trump pernah marah saat upacara pelaksanaan sumpah kepresidenan, dan dia bertengkar dengan istrinya, Melania, yang nyaris menangis. Sebuah video yang tersebar di publik memperlihatkan Melania yang berusaha tersenyum dibuat-buat saat upacara pelantikan.

11.Trump pernah marah kepada para ahli nujum yang memboikot upacara pelantikannya sehingga Gedung Putih sedikit kaget dan mencekam. Menurut sebuah sumber di Gedung Putih, Trump juga telah membuat tiga layar televisi besar di kamar tidurnya, dan meminta kepada direktur Gedung Putih untuk menyalakan channel Gorilla. Ketika mereka menyatakan tidak mengetahui adanya channel itu. Trump menjelaskan kepada mereka bahwa dia tiap hari menyaksikan di rumahnya sebuah channel yang menayangkan perkelahian gorilla dalam waktu yang lama. Direktur Gedung Putih terpaksa merekam beberapa video tentang gorilla. Itulah yang membuat Trump menghabiskan beberapa jam yang lama terkadang sampai 17 jam duduk dekat layar televisi untuk menonton film gorilla dan berteriak-teriak sambil berbicara pada gorilla.

12. Trump telah berkonflik dengan petugas agen rahasia (Secret Service) yang bertugas menjaganya. Dia pernah hendak meletakkan kunci di pintu kamar tidurnya tetapi pihak Secret Service tidak menyetujuinya.

13. Kebanyakan dari personil keluarga dan tim management Trump mengeluhkan daya rasionalitasnya, dan mereka menganggapnya tidak mampu melakukan tugasnya dengan baik. Wolff menegaskan dalam bukunya tentang ketidaktahuan Trump tentang John Boehner, Ketua kongres Amerika yang dulu, saat dia dicalonkan untuk menjadi kepala staffnya (Chief of Staff).

14. Trump menghina para stafnya dan mereka juga menghina Trump. Wolff menceritakan, “Ketika dia berbicara di telepon setelah makan malam, dia berbicara tentang kesalahan-kesalahan dan kelemahan-kelemahan setiap orang dari stafnya (seperti) Bannon orang yang tidak setia, Priebus orang yang lemah, Kushner seorang penjilat, Sean Spicer orang yang bodoh, Conway orang sering menangis, Jared dan Ivanka semestinya tidak datang ke Washington.” Wolff juga menulis,”Sekarang ada hal yang membuat orang tertawa diam-diam, seputar nama-nama panggilan Trump untuk para stafnya. Steven Mnuchin, menteri keuangan, dan Rience Priebus dipanggil dengan “si bodoh”, Gary Cohen, penasehat ekonomi dengan “si pelupa berat”, H.R McMaster, penasehat keamanan nasional dengan “si dungu” dan lain sebagainya.

15. Trump sebenarnya menyadari akan kadar dirinya sendiri. Wolff mengutip perbincangan antara Donald Trump dengan seorang pejabat asing yang bertanya kepadanya, “Apa yang dimaksud dengan white trash (sampah putih)?” Trump menjawab, “Mereka adalah orang-orang yang persis seperti aku, tapi mereka miskin.”

16. Muhammad bin Salman menawarkan dirinya kepada Kushner untuk menjadi ‘orang’-nya Trump di Saudi. Setelah tim Trump percaya bahwa Muhammad bin Salman akan memberikan berita-berita yang baik sekali, ia pun diundang ke Gedung Putih. Sejak itu, Trump dan Muhammad bin Salman bersahabat.

Wolff menyebut tahapan itu sebagai satu permusuhan yang keras. Putra Salman memanfaatkan dukungan Trump padanya sebagai bagian dari permainan kekuasaan yang dia perankan di kerajaan Saudi. Gedung Putih masih mengingkari hal ini meskipun tetap membiarkan Bin Salman melakukan apa yang dia inginkan. Sebagai imbalannya, Muhammad bin Salman menyodorkan sejumlah transaksi pembelian senjata kepada Trump saat berkunjung ke Arab Saudi. Itu merupakan kunjungan pertama Trump ke luar negeri sejak menjadi presiden.

17. Kepada orang-orang dekatnya, Trump menyatakan bahwa dia dan menantunya berencana untuk melakukan kudeta di dalam keluarga Kerajaan Arab Saudi, dan mereka berdua telah meletakkan kedua kaki mereka pada puncak kekuasaan di sana.

18. Trump telah memberikan persetujuannya terhadap rencana Saudi untuk memberikan sangsi kepada Qatar dengan alasan bahwa Qatar telah memberikan dukungan finansial kepada kelompok-kelompok teroris.

19. Trump menyampaikan kepada para pembantunya bahwa Riyadh akan mendanai keberadaan militer Amerika yang baru di Saudi dan memindahkan pangkalan militernya yang berada di Qatar.

20. Trump menyampaikan kepada orang-orang dekatnya bahwa dia mengetahui rencana Arab Saudi untuk mengeluarkan dana yang besar untuknya dan untuk keluarganya dalam sebuah acara tarian pedang sebesar 75 juta dolar.

21. Trump telah menghina Arab dan menganggap bahwa dia mampu membantu Saudi dengan mengumpulkan 50 negara Arab dan Islam untuk menemuinya, dan bahwa segala sesuatu itu berjalan demi kepentingannya dengan cara yang mudah. Dia menyatakan bahwa Obama telah menghambat itu pada masa yang lalu tanpa alasan yang benar. Menurut buku itu, Trump telah menghubungi orang-orang dekatnya lewat telepon saat dia berada di Arab Saudi dan menyampaikan hal itu kepada mereka.

22. Trump memberitakan kepada orang-orang dekatnya bahwa dia berjanji kepada Raja Bahrain untuk tidak menekan Raja Bahrain dalam segala urusan. Saat Presiden Mesir al Sisi memujinya, “Kamu seorang laki-laki besar dan mampu melakukan sesuatu yang mustahil “, Trump menjawab, “Aku suka sepatumu, hai anak muda.”

23. Trump berencana memindahkan kedutaan Amerika ke Yerusalem segera setelah menerima kekuasaan. Dalam buku itu disebutkan bahwa Steve Banon memberitahu kepada mantan direktur eksekutif Foxs News, Roger Ailes rencana Trump untuk memindahkan kedutaannya ke Yerusalem pada hari-hari pertama kekuasaannya. Steve mengatakan, “Biarkan Jordania mengambil Tepi Barat dan biarkan Mesir mengambil Gaza. Biarkan keduanya saling bekerja sama atau keduanya tenggelam dalam upaya itu. Orang-orang Saudi berada di tepi jurang dan orang-orang Mesir berada di tepi jurang. Semuanya takut terhadap Iran setengah mati. Itulah yang menyebabkan Rusia menjadi poros kekuatan. Mereka adalah para penjahat. Dunia penuh dengan orang-orang jahat.”

24. Trump menganggap bahwa setiap orang yang menantang Iran adalah orang yang baik. Fokus perhatiannya dalam urusan di Timur Tengah pada empat pemain, Israel, Mesir, Saudi, dan Iran.

25. Ivanka bersama suaminya, Jared Kushner, berencana untuk menjadi presiden wanita pertama Amerika. Buku itu menceritakan bahwa Trump sulit menolak permintaan anak-anaknya. Ketika ditanya oleh Rience Priebus, mantan pembesar staff Gedung Putih, tentang alasan mengapa dia menempatkan Ivanka dan suaminya ada di lingkaran Gedung Putih, Trump menjawab bahwa itu ‘masalah yang sedikit pelik’.

26. Ivanka selalu mencaci ayahnya karena potongan rambutnya dan warnanya.

27. Woolf menyebutkan bahwa Steve Bannon selalu menekankan larangan terhadap kaum Muslimin untuk bepergian.

d. Respon yang Beragam
# Trump menyerang buku dan penulisnya melalui Twitter dan menyatakan bahwa ia tidak pernah diwawancarai Michel Wolff, dan membantah semua informasi Steve Bannon, mantan penasehatnya.

# Pengacara Gedung Putih menghubungi Wolff dan penerbitnya, serta Steve Bannon, agar mengurungkan penerbitan buku itu dengan menyatakan bahwa buku itu memuat penghinaan terhadap Presiden dan penistaan secara sengaja kepadanya.

Juru bicara Gedung Putih menyatakan bahwa buku itu penuh dengan informasi-informasi bohong dan menyesatkan dari orang-orang yang tidak punya hubungan dengan Gedung Putih atau berpengaruh. Michel Wolff penulis buku menegaskan bahwa dia bertemu dengan Trump sebelum dan setelah pemilu. Dia berkata, “Saya benar-benar sudah berbicara dengan Presiden, dan saya tidak tahu jika dia memahami bahwa itu dialog atau bukan, tetapi yang pasti dialog itu terekam.” Wolff bependapat bahwa bukunya itu akan mempercepat berakhirnya kekuasaan Trump dan akan menjatuhkannya dari Gedung Putih karena buku itu telah menelanjangi Trump di hadapan banyak orang.

# Penerbit ngotot untuk menerbitkan buku itu bahkan mempercepat penebitannya di pasar-pasar Amerika di tengah sambutan besar untuk membelinya setelah Trump menyerangnya. Media massa terus mengikuti buku itu dan menganalisa serta mengamati pertempuran yang terjadi di antara banyak pihak yang terkait dengan buku ini. (HMA/LiputanIslam.com)

DISKUSI: