Singgung Kebiaban AS di Afsel, Iran Sebut Washington Tak Layak Bernasihat Soal HAM
Teheran, LiputanIslam.com – Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran Nasser Kanaani mengutuk nasihat palsu pemerintah AS soal hak asasi manusia (HAM) dan demokrasi, dan mengatakan bahwa negara pendukung rezim pendudukan dan agresor tidak memenuhi syarat untuk berkomentar tentang isu itu.
“Ada saat di mana AS mendukung rezim apartheid di Afrika Selatan, CIA membantunya menangkap Mandela,” tulis Kanaani di akun Twitternya, Ahad (5/3).
Rincian baru yang dilaporkan oleh TIME memperkuat asumsi bahwa CIA membantu rezim rasis Afrika Selatan menangkap pemimpin anti-apartheid Nelson Mandela pada tahun 1962.
Laporan itu menambah bukti bahwa pemerintahan Presiden John F. Kennedy berperan dalam penangkapan Mandela pada suatu waktu, ketika para pejabat AS menghadapi gerakan hak-hak sipil yang semakin intens di Amerika.
Mandela akhirnya mendekam dalam penjara selama 27 tahun karena memimpin Kongres Nasional Afrika (ANC), yang menentang kebijakan apartheid yang membuat penduduk kulit hitam Afrika Selatan didiskriminasi, dengan kondisi yang acapkali tidak manusiawi.
Dia akhirnya dibebaskan pada tahun 1990 saat apartheid runtuh, dan terpilih sebagai presiden kulit hitam pertama Afrika Selatan pada tahun 1994. Dia menjabat selama lima tahun hingga kemudian meninggal pada tahun 2013 pada usia 95 tahun.
“Hari ini, itu (AS) adalah sekutu strategis dan pendukung rezim apartheid Zionis. AS tidak pantas membela HAM dan demokrasi,” ungkap Kanaani.
Iran menyebut Israel sebagai biang kerok instabilitas dan carut marat situasi kawasan Timteng, namun juga menegaskan bahwa kebiadaban Israel yang didukung AS tidak akan mengubah nasib buruk yang pasti menimpa rezim Zionis tersebut.
Teheran menyebutkan bahwa sejarah rezim apartheid sarat dengan pembunuhan, pembantaian, penyiksaan dan pembunuhan anak-anak Palestina, dan menggambarkan kekejaman rezim Tel Aviv dan pembantaian perempuan dan anak-anak Palestina sebagai indikasi kemiskinan Zionis. (mm/fna)
Baca juga: