Membedah Hasil Pertemuan Erdogan dengan Putin

0
1473

LiputanIslam.com –  Presiden Turki Recep Tayyip akhirnya bergegas mengumumkan penerapan gencatan senjata secara total di Provinsi Idlib, Suriah, sebagai poin utama hasil kesepakatan yang dicapai dalam pertemuannya dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.

Gencatan senjata itu tak ubahnya dengan tahap awal pembekuan kondisi yang sudah terjadi di lapangan sejauh ini di mana Pasukan Arab Suriah (SAA) telah merebut kembali kawasan seluas kurang lebih 600 kilometer persegi, termasuk kota strategis Saraqib, dan seolah Erdogan tak pernah menerapkan ultimatum terhadap SAA agar melepaskan lagi kawasan itu.

Kesepakatan demikian praktis mengesankan adanya sebentuk upaya menjaga pamor Erdogan dan menurunkannya secara terhormat posisi dan ancaman yang sudah dipatoknya tinggi-tinggi, serta meniscayakan kesemuan gempita operasi militer Turki bersandi “Perisai Musim Semi”.

Strategi Putin dalam menyiasati isu Suriah bertumpu pada beberapa aspek mendasar dan gradual. Pertama, kemajuan militer. Kedua, perebutan kembali beberapa kawasan. Ketiga, pengokohan kondisi itu melalui kesepakatan-kesepakatan dengan pihak Turki selaku pendukung kelompok-kelompok bersenjata di Suriah. Keempat, pengadaan patroli bersama, atau pendirian pos-pos pantau militer Turki.

Perundingan tertutup Rusia-Turki selama lebih dari enam setengah jam, yang terbatas hanya pada pimpinan kedua negara, memperlihatkan ketajaman perselisihan antara kedua negara dan kebersikukuhan pada sikap masing-masing, terutama Rusia.

Sikap Rusia sangatlah jelas memandang operasi militer SAA di Idlib sebagai bentuk penerapan Kesepakatan Sochi yang pasal utamanya dilanggar oleh Turki, yaitu keharusan membedakan kelompok moderat dengan kelompok teroris. Rusia menjadikan masalah ini sebagai harga mati.

Pasal pertama kesepakatan itu sama sekali tidak menyebutkan ihwal jalur M5, yang menghubungkan Damaskus dengan Aleppo. Pasal itu hanya menyebutkan bahwa patroli gabungan Rusia-Turki mencakup jalur M4, yang menghubungkan Aleppo dengan Latakia. Ini berarti bahwa jalur M5 harus dikontrol sepenuhnya oleh SAA tanpa campur tangan keamanan Turki dan kelompok-kelompok bersenjata yang semula menguasainya. Dan ini juga merupakan terobosan besar untuk ekonomi, kedaulatan, dan wibawa Suriah.

Adapun mengenai pengadaan jalur aman di kota Idlib untuk evakuasi warga sipil ke wilayah lain yang dikuasai oleh SAA maka ini tak lain adalah pemandangan yang sudah pernah terlihat di Aleppo timur, Ghouta timur, dan kawasan Suriah selatan, demi melancarkan kepungan SAA terhadap kawasan teroris dan melucuti kawanan ini dari tameng manusia.

Pernyataan Putin mengenai penetapan dokumen kolektif yang menjamin beberapa ketentuan yang telah disepakati, yaitu memasukkan beberapa amandemen pada Kesepakatan Sochi, mencerminkan perkembangan situasi terbaru di Idlib, dan bisa jadi hanya bersifat sekunder dan semata-mata demi menghibur Turki dengan sesuatu yang terlihat sebagai imbalan bagi Turki atas konsesinya.

Putin mengatakan bahwa perilaku kawanan bersenjata di Idliblah yang menyebabkan pecahnya kembali pertempuran hingga menewaskan beberapa tentara Turki. Pernyataan ini seolah mengukuhkan kekuasaan SAA atas beberapa kawasan yang telah direbutnya, membenarkan tindakan SAA, dan mengabaikan narasi Turki yang gencar menyalahkan SAA.

Putin tampak berhasil menurunkan bandrol tinggi yang telah dipasang Erdogan, demi menghindari konfrontasi militer lebih besar, setidaknya dalam jangka pendek, sementara Rusia masih dapat melanjutkan upayanya menyempitkan ruang gerak kawanan teroris, sembari berharap akan tiba saatnya yang bisa jadi akan sangat menentukan dalam proses penumpasan kawanan itu secara total.

Apa yang terlihat penting bagi Erdogan sekarang ialah pencegahan gelombang pengungsian baru ke wilayah Turki melalui pengadaan jalur aman bagi warga sipil. Dalam rangka ini, bukan tak mungkin beberapa ke depan Presiden Suriah Bashar Assad akan mengeluarkan amnesti bagi seluruh militan dan keluarga mereka di kota Idlib demi memungkinkan pemutihan status mereka melalui komisi-komisi rekonsiliasi yang menjalankan misi ini.

Erdogan mendapat raihan penting, meski mungkin bersifat sementara, yaitu keterhindaran dari konfrontasi dengan militer Rusia dan Suriah, menyusul pengerahan angkatan laut dan udara Rusia dalam jumlah besar, yang sudah mencapai Laut Tengah sesuai instruksi Putin untuk menunjukkan kesungguhan Moskow dalam mempertahankan Kesepakatan Sochi, dengan resiko apapun.

Problematika Erdogan di Idlib bisa jadi sudah selesai, meski mungkin untuk sementara waktu. Namun, dia masih harus berjibaku dengan tiga dilema lain;

Pertama, masalahnya dengan Uni Eropa setelah dia memainkan kartu pengungsi Suriah, yang ternyata hasilnya justru kontraproduktif dan membuat Turki semakin terpojok.

Kedua, problema internal yang diawali dengan terjadinya gejolak penentangan di dalam parlemen Turki terhadap kebijakan intervensi militer di Suriah dan Libya yang telah merenggut banyak nyawa tentara Turki.

Baca: Inilah Hasil Perjanjian Putin dan Erdogan terkait Gencatan Senjata di Idlib

Ketiga, dilema penanganan kelompok-kelompok ekstremis yang praktis akan semakin terpojok akibat kesepakatan baru Erdogan dengan Putin. Mereka selama ini bertaruh habis-habisan dengan konfrontasi militer melawan tentara Rusia dan SAA. Erdogan memerlukan upaya ekstra untuk meredakan kekecewaan dan memulihkan kepercayaan mereka.

Baca: Gencatan Senjata Diberlakukan di Idlib Usai Pertemuan Putin dan Erdogan

Diumumkannya poin-poin kesepakatan dan jalan tengah untuk meredakan eskalasi tentu merupakan satu langkah penting, namun itu hanya sebatas propaganda, mengingat bahwa ada poin-poin yang tampaknya masih dirahasiakan dalam Kesepakatan Moskow yang menggantikan Kesepakatan Sochi tersebut, dan akan terungkap pada saatnya nanti. (mm/railayoum)

DISKUSI: