Prancis Mengaku Sita Senjata Selundupan Iran untuk Yaman, Iran Membantah
Teheran, LiputanIslam.com – Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran Nasser Kanaani, Kamis (2/2), membantah pengakuan Angkatan Laut (AL) Prancis telah menyita senjata Iran yang akan diselundupkan ke Yaman.
Kanaani menegaskan bahwa Prancis yang notabene salah satu pengekspor senjata utama ke Arab Saudi tak layak melontarkan tuduhan soal ini terhadap negara lain.
Sebelumnya di hari yang sama, seorang pejabat anonim Perancis mengatakan kepada kantor berita AP bahwa pasukan elit negaranya pada tanggal 15 Januari telah menyita ribuan senapan serbu, senapan mesin dan rudal anti-tank di Teluk Oman yang datang dari Iran dan menuju ke Yaman.
Militer Prancis tidak menanggapi permintaan komentar tentang klaim penyitaan senjat itu.
Kanaani menepis keras klaim itu dan menyebutnya bermotif politik dan bermaksud menyesatkan opini publik dunia.
“Negara-negara yang membantu koalisi agresor melawan Yaman secara militer ataupun dengan memberikan bantuan intelijen dan memiliki peran dalam blokade tidak manusiawi terhadap bangsa Yaman tak patut melontarkan tuduhan terhadap negara lain,” tegasnya.
Dia lantas menyarankan Prancis dan negara-negara lain yang membantu koalisi pimpinan Saudi “untuk segera menghentikan kebijakan oportunistik dan kepentingan pribadi mereka”, alih-alih “memberikan informasi yang salah dan melepaskan tanggung jawab” atas perang di Yaman.
Teheran telah berulang kali menolak tuduhan tentang pengiriman senjata ke pasukan Yaman.
Kanaani menyoal, “Obat dan barang medis saja susah dikirim ke Yaman, lalu bagaimana peralatan militer bisa melintas dan dikirim ke sana?”
Dia lantas memastikan bahwa Yaman telah membuat kemajuan besar di bidang militer dan pembuatan senjata dan peralatan militer setelah menghadapi agresi pasukan koalisi yang dipimpin Saudi.
Arab Saudi melancarkan perang yang menghancurkan di Yaman pada Maret 2015 bekerja sama dengan sekutu Arabnya dan dengan dukungan senjata dan logistik dari AS, Inggris, dan negara-negara Barat lainnya.
Perang itu ditujukan untuk memulihkan kekuasaan rezim Abd Rabbuh Mansur Hadi – yang bersekutu dengan Riyadh- dan menghancurkan gerakan perlawanan Ansarullah, yang sudah sekian tahun menjalankan urusan negara Yaman tanpa adanya pemerintahan fungsional.
Saudi dan para sekutunya gagal memenuhi tujuan itu, sementara perang telah menewaskan ratusan ribu orang dan menimbulkan krisis kemanusiaan, yang menurut PBB, terburuk di dunia. (mm/fna/aljazeera)
Baca juga: