Krisis Al-Aqsha dan Isu Jihad Palsu di Suriah!
LiputanIslam.com –Palestina kembali menjadi perhatian Dunia Islam. Kasus kekerasan yang dilakukan oleh serdadu Zionis terhadap warga Muslim Palestina yang hendak melaksanakan ibadah di Masjid Al-Aqsha mendapatkan perhatian yang cukup besar. Dan Palestina pun kembali mendapatkan perhatian yang selayaknya didapat oleh satu-satunya bangsa di dunia yang hingga kini masih mengalami penjajahan fisik itu.
Lima tahun terakhir ini, perhatian Dunia Islam hanya mengarah kepada kemunculan kelompok-kelompok jihad palsu yang memporak-porandakkan sebuah negara bernama Suriah. Padahal, Suriah adalah negara yang paling banyak memberikan bantuan kepada para pejuang Palestina. Padahal, Suriah adalah negara tujuan utama para pengungsi Palestina, di mana para pengunjgsi tersebut mendapatkan pelayanan terbaik dari pemerintah Suriah.
Sejak awal kemunculannya, ISIS (dan kelompok jihad lainnya) sudah ditengarai oleh banyak pihak sebagai sebuah gerakan jihad palsu. Selain karena brutalitasnya yang merobek-robek kemuliaan Islam (pemenggalan, teror, penghancuran infrastruktur, dll), para jihadis ISIS juga bisa berkumpul dan bertempur di Suriah dengan dalih informasi palsu dan fitnah keji (bahwa di Suriah saat itu sedang terjadi pembantaian oleh rezim Syiah terhadap orang Sunni).
Sisi lain yang menjadi bukti bahwa ISIS adalah gerakan jihad palsu adalah fakta yang menunjukkan bahwa sejak isu ISIS bergulir, perhatian Dunia Islam terhadap nasib kaum Muslimin di Palestina betul-betul teralihkan. Isu jihad dan perjuangan yang tadinya terkonsentrasi ke Palestina berubah menjadi jihad ke Suriah, Irak, Libia, dan negeri-negeri Muslim lainnya.
Padahal, brutalitas Zionis Israel terhadap warga Muslim Palestina tak pernah berubah. Tak ada hari yang terlewat, kecuali terjadi tindak kekerasan yang dilakukan oleh rezim Zionis terhadap warga Palestina. Pusat Statistik Abdullah Hourani mencatat, selama tahun 2016, terjadi pembunuhan terhadap 134 warga Palestina, di mana 34 di antara korban yang tewas itu adalah anak-anak. Kemudian, tercatat 6.970 warga Palestina yang ditahan sepanjang tahun itu. Lagi-lagi, dari warga yang ditahan itu, sebagiannya adalah anak-anak (1.240 orang) dan perempuan (151 orang).
Pembangunan permukiman ilegal bagi warga Israel pun masih terus berlangsung secara masif, yang kemudian membuat kawasan Israel, secara de facto, terus meluas. Pusat statistik mencatat selama tahun 2016, Israel membangun 27.335 unit rumah ilegal di kawasan Palestina.
Israel yang tadinya menjadi musuh utama, malah berubah menjadi tempat berobat para jihadis Suriah yang terluka dalam pertempuran melawan tentara Suriah. Bahkan, Dunia Islam seakan tak peduli dengan fakta adanya kerjasama militer antara Arab Saudi dan Zionis Israel dalam kasus agresi ke negara Muslim bernama Yaman.
Adakah semua kekejian itu menjadi perhatian Dunia Islam? Tidak. Semua konsentrasi teralih ke Suriah. Para aktivis Islam lebih memilih tenggelam dalam aksi “Save Aleppo”, karena di akhir tahun 2016, tentara Suriah berhasil merebut Aleppo dari kelompok teroris Jabhat Al-Nusra. Termasuk yang paling berisik meneriakkan Save Aleppo adalah Hizbut Tahrir. Padahal, organisasi trans-nasional itu dulunya didirikan dengan tujuan utama membebaskan (tahrir sendiri artinya adalah ‘pembebasan’) Palestina dari kejahatan Zionis Israel.
Warga Palestina betul-betul terasing dan sendirian. Semua gara-gara isu jihad palsu itu. Dan kini, setelah ISIS kalah baik di Mosul (Irak) ataupun di Raqqa (Suriah), apa yang terjadi di Palestina kembali menjadi perhatian dunia. Seraya mengutuk aksi jihad palsu ISIS dan kelompok jihad palsu lainnya, kita juga mengatakan: “Maafkan kami selama ini, Palestina!” (ot/editorial/LiputanIslam.com)