Kopi Luwak Buatan Mahasiswa Indonesia Jadi Juara di Taiwan

0
396

Jakarta, LiputanIslam.com–Kopi merupakan komoditas yang sangat populer saat ini di dunia. Indonesia yang merupakan negara pengeekspor kopi keempat di dunia mendapatkan banyak keuntungan dari tingginya permintaan kopi dari luar negeri. Apalagi, Indonesia memiliki sebuah kopi khas yang telah terkenal karena proses pembuatannya melibatkan hewan luwak. Apalagi jika bukan Kopi Luwak. Dan berkat kopi ini pula tiga mahasiswa asal Universitas Jember berhasil membawa pulang medali emas di Taiwan pada 11 Desember yang lalu.

Di Indonesia, kopi luwak merupakan salah satu jenis kopi yang memiliki nilai tinggi. Bukan hanya karena dalam proses pemilihan bijinya melibatkan hewan Luwak, tetapi juga karena kopi ini dipercaya memiliki tingkat keasaman yang rendah sehingga aman bagi pencernaan. Berbeda dengan kopi jenis lain yang terkadang tidak bersahabat dengan lambung peminum kopi yang sensitif.

Menariknya, mahal dan rumitnya proses pembuatan Kopi Luwak menarik perhatian tiga mahasiswa dari Universitas Jember. Mereka melihat bahwa rupanya Kopi Luwak memiliki banyak permasalahan serius dalam proses pengolahannya. Permasalahan seperti penolakan pasar akibat adanya pemaksaan Luwak untuk memakan biji kopi misalnya, menjadi isu yang sangat diperhatikan dikalangan pemerhati kesejahteraan binatang.

Lain pula dengan masalah kebersihan dan kehalalan. Sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, aspek kehalalan Kopi Luwak juga menjadi perdebatan. Sehingga menurut Tri Angga Maulana, M. Ali Firdaus dan Bagas Rizky Aldiano, kopi luwak perlu dibuat dengan cara yang baru yakni dengan teknik artifisial.

Teknik artifisial yang dimaksud adalah dengan meniru proses pengolahan biji kopi yang semula harus melewati lambung Luwak, diubah menjadi dengan cara konvensional namun dengan cermat disesuaikan. Tujuannya adalah agar dapat menyerupai lambung Luwak sehingga kopi yang dihasilkan mampu mendekati cita rasa kopi Luwak asli. Mereka menamakan kopi tersebut dengan nama Kolutan yang merupakan akronim dari Kopi Luwak Buatan.

“Yang membedakan kopi luwak artifisial kreasi kami dengan yang lain adalah pada kadar cita rasa dan aromanya. Dari tes cita rasa dan aroma yang dilakukan oleh Pusat Kopi dan Kakao Jember, kopi luwak artifisial kami mendapatkan nilai 85,25. Sementara nilai cita rasa dan aroma kopi luwak yang asli adalah 86, jadi kopi buatan kami sudah mirip dengan kopi luwak asli,” jelas Tri Angga Maulana seperti dikutip dari lama resmi Universitas Jember.

Keberhasilan mereka rupanya terletak pada formula yang berhasil mereka temukan yang rencananya akan dipatenkan. Bagas Rizku Aldianon menjelaskan, “resepnya tergantung pada tiga hal, yakni suhu saat menggoreng, pemberian enzim protease yang tepat, serta pengadukan yang pas. Semuanya kami tiru dari kondisi lambung luwak saat mencerna kopi. Tapi mohon maaf, kami tidak bisa membuka resepnya karena akan kami patenkan dahulu.”

Berkat inovasi ini, ketiganya berhasil membawa pulang medali emas dalam ajang Kaohsiung International Invention and Design Expo di Kaohsiung, Taiwan 9-11 Desember yang lalu. Kemenangan ini pun mendatangkan berbagai apresiasi. Seperti saat pameran di ajang perlombaan misalnya, yang ternyata banyak pengunjung yang tertarik meminum kopi buatan mereka.

Kaohsiung International Invention and Design Expo adalah kegiatan tahunan yang dimotori oleh World Invention Intellectual Property Association (WIIPA). Event ini bertujuan untuk mengangkat hasil-hasil temuan baru ke level internasional, meningkatkan kerjasama antara penemu, membantu paten temuan baru, serta mendorong kaum muda khususnya kalangan mahasiswa untuk aktif melakukan penelitian yang dapat menghasilkan penemuan baru.

Organisasi WIIPA sendiri kini beranggotakan 23 negara di dunia termasuk Indonesia. Tercatat 26 negara ikut ambil bagian dalam ajang Kaohsiung International Invention and Design Expo. Tahun ini Indonesia mengirimkan enam tim yang berasal dari Universitas Jember, Universitas Sumatera Utara, Universitas Mercu Buana Jakarta (2 tim), dan Universitas Islam Indonesia Yogyakarta (2 tim). Dan di ajang tersebut para anak bangsa berhasil membawa pulang 4 Gold medals, 2 Silver medals, dan 1 Bronze medal.(ra/goodnewsfromindonesia)

DISKUSI: