AS Tuding Rusia dan Suriah Kirim Pasukan dan Peralatan Militer ke Libya
Washington, LiputanIslam.com – Washington kembali melancarkan serangan media dan diplomatik terhadap Moskow dan Damaskus dengan menuduh keduanya bekerjasama mengirim pasukan dan peralatan tempur ke Libya untuk menyokong pasukan Khalifa Haftar dalam konfliknya melawan Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA).
“Kami tentu tahu Rusia bekerjasama dengan (Presiden Suriah Bashar) Assad untuk mengangkut para petempur, yang bisa jadi dari negara ketiga, ataupun dari Suriah, ke Libya, di samping perangkat keras,” klaim Utusan Khusus AS untuk Suriah, James Jeffrey, pada konferensi pers melalui telefon, Kamis (7/5/2020), tanpa memberikan rincian atau bukti apapun.
“Medan perang di negara itu (Libya) bisa jadi akan lebih rumit,” imbuhnya Jeffrey, mengacu pada bocoran laporan PBB Rabu lalu mengenai apa yang disebut “Kelompok Militer Khusus Rusia, Wagner” yang mengerahkan sekitar 1.200 personel ke Libya untuk memperkuat pasukan Haftar.
Wakil Asisten Sekretaris Negara AS untuk Urusan Timur Dekat Henry Worcester menyatakan kegelisahan Washington tentang hubungan antara Haftar dan Assad. Dalam konferensi pers dia mentakan, “Hal lain yang sangat mengganggu adalah … Pembentukan Haftar tentang apa yang disebut hubungan diplomatik dengan rezim Assad. ”
Baca: 11 Tentara Suriah Tewas Diserang ISIS
Senada dengan ini, Wakil Asisten Menteri Luar Negeri AS untuk Urusan Eropa, Christopher Robinson, mengklaim bahwa “Kegiatan Rusia di Libya melemahkan proses perdamaian politik di negara ini dan meningkatkan laju konflik di sana”, dan bahwa Libya “telah menjadi stasiun baru untuk upaya jahat Rusia yang berpusat pada keuntungan politik dan ekonomi yang sempit ”.
Moskow telah berulang kali membantah tuduhan mencampuri krisis Libya bersama Tentara Nasional Libya pimpinan Khalifa Haftar.
Presiden Rusia Vladimir Putin pada Januari lalu ketika ditanya apakah “Kelompok Wagner” terlibat dalam perang di Libya mengatakan bahwa jika ada orang Rusia di Libya maka mereka tidak mewakili negara Rusia dan tidak pula menerima gaji dari negara ini.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov menyebut tuduhan bahwa “tentara bayaran Rusia” bercokol di Libya tidaklah lebih dari rumor belaka. (mm/raialyoum/amn)