Koalisi Saudi-UEA Mengaku Bebaskan 200 Tawanan Ansarullah Yaman
Riyadh, LiputanIslam.com – Pasukan koalisi Arab pimpinan Arab Saudi mengaku telah mengambil keputusan untuk membebaskan 200 tawanan Ansarullah Yaman dalam rangka pelaksanaan perjanjian gencatan senjata yang telah dicapai di Stockholm, Swedia.
Juru bicara resmi aliansi itu,Turki al-Maliki, Selasa (26/11/2019), menyebut keputusan itu sebagai inisiatf baru untuk Yaman.
Dia menambahkan bahwa selain keputusan itu juga telah diambil keputusan lain yang memungkinkan perjalanan udara bagi pasien dari bandara Sanaa, ibu kota Yaman, ke negara-negara lain untuk berobat, namun dengan persyaratan ada kerjasama dengan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Menurut al-Maliki, keputusan itu bertolak dari hasrat para pemimpin koalisi untuk melanjutkan upaya penyelesaian krisis Yaman dan penerapan perjanjian Stockholm, termasuk mengenai pertukaran tawanan, serta upaya memudahkan penguraian berbagai titik perselisihan terkait pertukaran tawanan yang notabene masalah kemanusiaan.
Baca: Ansarullah Yaman Gempur Pasukan Koalisi, 350 Orang Tewas dan Luka
Al-Maliki juga menyebutkan bahwa keputusan juga merupakan kelanjutan dari upaya pasukan koalisi untuk memperbaiki kondisi kemanusiaan, terutama terkait dengan kesehatan rakyat negara ini.
Belum ada tanggapan dari para petinggi Ansarullah yang berkuasa di Sanaa atas klaim al-Maliki tersebut.
Departemen Kesehatan Yaman di Sanaa beberapa waktu lalu mencatat sebanyak 320,000 orang tak dapat berobat ke luar negeri akibat penutupan Bandara Sanaa.
Baca: Kelaparan Ekstrem Renggut Nyawa Bayi di Yaman Setiap 10 Menit
Pasukan koalisi mengumumkan keputusannya itu setelah belakangan ini tersiar berbagai laporan mengenai upaya Riyadh berunding dengan Ansarullah guna mengakhiri perang Yaman.
Menteri Luar Negeri Oman Yusuf bin Alawi Ahad lalu menyatakan bahwa Saudi dan Ansarullah terlibat perundingan serius untuk mengakhiri perang di Yaman.
Seorang petinggi Ansarullah dalam wawancara dengan kantor berita Turki, Anatolia, mengatakan bahwa perundingan itu dimulai sejak fasilitas minyak Aramco milik Saudi terkena serangan rudal dan drone Yaman. (mm/rt/fars)