Kurangi Pencemaran, IST Akprind Ciptakan Pengolah Limbah Batik

0
553
Pengolahan limbah/Koran SI

Pengolahan limbah/Koran SI

Kulonprogo, LiputanIslam.com – Mungkin tak banyak yang mengetahui bahwa selama ini limbah produksi batik ternyata cukup berbahaya dan bersifat polutan. Namun, Institut Sains dan Teknologi (IST) Akprind Yogyakarta ternyata melihat problem tersebut dan menciptakan alat pengolahan limbah batik. Nantinya limbah cair sisa pengolahan batik akan menjadi air jernih dan siap minum.

Pengolahan limbah tersebut menggunakan sistem elektrokoagulan. Menurut tim IBM IST Akprind Yuli Pratiwi seperti dilansir dari okezone.com, mengatakan bahwa sistem pengolahan limbah dengan menggunakan elektrokagulan merupakan ada elemen katodan dan anoda yang siap menangkap limbah-limbah logam berat untuk diendapkan. Air yang diolah kemudian disalurkan melalui bak filtrasi yang telah diisi pasir dan split.

Program tersebut merupakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan di Gulurejo, Kecamatan Lendah, Kulonprogo. Rektor IST Akprind Sudarsono menjelaskan, bantuan juga diberikan dalam bentuk alat pengolahan limbah. “Semoga bisa dimanfaatkan para perajin batik. Mereka bisa membuang limbah dan melakukan pengolahan secara bersama sehingga aspek kemanfaatan kepada masyarakat bisa maksimal,” ujar Sudarsono.

Dana pembangunan alat pengolahan sendiri berasal dari Koperasi Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis) melalui kerjasama Iptek bagi Masyarakat (IbM) sebanyak Rp47 juta. Awalnya, pengolahan ini bisa dilakukan secara mobile. Namun karena pertimbangan dan efektivitas, akhirnya dibuat permanen di Farras batik.

Sebagai manfaat timbal balik bagi IST Akprind, para mahasiswanya dapat melakukan penelitian di tempat pengolahan limbah batik tersebut. Disamping itu mahasiswa juga dapat mengembangkan dengan mengolah atau memanfaatkan endapan limbah menjadi batako seperti lumpur lapindo tambah Yuli Pratiwi.

Saat di wawancarai, pemilik Farras Batik, Umbuk Haryanto mengaku senang dengan adanya bantuan program pengolahan limbah oleh civitas akademika IST Akprind. Dia berharap dengan sistem baru, semoga bisa mengurangi pencemaran. (fie)

DISKUSI: