Pakar Ekonomi: Jangan Samakan Kondisi Rupiah Saat Ini Dengan Krisis 1998

0
633

Sumber: beritasatu.com

Jakarta, Liputanislam.com—Kondisi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) semakin melemah. Bahkan dalam situs resmi Bank Indonesia (BI) pada hari ini kurs jual rupiah mencapai level Rp 15.002 per dolar AS. Sementara kurs beli berada di Rp 14.852 per dolar AS. Hal ini mengakibatkan banyak pihak yang menyebutkan kondisi Indonesia pada saat ini sama dengan kondisi Indonesia pada September 1998.

Pakar ekonomi internasional, Shanti Ramchand Shamdasani menolak anggapan tersebut. Menurutnya, kondisi Indonesia saat ini jauh berbeda dengan kondisi Indonesia di awal reformasi. Ketika itu, nilai tukar rupiah telah mengantarkan Indonesia pada sebuah krisis moneter. Tahun 1998 keadaan ekonomi benar-benar sangat sulit.

“Karakter kenaikan dolar terhadap rupiah pada 1998 dengan 2018 berbeda. Pada 1998 sudah ada banyak bank yang bangkrut, tutup dan merger,” katanya di Jakarta, pada Rabu (5/9).

Menurut Shanti ada beberapa hal yang dapat dijadikan contoh untuk melihat perbedaan tersebut. Pada sekitar bulan September 1997 rupiah berada di angka Rp 3.030 per dolar dan menjadi Rp 10.725 per dolar pada September 1998. Artinya, rupiah terdepresiasi sekitar 254 persen.

Sementara pada September 2017, rupiah berada di angka Rp 13.345 dan naik menjadi Rp 14.815 per dolar pada September 2018. Atau hanya terdepresiasi sekitar 11 persen. “Kalau pelemahannya seperti di 1998, rupiah seharusnya mencapai Rp 47.241 per dolar pada September 2018,” terangnya.

Kemudian perbedaan lainnya, lanjut dia, yaitu pada tahun 1998 cadangan devisa nasional hanya sekitar USD 23,61 miliar. Sedangkan pada tahun 2018, cadangan devisa nasional mencapai USD 118,3 miliar. Apalagi jika dilihat dari sisi inflasi, maka sangat  jauh berbeda.

“Pada tahun 1998, tepatnya pada Agustus 1998 terjadi inflasi sebesar 78,2 persen. Sedangkan, pada saat ini, inflasi pada Agustus 2018 hanya mencapai 3,2 persen,” ungkap Shanti. (ar/beritasatu).

DISKUSI: