Menangkap Pesan di Balik Kunjungan Presiden Iran ke Masjid Agung Al-Umawi di Damaskus
Teheran, LiputanIslam.com – Kunjungan Presiden Iran Sayid Ebrahim Raisi ke Masjid Agung Al-Umawi di Damaskus, ibu kota Suriah, pada hari Kamis (4/5), menjadi pemandangan yang menarik dan layak mendapat catatan tersendiri, menurut sebuah artikel di situs berita Rai Al-Youm, Jumat (5/5).
Situs ini menyebutkan bahwa Presiden Iran tampak begitu mementingkan kunjungan ini meski jadwal kerjanya cukup padat dalam lawatan resmi dua hari ke Suriah. Karena itu, kunjungan Raisi ke Masjid Agung Al-Umawi tentu membawa pesan-pesan tersendiri, yang dapat ditengara dari tiga aspek berikut;
Pertama, Masjid Agung Al-Umawi merupakan salah satu tempat yang pernah dijadikan simbol oleh kubu oposis dan pemberontak serta musuh-musuh pemerintah Suriah di awal-awal gejolak pemberontak dan terorisme untuk menggulingkan Presiden Suriah Bashar Al-Assad.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan yang turut memusuhi Al-Assad dan mendukung oposisi Suriah saat itu bahkan bersumbar akan mendirikan shalat di Masjid Al-Umawi setelah pemerintahan Al-Assad terguling. Erdogan bersumbar demikian ketika banyak pihak memastikan Al-Assad akan terguling dalam tempo beberapa minggu atau paling lama beberapa bulan.
Erdogan tak sendirian, sebab para pemimpin kelompok-kelompok pemberontak dan teroris juga mengumbar pernyataan yang sama. Pemimpin kelompok teroris Jabhat Al-Nusra, Al-Julani, misalnya, telah bersumpah akan memasuki Masjid Al-Umawi di Damaskus. Demikian pula tokoh salafi asal Saudi Abdullah Al-Muhaysini yang menjadi mufti agung Jabat Al-Nusra.
Karena itu, tampilnya Presiden Raisi yang notabene sekutu kuat Suriah dan Presiden Al-Assad serta tindakannya menunaikan shalat di Masjid Al-Umawi, menurut artikel karya Nour Ali di Rai Al-Youm, menjadi sebentuk deklarasi kemenangan untuk opsi Suriah-Iran dalam perang yang berkobar di Suriah sejak 2011 serta penutupan pintu bagi segala upaya menjatuhkan Damaskus ke tangan musuh-musuh Al-Assad.
Kedua, kunjungan Presiden Iran ke Masjid Agung Al-Umawi juga merupakan tanggapan Raisi atas provokasi bermotif sektarian Sunni-Syiah. Dalam hal ini, Raisi dapat ditengara bermaksud melayangkan pesan kepada pihak Ahlussunnah Suriah dan kawasan Timteng secara umum bahwa Iran yang bermazhab Syiah menghormati mazhab Ahlussunnah. Raisi seakan menepis anggapan bahwa Iran dan Syiah memusuhi Ahlussunnah.
Dengan demikian, kunjungan Raisi ke Masjid Umawi segera setelah berziarah ke makam Sayyidah Zainab di Damaskus merepresentasikan manhaj taqrib atau metode pendekatan antarmazhab Islam serta persatuan antara apa yang disebut oleh Imam Besar Al-Azhar, Mesir, Syeikh Ahmad Al-Tayyib, sebagai “dua sayap Islam”, yaitu Sunni dan Syiah.
Apa yang dilakukan oleh Presiden Iran mendapat apresiasi dan sambutan gembira dari rakyat Suriah, dan bisa jadi pesan itu juga tersampaikan kepada Dunia Islam secara umum.
Ketiga, Masjid Agung Al-Umawi merupakan salah satu ikon sejarah peradaban Arab di mana Damaskus dan masjid agungnya itu pernah menjadi pusat imperium Arab dan sentra peradaban Arab. Karena itu, kunjungan Presiden Iran ke masjid agung itu juga membawa pesan mengenai pertemuan antara peradaban Arab dan peradaban Iran
Pesan ini tentunya tertuju kepada segenap bangsa Arab, bukan hanya Suriah bahwa peradaban-peradaban yang ada justru dapat saling melengkapi, alih-alih berkonflik, dan bahwa Iran menghargai peradaban dan simbol-simbol Arab serta berusaha mengulurkan tangan persaudaraan dengan Arab untuk dapat bermitra dan bekerjasama.
Pesan-pesan mendalam dan multidimensional ini dilayangkan oleh Presiden Raisi manakala Suriah sedang menapak fase baru dengan semangat “bangkit kembali” setelah sekian lama diterjang krisis yang melelahkan dan menguras banyak keringat, darah dan air mata.
Di saat yang sama, negara-negara kawasan Timur Tengah sedang membangun pertimbangan-pertimbangan baru dan pengambilan kebijakan-kebijakan baru di mana mereka berusaha mengatasi dampak krisis dan konflik beserta semua residunya yang berbau anyir sektarianisme.
Jelas bahwa untuk memahami dan menyambut periode baru ini semua pihak dituntut untuk memahami pesan-pesan itu dengan baik, pesan-pesan yang menjurus pada lingkungan politik baru yang akan merekonstruksi hubungan regional berdasarkan prinsip dan kaidah baru. (mm/raialyoum)
Baca juga:
Presiden Iran: Israel Ingin Pecah Belah Sudan Setelah Gagal di Suriah
Komandan IRGC: Gaza Sekarang Mampu Lindungi Palestina