Bin Salman Sebut Israel “Sekutu Potensial” Arab Saudi
Riyadh, LiputanIslam.com – Putra mahkota dan penguasa de facto Arab Saudi, Mohamed Bin Salman (MBS), menyatakan negaranya tidak memandang Israel sebagai “musuh,” dan menyerukan “koeksistensi” antara Arab Saudi dan Iran.
“Kami berharap konflik antara Israel dan Palestina dapat diselesaikan. Kami tidak melihat Israel sebagai musuh, kami melihat mereka sebagai sekutu potensial, dengan banyak kepentingan yang dapat kami kejar bersama. Tapi kami harus menyelesaikan beberapa masalah sebelum kami sampai ke sana,” kata MBS dalam wawancara dengan majalah AS The Atlantic, menurut transkrip berbahasa Inggris yang diterbitkan oleh kantor berita resmi Saudi SPA, Kamis (3/3).
Ditanya tentang ketegangan negaranya dengan Iran, dia mengatakan: “Mereka (Iran) adalah tetangga, tetangga selamanya. Kami tak dapat menyingkirkan mereka, dan merekapun tak dapat menyingkirkan kami. Jadi lebih baik kami berdua menyelesaikannya dan mencari cara agar kita bisa hidup berdampingan.”
Mengenai perkembangan bahwa Saudi dan Iran sudah mengadakan “empat putaran negosiasi,” MBS mengatakan bahwa Riyadh menyambut baik beberapa pernyataan yang telah dibuat oleh para pemimpin Iran, dan bahwa negosiasi akan berlanjut.
“Mudah-mudahan, kami dapat mencapai posisi yang baik bagi kedua negara dan akan menciptakan masa depan yang lebih cerah bagi negara ini dan Iran, ”imbuhnya.
Ditanya apakah kesepakatan nuklir Iran dengan negara-negara besar dunia lebih baik daripada “tidak ada kesepakatan,” MBS mengatakan, “Saya percaya negara mana pun di dunia yang memiliki bom nuklir itu berbahaya, terlepas dari apakah itu Iran atau negara lain. Jadi kami tidak ingin melihat itu. Dan juga, kami tidak ingin melihat kesepakatan nuklir yang lemah, karena itu akan berakhir dengan kesimpulan yang sama.”
Arab Saudi tidak menjalin hubungan diplomatik dengan Israel. Namun, pada tahun 2020 dua sekutu Teluk utamanya, Bahrain dan Uni Emirat Arab, menormalisasi hubungan dengan Israel, dan menjadi negara Arab ketiga dan keempat yang melakukannya setelah Mesir dan Yordania.
Berbagai pihak Palestina mengutuk perjanjian normalisasi di bawah Kesepakatan Abraham yang ditengahi AS itu dan menyebutnya “tikaman dari belakang”.
Saudi telah berulang kali menyatakan akan tetap konsisten pada posisi Liga Arab untuk tidak menjalin hubungan resmi dengan Israel sampai konflik dengan Palestina terselesaikan.
Meski demikian, MBS tampak lebih terbuka daripada ayahnya, Raja Salman, terhadap Israel, sehingga mengizinkan pesawat komersial Israel melintasi zona udara Saudi.
Bahkan, pada November 2020 dilaporkan bahwa perdana menteri Israel saat itu Benjamin Netanyahu diam-diam berkunjung ke Saudi sehingga memicu spekulasi, meski Riyadh menyangkal kabar terjadi pertemuan terjadi Netanyahu dengan MBS. (mm/nahar)
Baca juga: